Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Adik Nazaruddin Usir Dirut Inalum, Denny Siregar: Dia tidak Paham

Thomas Harming Suwarta
02/7/2020 11:25
Adik Nazaruddin Usir Dirut Inalum, Denny Siregar: Dia tidak Paham
Pegiat media sosial Denny Siregar(MI/Ramdani)

PEGIAT Media Sosial Denny Siregar ikut menyoroti peristiwa saat anggota Komisi VII dari Fraksi Demokrat Muhammad Nasir memarahi dan mengusir Direktur Utama PT Inalum Orias Petrus Moedak.

Kata Denny, aksi Nasir yang merupakan adik kandung koruptor Wisma Atlet Nazaruddin tersebut, merupakan cara dia untuk menutupi ketidaktahuannya atas pembahasan rapat.

Baca juga: Beredar, Pesan Whatsapp Denny JA Minta Jabatan Komisaris Inalum

Denny pun meminta Partai Demokrat untuk belajar dari kasus M Nasir terkait penempatan anggota DPR RI di komisi-komisi yang ada.

"Kenapa dia ngamuk-ngamuk ya karena dia tidak paham persoalan, dia ga pernah mau belajar tetapi sudah duduk di komisi strategis seperti Komisi VII. Saya yakin itu Direktur Inalum dan para pemain pasar modal lainnya tertawa ngakak melihat M Nasir dari demokrat ngamuk dan memperlihatkan ketidaktahuannya dengan telanjang," kata Denny melalui siaran Youtube Channelnya Cokro Tv.

Baca juga: Inalum Akan Segera Akuisisi 20% Saham Vale Indonesia

Bagi Denny, kasus Nasir memberi pesan bagi partai untuk menempatkan kader yang paham persoalan pada komisi-komisi yang ada di DPR.

"Untuk para partai terutuma Partai Demokrat, cobalah bro, cari kader yang mumpuni untuk duduk di bidang yang bergengsi seperti komisi 7 itu. Akhirnya pakai emosi untuk menutupi ketidaktahuannya selama ini. Ketika akal tidak bekerja, otot yang bicara," ungkap Denny.

Menurut Denny, Nasir tidak paham cara kerja yang berlaku di pasar modal sehingga perdebatan dia dengan Direktur Inalum tidak sejajar.

"Mungkin M Nasir menyangka urusan utang itu seperti yang dia biasa lakukan meminjam di bank dengan jaminan tertentu seperti sertifikat. Padahal cara kerja di pasar modal itu berbeda sama sekali. Makanya saya yakin sekali Dirut Inalum dan para pemain pasar modal tertawa dengan ulah Nasir itu," lanjut Denny.

Baca juga: MIND ID Kantongi Harga 20% Saham Divestasi Vale

Sebelumnya beredar video saat anggota Komisi VII DPR RI, Muhammad Nasir, terlibat perdebatan panas dengan Direktur Utama PT Inalum (Persero) atau MIND ID, Orias Petrus Moedak. Perdebatan tersebut terjadi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII DPR RI dan holding BUMN tambang, Selasa (30/6).

Sejak awal Muhammad Nasir memang kerap melakukan interupsi ketika Orias Petrus Moedak menjawab pertanyaan anggota DPR yang lain. Buntutnya, politikus Partai Demokrat itu meminta bos Inalum keluar dari ruang rapat.

Perdebatan panas itu bermula ketika Orias Petrus Moedak menjelaskan mengenai refinancing terkait utang Inalum sebagai salah satu strategi pendanaan setelah mengambil alih PT Freeport Indonesia. Refinancing dilalukan dengan cara menerbitkan obligasi global sebesar US$2,5 miliar atau setara Rp37,5 triliun dengan catatan kurs sebesar Rp15 ribu. Menurut Orias Petrus Moedak, dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sebesar US$1 miliar.

Baca juga: Menko Luhut Enggan Tanggapi Permintaan Jabatan Denny JA

Adapun sisanya akan digunakan untuk mengakuisisi saham PT Vale Indonesia juga membantu membayar pinjaman anak usaha holding lainnya.

Ketika mendengar penjelasan Orias Petrus Moedak, Muhammad Nasir merasa tidak puas.

Muhammad Nasir kemudian kembali bertanya kepada Orias Petrus Moedak soal skema refinancing dan jaminan atas pinjaman yang diperoleh perusahaan pelat merah tersebut.

Orias Petrus Moedak menyebut tidak ada jaminannya. Pasalnya, baik pemberi pinjaman maupun Inalum percaya pinjaman tersebut dapat dilunasi.

Mendapat jawaban itu, Muhammad Nasir kembali tak puas. Ia mengaku khawatir tiga perusahaan lain akan menjadi korban.

Artinya, perusahaan yang ada di holding BUMN tambang hanya akan menjadi sapi perah untuk membayar utang-utang Inalum.

Karena itu, Muhammad Nasir memberikan saran agar membentuk panitia khusus (pansus) terkait Inalum. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya