Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KEMENTERIAN Kesehatan tengah berproses untuk memasukkan teknologi wolbachia untuk penanganan demam berdarah dengue (DBD) skala nasional. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Didik Budijato mengungkapkan, saat ini sendiri Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes turut andil dalam penelitian yang dilakukkan Universitas Gadjah Mada dalam melakukan penerapan teknologi wolbachia di masyrakat.
"Litbang Kemenkes sekarang sedang menunggu hasil penelitian tahap empat wolbachia dan sedang mengkaji pemodelan implementasi di masyarakat," kata Didik kepada Media Indonesia, Minggu (19/9).
Didik mengungkapkan, selain di Yogyakarta, penelitian juga akan dilakukan di Bali, Makassar, dan wilayah-wilayah lain yang ingin terlibat dalam penelitian tersebut.
"Nanti kita buat penawaran, dan masing-masing daerah yang berkeinginan bisa berpartisipasi. Sekarang yang sudah mau ada Denpasar dan Makassar. Kita sambil evaluasi dan monitor," beber dia.
Lebih lanjut, Didik mengungkapkan, teknologi wolbachia memang tidak bisa secara instan diterapkan di masyarakat. Pasalnya, teknologi tersebut masih berbenturan dengan sejumlah peraturan pemerintah. Diantaranya yakni Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 50 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.
Baca juga : Menkes: Penyuntikan Vaksin Booster pada Masyarakat Umum Tidak Etis
"Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam satu tempat harus bersih dari vektor penyebab penyakit. Sementara pada wolbachia kan dia malah menambah populasi. Ini jadinya tidak beriringan dengan peraturan yang mengharuskan kita mengendalikan populasi," jelas Didik.
Untuk itu, ia mengungkapkan Kemenkes kini sedang mencari jalan tengah agar bisa menerapkan teknologi wolbachia untuk mengendalikan DBD di tengah masyrakat.
"Saat ini sedang berlangsung proses di regulatory sandbox. Saya insiasi itu biar penelitian dan aturan bisa berjalan beriringan," tandas dia.
Seperti diketahui, penelitian teknologi wolbachia diinisasi oleh UGM sejak 2011 lalu. Peneliti Pendamping WMP Yogyakarta dan Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM Riris Andono Ahmad menyampaik pada fase awal penelitian dilakukan untuk memastikan keamanan Wolbachia, dilanjutkan dengan pelepasan di area terbatas.
Selanjutnya, Riris menjelaskan bahwa di tahun 2017, uji efikasi Wolbachia dengan metode Randomised Controlled Trial dilakukan di Kota Yogyakarta dengan membagi wilayah Yogyakarta menjadi 24 klaster, dengan 12 klaster mendapatkan intervensi Wolbachia, dan 12 klaster lainnya menjadi area pembanding.
“Hasil uji efikasi Wolbachia ini menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu Wolbachia efektif menurunkan 77% kasus dengue, dan menurunkan 86% kasus dengue yang dirawat di rumah sakit,” papar Riris.
Riris menjelaskan, pada tahun 2021, WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mulai melakukan implementasi teknologi Wolbachia. Selanjutnya di tahun 2022 akan menerapkan teknologi ini di Kabupaten Bantul. (OL-2)
Musim kamarau yang terjadi pada tahun ini ada peningkatan kasus terutama nyamuk aedes aegypti atau demam berdarah dengue (DBD). Peningkatan kasus, menyebabkan 4 orang meninggal
Ada 1.009 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, di sepanjang Januari hingga akhir Juli 2024. Dari jumlah itu, angka kematian mencapai 31 orang.
Pada sesi talkshow ini, dibahas mengenai pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya DBD di Indonesia bahwa kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan yang serius.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Tidak hanya gejala umum, DBD juga bisa menunjukkan gejala yang tidak biasa. Gejala-gejala ini penting untuk diwaspadai agar pasien bisa segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer).
Asuransi Raksa telah melakukan strategi yang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Google Maps dan Waze, dua aplikasi navigasi populer, baru-baru ini mengumumkan sejumlah fitur baru.
Bagi pecinta fotografi mobile, memiliki smartphone dengan kualitas kamera setara iPhone 15 adalah impian. Namun, harga yang tinggi seringkali menjadi penghalang.
Festival LIKE pertama di 2023 lebih menekankan pada strategi FOLU Net Sink 2030 dan perhutanan sosial, maka tahun ini Festival LIKE 2 akan menekankan pada teknologi ramah iklim.
Rata-rata pengusaha travel disebutkan setuju dengan digitalisasi. Sebab, transaksi digital bisa lebih praktis digunakan, hingga mencegah terjadinya penipuan.
Realme kembali meluncurkan produk terbarunya, Realme 13, yang menawarkan sejumlah fitur canggih dengan harga terjangkau, yaitu sekitar Rp2 jutaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved