Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DALAM rangka mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio yang masih melanda beberapa wilayah di Indonesia, Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua di 27 provinsi.
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Imunisasi polio merupakan langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi anak-anak dari penyakit ini.
Baca juga : PIN Polio, Anak dengan Autisme Bisa Ikut Serta
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rini Sekartini, menekankan pentingnya imunisasi polio, terutama bagi anak berkebutuhan khusus.
Menurutnya, imunisasi polio aman untuk diberikan kepada anak dengan gangguan perilaku seperti autisme atau ADHD, selama mereka tidak memiliki kondisi medis lain yang merupakan kontraindikasi.
"Anak berkebutuhan khusus dengan gangguan perilaku seperti autisme atau ADHD tetap bisa diberikan imunisasi polio tetes. Imunisasi ini aman karena mereka sehat secara fisik," ujar Rini saat memberikan edukasi kepada kader posyandu di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (23/7).
Baca juga : PIN Polio Putaran Kedua Cerminan Orangtua Abai Imunisasi
Rini juga menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk imunisasi, sangat penting bagi anak berkebutuhan khusus.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mengabaikan pemberian imunisasi lengkap kepada anak dengan gangguan perilaku.
KLB polio terjadi di Papua sejak tahun 2022, dan kasus ini menyoroti pentingnya cakupan imunisasi yang tinggi untuk mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Baca juga : Bebas Polio Bukan Berarti Bebas Ancaman
Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan bahwa cakupan imunisasi yang rendah dapat menyebabkan munculnya kembali KLB.
"Cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun, jika cakupannya menurun di bawah 60%, Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat muncul kembali," jelas Piprim.
Pekan Imunisasi Nasional Polio tahap kedua ini menargetkan cakupan minimal 95 persen untuk mencapai kekebalan kelompok. Imunisasi akan dilaksanakan selama sepekan ke depan untuk anak usia 0 hingga 7 tahun di posyandu, puskesmas, dan lokasi lain yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
Baca juga : Sub PIN Polio dan Imunisasi Dasar Lengkap Anak Terus Digencarkan untuk Cegah Penularan
Imunisasi ini penting karena cakupan imunisasi pada anak sempat menurun drastis pada tahun 2021 akibat pandemi covid-19, yang menyebabkan banyak orang tua ragu untuk membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan.
Oleh karena itu, program PIN Polio ini diharapkan dapat meningkatkan kembali cakupan imunisasi dan melindungi anak-anak Indonesia dari bahaya polio.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, kader posyandu, dan masyarakat, diharapkan program Pekan Imunisasi Nasional Polio ini dapat berjalan sukses dan mencapai target yang telah ditetapkan.
Melalui upaya bersama, Indonesia dapat mengatasi KLB polio dan memastikan setiap anak mendapatkan perlindungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh sehat dan kuat. (Z-10)
BANYAK kasus polio yang gejalanya sangat ringan. Bahkan ada yang tidak bergejala sama sekali, sehingga seseorang tidak sadar bahwa dirinya berisiko menularkan virus tersebut ke orang lain.
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Anak berkebutuhan khusus harus terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk imunisasi.
Oraganisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kekhawatirannya atas ancaman wabah polio dan penyakit lainnya di Gaza yang dilanda perang dan krisis sistem kesehatan.
Saat ini, pelaksanaan imunisasi dosis pertama sedang berlangsung di seluruh wilayah Kalsel sejak 23 hingga 26 Juli 2024.
Rabies berbeda dari banyak infeksi lain, sebab menurut WHO perkembangan penyakit klinis rabies dapat dicegah melalui imunisasi tepat waktu bahkan setelah terpapar agen penular.
SAAT ini tak sedikit masyarakat yang masih merasa ragu untuk membawa anaknya mendapatkan vaksin polio. Salah satunya karena masih maraknya mitos-mitos seputar vaksin polio untuk anak.
Imunisasi polio aman untuk diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, termasuk yang mengalami gangguan perilaku seperti autisme.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved