Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
DALAM rangka menandai 15 tahun usianya sekaligus memperingati Hari Bumi yang ke-50, pada edisi April tahun lalu, majalah National Geographic Indonesia menurunkan cover ganda. Satu berjudul Kita Menghancurkan Bumi, satu lainnya Kita Menyelamatkan Bumi. Keduanya memuat pedoman atau skenario bagaimana kita, umat manusia, menjalani kehidupan di planet ini pada 2070. Tahun tersebut dipilih karena berkaitan dengan tepat seabad peringatan Hari Bumi. Mungkin lantaran masalah tenggat cetak, edisi itu tidak sempat menyinggung tentang covid-19 yang kala itu baru merebak. Kendati demikian, di situ ditulis tentang berbagai patogen yang diakibatkan kerusakan lingkungan lantaran ulah manusia.
Laporan pertama yang ditulis Elizabeth Kolbert dalam majalah itu memuat pandangan pesimistis tentang kehidupan masa depan di planet ini. Pemanasan global, degradasi lingkungan, hilangnya berbagai keanekaragaman hayati, polusi, banjir, badai, cuaca yang kian ekstrem, dan berbagai kerusakan lainnya sebagai dampak perubahan iklim, membuat kehidupan makhluk di muka bumi ini tampak suram. Sebaliknya, dalam laporan kedua, Emma Marris menulis pandangan yang lebih optimistis. Kemajuan teknologi di berbagai bidang, terutama kesehatan, membuatnya yakin manusia mampu mengatasi semua tantangan tersebut. Sejauh ini, kita tidak tahu siapa yang benar. Saya pribadi terus terang termasuk yang memandang suram kehidupan masa depan di planet ini, kendati masih pula menyimpan sedikit harapan.
Bagi saya, pandemi covid-19 yang telah meluluhlantakkan tatanan dunia saat ini merupakan salah satu tantangan terbesar bagi umat manusia. Kita bertanya-tanya pada sains, kitab suci, hingga teori konspirasi, apa yang sebenarnya terjadi. Namun, satu fakta terang benderang yang dapat dijadikan pelajaran dari wabah ini ialah jangan pernah abaikan kebersihan. Jangan buang ludah dan upil sembarangan. Virus apa pun jenisnya, salah satunya menyebar lewat perilaku ini. Terlihat sepele memang, tapi ternyata besar dampaknya bagi keberlangsungan hidup di planet ini.
Virus korona jenis SARS-CoV-2 (covid-19) merupakan salah satu contoh bagaimana mikroba (virus, bakteri, jamur, dan lain-lain) yang tadinya hinggap dalam tubuh hewan menyebar jadi wabah karena perilaku jorok dan rakus manusia. Beberapa tahun sebelumnya kita juga telah melihat bagaimana flu babi, unggas, serta virus ebola yang tadinya bersemayam dalam tubuh kera, telah merenggut ribuan nyawa manusia. Entah patogen apalagi yang kelak muncul di kemudian hari.
Hari Lingkungan Hidup sedunia tahun ini yang bertema Restorasi ekosistem, kiranya juga tepat untuk mengingatkan lagi pentingnya menjaga keseimbangan alam. Restorasi ekosistem tidak hanya memulihkan ekosistem yang telah rusak, tapi juga merawat yang masih utuh. Liu Zhenmin, Kepala Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, mengingatkan hutan yang sehat dan dikelola dengan baik, misalnya, bisa bertindak sebagai penyangga alami terhadap zoonosis (penyakit yang disebabkan hewan) sehingga menangkal risiko pandemi di masa depan. Menurut saya, dari wabah inilah seharusnya kita belajar.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Terdapat perbedaan pendekatan bagaimana mencapai pertanian berkelanjutan di tingkat global dan nasional.
DLH Kota Tangerang juga melaunching mobil pengawasan penegakan hukum (Wasgakkum) yang merupakan salah satu bentuk keseriusan Pemkot Tangerang memantau upaya menjaga lingkungan
Peluncuran mobil wasgakum merupakan keseriusan Pemkot Tangerang dalam upaya pemantauan pelaku usaha melakukan implementasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dengan tema “Penyelesaian Krisis Iklim Dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan”, Kota Makassar sangat konsen memperhatikan kondisi iklim yang berpengaruh terhadap lingkungan.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sebanyak 139 kg sampah berhasil dikumpulkan dari pinggir dan sepanjang susur sungai sejauh 5 km.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved