Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
REVISI UU ITE yang banyak diharapkan publik menjadi pintu terbuka bagi kebebasan dan perlindungan berpendapat, dinilai mengecewakan. Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur mengatakan revisi UU ITE kali ini semakin memperlihatkan kesewenangan pemerintah dalam ruang demokrasi dan berpendapat.
"Di tengah ketertutupan kerahasiaan proses dan draft koalisi mendapatkan potret draft yang disepakati per 22 November. Serem banget pemerintah bisa semakin sewenang-wenang memblokir dan putus akses internet," ujarnya, Jumat (24/11).
Setelah menerima dan mempelajari dokumen perubahan UU ITE juga semakin memperlihatkan ketidakberpihakan wakil rakyat dan pemerintah dalam membangun demokrasi yang sehat, dengan mengekang kemerdekaan warga negara untuk menyatakan pendapatnya. Dia pun memersoalkan pasal 40 RUU ITE yang mengatur tentang kewenangan pemerintah memutus secara sepihak, memblokir media sosial, rekening dan penghapusan konten.
Baca juga: Komitmen Anies Baswedan untuk Revisi UU ITE Dinilai Bisa Tingkatkan Elektabilitas
"RUU ITE semakin berbahaya dan membawa semakin ke jurang otoritarianisme," cetusnya.
Kritik juga disampaikan peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia Alviani Sabillah. Sejak awal proses pembahasan revisi UU ini kerap dilakukan secara tertutup khususnya oleh panitia kerja DPR.
Baca juga: Pasal Karet di Revisi UU ITE Tak Dihapus
"Kami memang sejak awal menyoroti proses pembentukannya revisi ITE. Sejak awal pembahasan di tingkat pertama pembahasannya banyak dilakukan secara tertutup khususnya di panja ya," terangnya.
Pada saat itu koalisi Serius Revisi UU ITE menerima beberapa penjelasan dari DPR atas proses yang tertutup tersebut. Salah satunya pembahasan dapat diakses melalui kanal DPR secara daring.
"Memang bisa dilihat di kanal DPR ada akses itu tp tidak bisa kami akses poin pembahasannya. Bahkan kami harus mencari sendiri (sulit) untuk bisa meminta informasinya. Ternyata hasilnya banyak pasal yang kecenderungannya makin mengancam kita dan demokrasi," tegasnya.
Selain alasan akses kanal daring, DPR disebut berdalih pasal-pasal yang dibahas banyak yang menyangkut kasus serta akan banyak kepentingan seperti salah satunya pasal 40 tentang hak sensor konten.
"Ada pasal-pasal lain justru kontroversial masuk seperti di pasal 20-an saya lupa persisnya berapa. Malah pasal sebelumnya yang bisa menjerat banyak orang tetap ada," tukasnya.
Sementara itu beberapa anggota Komisi I DPR yang dihubungi tidak merespon saat ditanya tentang RUU ITE. Salah satunya beralasan masih mempelajari hasil dari keseluruhan revisi tersebut. (Sru/Z-7)
REVISI UU ITE menjadi ujung tombak kepastian dan jaminan dalam menjalan berbagai peraturan atau badan hukum yang dibentuk dalam mengamankan ruang siber.
Dave menekankan pengembangan sektor informatika, komunikasi, dan sektor digital harus terus dilakukan.
Pasal karet dalam UU ITE jadi alat pembungkaman terhadap suara-suara yang vokal dan kritis terhadap jalannya pemerintahan.
“Ada perbaikan tapi belum ideal, misalnya ketika pasal pencemaran nama memang kita rekomendasikan dihapus, tapi ada justifikasi dari pemerintah memang masih dibutuhkan,”
Ada penambahan muatan Pasal 27 dan 28 UU ITE. Dua pasal tersebut kerap jadi polemik. Pasalnya, pasal tersebut kerap disebut pasal karet.
WACANA penyadapan oleh Polri yang termuat dalam revisi Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri dinilai mengkhawatirkan mengusik hak privasi masyarakat.
RUU Penyiaran memuat beberapa ketentuan yang problematik dan merusak agenda-agenda demokrasi dan demokratisasi.
Puluhan ribu warga Georgia berkumpul di Tbilisi memprotes RUU yang menargetkan organisasi masyarakat sipil dan media independen yang menerima pendanaan asing.
ANGGOTA DPD RI, Filep Wamafma, mengkritisi proyek pembangunan jalan Kaimana-Wondama. Kejanggalan proyek tersebut menurutnya sempat mengemuka di sejumlah media.
Peneliti ICJR Johanna Purba mengapresiasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengapus pasal 14 dan 15 UU 1/1946 tentang penyebaran berita bohong atau hoaks.
KETUA BEM Universitas Indonesia Melki Sedek Huang heran dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan kebebasan berpendapat bisa dilakukan tanpa ancaman dan pembatasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved