Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Cinta untuk Rafah

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
05/6/2024 05:00
Cinta untuk Rafah
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

JIKA aku harus mati,

kamu harus hidup

untuk menceritakan kisahku,

menjual barang-barangku,

membeli sehelai kain

dan beberapa tali,

(membuatnya putih dengan ekor panjang)

sehingga seorang anak, di suatu tempat di Gaza

sambil menatap mata surga menunggu ayahnya 

yang pergi dalam kobaran api

dan tidak mengucapkan selamat tinggal kepada siapa pun, bahkan kepada dirinya sendiri, 

pun tidak melihat layang-layang, layang-layang yang kau buat, 

terbang di atas dan berpikir sejenak ada malaikat 

yang membawa kembali cinta

Jika aku harus mati

biarlah membawa harapan

biarlah menjadi dongeng.

 

Sajak Jika Aku Harus Mati (If I Must Die) ini ditulis Refaat Alareer, penyair Palestina yang gugur beserta enam anggota keluarganya karena bom Israel, tujuh bulan lalu. Saya tidak tahan lagi untuk menuliskan kembali soal Palestina. Itu, terutama setelah mata saya tertumbuk pada penggalan sabda Manusia Agung Muhammad SAW. Kata Nabi, "Man la yarham, la yurham." Artinya, 'siapa yang tidak bisa menyayangi, tidak akan mungkin disayangi', terutama oleh Sang Maha Penyayang, Tuhan.

Saya ingin selalu disayangi dan dicintai-Nya. Karena itu, saya ingin menyayangi dan mencintai manusia, terutama manusia di Gaza dan Rafah, Palestina. Di tempat itu, rasa sayang dan cinta sudah habis direnggut secara keji oleh Zionis Israel.

Maka, saya hendak menumpahkan empati kepada mereka. Persis seperti yang pernah diungkapkan penyair sufi dari Persia Lama, Sa’di Asy-Syirazi, yang mengatakan, “Jika kamu tidak merasakan apa yang orang lain derita, tak pantas kamu menyebut diri manusia.”

Di Gaza, dan kini di Rafah, segala derita bertumpuk. Semua cerita pilu menggunung seperti tidak ada lagi yang tersisa untuk kita kisahkan. Dari layar kaca, media sosial, dan seluruh saluran apa pun, dunia sudah menyaksikan bayi-bayi yang terputus leher kehilangan kepala.

Semua yang di kolong langit melihat bagaimana wajah-wajah belia bergeletakan tertutup hamburan otak dan usus. Kurang gamblang apa dunia menyaksikan jasad-jasad kaum ibu tanpa nyawa, bertahan mendekap anak terkasih, demi sayang yang kekal meski nyawa harus terputus dengan raga.

Tetapi, semua itu tidak mengendurkan seinci pun niat jahat Israel memusnahkan Rafah setelah membantai penduduk Gaza. Di sebuah akun Instagram, saya menyaksikan seorang anak di bawah lima tahun, sendirian, berkaus Real Madrid, berjalan keluar dari tenda menghampiri seorang pengambil video tanpa bisa berkata apa-apa. Wajahnya datar. Sang pengambil gambar lalu memberikan nampan berisi makanan kepada anak itu.

Mata saya berkaca-kaca melihat adegan nyata itu. Kantong mata saya mengembang, lalu air mata menetes saat melihat anak itu, tetap dalam diam, berjalan kembali ke tenda yang sepi sembari meletakkan nampan berisi makanan itu di dalam tenda. Beberapa detik kemudian, ia lalu melongok lagi sembari melambaikan tangan dan membuat gerakan kiss bye sebagai tanda terima kasih karena sudah diberi makanan.

Seusai serangan biadab Israel ke Rafah, laman Instagram Al-Jazeera juga memuat video seorang perempuan Palestina yang tengah menangis meluapkan kesedihan dan kemarahannya. Perempuan itu kehilangan anggota keluarga, terutama paman, yang melindungi keluarganya sehari-hari.

"Kapan perang ini akan berakhir? Di mana negara-negara Arab? Di mana para muslim di negara-negara yang mengaku muslim? Di mana Arab Saudi? Di mana semua negara?” teriaknya, parau. Ia melanjutkan, “Perempuan tua dan anak-anak perempuan, apa yang mereka lakukan hingga pantas menerima ini?”

Banjir air mata jutaan manusia hingga sebagian tak lagi tersisa air mata, semua itu bukan nestapa yang baru terjadi kemarin sore di Gaza. Benar belaka pandangan cendekiawan dunia terkemuka dari Palestina, Edward Said, yang mengatakan ihwal penderitaan di Gaza, "Merekalah orang-orang paling sedih dan tidak berdaya. Makhluk yang dibantah keberadaannya. Makhluk asing yang tidak diterima."

Bagi warga Gaza, dan kini Rafah, kekejian tersebut sudah serupa repetisi dengan lonjakan kebengisan dan intensitas yang kian bertambah dan terus bertambah. Dalam sambutan pembukaan setelah Dewan Keamanan PBB gagal membuat gencatan senjata selama konflik 2021 karena diveto Amerika Serikat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan menggambarkan, "Jika ada neraka di bumi ini, itu adalah kehidupan anak-anak di Gaza."

Toh dunia tetap saja tidak menunjukkan gerakan berarti. Bahkan, sikap diam para pemimpin Barat seolah memberi restu atas kebengisan Israel yang telah menghabisi lebih dari 36.280 nyawa orang Palestina. Saya sepakat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berseru, "Para kepala negara dan pemerintahan Eropa, Anda telah terlibat dalam vampirisme Israel karena sikap diam Anda."

Kini, saat cinta dan sayang direnggut di Rafah dengan ribuan bom menggempur tenda-tenda yang tipis, jutaan manusia berteriak dan bergerak. Di Universitas Harvard, MIT, Colombia University, para belia cerdik pandai mengarak bendera merah, hijau, putih, hitam dengan penuh keberanian. Di berbagai belahan dunia, rasa cinta untuk Rafah terus bersemi. Gerakan, suara, dan doa-doa mereka menembus langit, membelah samudra, menyelusup ke ruang-ruang berdinding tebal.

Juga, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap segala hal berkaitan dengan kepentingan Israel, terus merambat menumbuhkan harapan dan kekuatan bagi Rafah, juga Gaza. Gerakan-gerakan itu tidak peduli dengan cicitan dan nyinyiran sebagian mereka yang senang melihat manusia terpanggang. Mereka yang tak punya cinta itu menyatakan bahwa boikot tak punya banyak dampak. Tapi, itu tidak mengapa. Gelombang cinta serta sayang untuk Rafah dan Gaza, pelan tapi pasti, akan menggulung mereka yang nirempati.

 



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.