Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kebahagiaan Sepak Bola

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
28/3/2024 05:00
Kebahagiaan Sepak Bola
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

STANDAR bahagia masyarakat Indonesia sebetulnya tidak muluk-muluk. Terlebih lagi standarnya para penggemar dan pendukung sepak bola nasional. Betul-betul sederhana, mimpi mereka tidak tinggi-tinggi meski untuk mimpi yang sederhana itu pun tak banyak dapat diwujudkan.

Dengan impian yang simpel, publik tak sampai menuntut timnas ‘Garuda’ harus menjadi juara Piala Asia, apalagi Piala Dunia, misalnya. Cukup mampu berjaya di level Asia Tenggara saja, itu sudah membahagiakan. Bahkan, kalau itu juga masih dirasa terlalu muluk, standarnya bisa diturunkan lagi. Bisa mengalahkan musuh bebuyutan di kandang lawan saja itu juga sudah menebarkan berjuta kegembiraan.

Anda tidak percaya? Silakan cek melalui media sosial atau bertanya langsung kepada teman, kerabat, saudara, atau tetangga yang gemar bola, seberapa tinggi level gembira dan bahagia mereka seusai timnas asuhan pelatih Shin Tae-yong menggilas Vietnam dengan tiga gol tanpa balas di markas mereka, Stadion My Dinh, Hanoi, Selasa (26/3) malam. Apalagi, itu kemenangan beruntun, setelah lima hari sebelumnya, Indonesia juga berhasil menekuk Vietnam 1-0 di Jakarta.

Semua bersukacita menyambut hasil itu. Bagi sebagian orang, kemenangan sederhana itu rasanya cukup menjadi obat untuk menghilangkan kepusingan akibat harga bahan-bahan pokok yang tak kunjung turun, bahkan makin naik jelang Lebaran. Cukuplah penampilan bernas skuad ‘Garuda’ itu menjadi obat penenang di kala orang sedang gundah gulana menunggu kepastian pembayaran tunjangan hari raya (THR).

Sederhana, bukan? Padahal, pertandingan malam itu belumlah apa-apa. Laga itu hanyalah bagian dari putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Artinya, masih ada beberapa tahap lagi yang mesti dihadapi Indonesia sebelum bisa mencatatkan diri sebagai salah satu wakil Asia di Piala Dunia 2026 yang akan digelar di tiga negara, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Betul, dua kemenangan beruntun atas Vietnam memang memperbesar peluang ‘Garuda’ lolos ke putaran ketiga kualifikasi. Tinggal butuh satu kemenangan lagi dari dua laga terakhir melawan dua negara lain yang tergabung di Grup F, Irak dan Filipina, Juni mendatang, Indonesia akan melenggang lolos ke putaran ketiga.

Pun, tidak salah kemenangan di Stadion My Dinh itu mengulang keberhasilan timnas Indonesia 20 tahun lalu, tepatnya pada 2004 di perhelatan Piala Tiger (kini bernama Piala AFF). Ketika itu tim ‘Merah Putih’ yang diasuh pelatih asal Inggris Peter Withe juga mampu mencukur Vietnam 3-0 melalui gol-gol yang dicetak Muhammad Mauly Lessy, Boaz Solossa, dan Ilham Jaya Kesuma.

Akan tetapi, kalau mau jujur, semua itu belum bisa disebut capaian luar biasa jika konteks yang kita bicarakan ialah keinginan Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Kegemilangan Shin memoles para pemain muda masih akan diuji lagi di putaran-putaran selanjutnya. Ujiannya tentu akan jauh lebih sulit dan berat mengingat lawan-lawan yang bakal dihadapi juga semakin tangguh.

Jadi, sejatinya belum saatnya untuk bergembira. Namun, bagaimana lagi, kemenangan telak di kandang lawan yang selama ini jarang sekali mampu kita catatkan, terlalu manis untuk tidak dirayakan. Mencetak tiga gol tanpa satu pun kebobolan di stadion lawan yang selama dua dekade menjadi mimpi buruk, sungguh terlalu spektakuler untuk direspons dengan sikap biasa-biasa saja.

"Soal lolos enggak lolos pikir nanti saja. Yang penting sekarang kita rayakan dulu keberhasilan timnas menggunduli Vietnam di kandang mereka," kata seorang teman yang dikenal fanatik dalam urusan dukung-mendukung ‘Garuda’. Ia tampak puas, setidaknya untuk hari itu. Ia belum mau berpikir terlalu jauh karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan merayakan kegembiraan meski hanya sesaat.

Ya, memang sesederhana itu pendukung sepak bola Indonesia memaknai kegembiraan. Mereka sudah terbiasa mendukung timnas yang minim prestasi. Itulah standar mereka. Ketika ada sedikit saja pencapaian di atas standar, mereka sudah menganggap itu sebagai prestasi dan perlu merayakannya dengan sukacita.

Lagi pula, seperti dikatakan legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff, bukankah tidak ada yang lebih memberikan kesenangan daripada memikirkan dan membicarakan tentang sepak bola? Dalam opininya di surat kabar Belanda, De Telegraaf, yang ia tulis seusai ia didiagnosis menderita kanker paru-paru, Cruyff bahkan menyebut sepak bola bisa membantu dirinya melupakan sakit yang dideritanya.

Tidak ada yang menyangkal itu. Sepak bola memang menggembirakan meskipun ia juga punya sisi menyakitkan. Jika kita memasang standar tinggi, barangkali porsi menyakitkan akan lebih dominan ketimbang menggembirakan. Sebaliknya, kalau pasang standar rendah, niscaya porsi kegembiraannya akan lebih besar. Seperti itulah kiranya suporter Indonesia.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.