NASA Deteksi Sumber Metana yang ada di Bumi dari Luar Angkasa
Adiyanto
26/10/2022 10:15
Gumpalan metana sepanjang tiga mil (4,8 kilometer) yang berasal dari tempat pembuangan sampah utama di selatan Teheran, Iran.(NASA/JPL-Caltech/AFP)
Ilmuwan NASA, menggunakan alat yang dirancang untuk mempelajari bagaimana debu mempengaruhi iklim. Melalui alat ini mereka telah mengidentifikasi lebih dari 50 tempat di seluruh dunia yang memancarkan tingkat metana yang besar. "Mengendalikan emisi metana adalah kunci untuk membatasi pemanasan global," kata Administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa (25/10). "Perkembangan baru yang menarik ini tidak hanya akan membantu para peneliti menentukan dengan lebih baik dari mana kebocoran metana berasal, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana mereka dapat ditangani dengan cepat."
NASA mengatakan Investigasi Sumber Debu Mineral Permukaan Bumi (EMIT) dirancang untuk mendorong pemahaman tentang efek debu di udara pada iklim. Tetapi EMIT, yang dipasang di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada Juli lalu, juga telah menunjukkan kemampuan untuk mendeteksi keberadaan metana. NASA mengatakan lebih dari 50 penghasil supergas metana di Asia Tengah, Timur Tengah, dan barat daya Amerika Serikat sejauh ini telah diidentifikasi. Kebanyakan dari mereka terkait dengan sektor bahan bakar fosil, limbah atau pertanian.
Kate Calvin, kepala ilmuwan dan penasihat iklim senior NASA, mengatakan kemampuan pendeteksian metana tambahan dari EMIT menawarkan peluang luar biasa untuk mengukur dan memantau gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. "Metana bertanggung jawab atas sekitar 30% kenaikan suhu global hingga saat ini."
Metana bertahan di atmosfer hanya selama satu dekade, dibandingkan dengan ratusan atau ribuan tahun untuk CO2. Ini berarti pengurangan tajam dalam emisi dapat mengurangi beberapa persepuluh derajat Celcius dari proyeksi pemanasan global pada pertengahan abad, dan membantu menjaga tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata Bumi menjadi 1,5C, menurut Program Lingkungan PBB (UNEP ).
"EMIT berpotensi menemukan ratusan emitor super - beberapa di antaranya sebelumnya terlihat melalui pengukuran berbasis udara, luar angkasa, atau darat, dan lainnya yang tidak diketahui," kata NASA.
Andrew Thorpe, seorang teknolog penelitian di Jet Propulsion Laboratory yang memimpin upaya metana EMIT, mengatakan beberapa gumpalan metana yang terdeteksi oleh EMIT termasuk yang terbesar yang pernah terlihat. "Apa yang kami temukan dalam waktu singkat sudah melebihi harapan kami," kata Thorpe. NASA mengatakan gumpalan metana sekitar dua mil (3,3 kilometer) panjangnya terdeteksi di tenggara Carlsbad, New Mexico, di Permian Basin, salah satu ladang minyak terbesar di dunia.
" Sebanyak 12 gumpalan dari infrastruktur minyak dan gas diidentifikasi di Turkmenistan, timur kota pelabuhan Laut Kaspia Hazar. Gumpalan metana juga terdeteksi di selatan Teheran dari kompleks pemrosesan limbah utama, " kata NASA. (AFP/M-3)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.