Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
NEGERI India tahu betul bagaimana memegang spirit bapak bangsa mereka, Mahatma Gandhi. Salah satunya ialah terus menyalakan 'api pendidikan' sebagaimana pernah dipetuahkan Gandhi. Kata Gandhi, "Pendidikan yang sejati mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi kehidupan, bukan hanya untuk mencapai kesuksesan akademis."
Pernyataan itu terus-menerus dipegang dan diwujudkan dalam roda pemerintahan hingga kini. India, siapa pun kelompok politik yang memegang kuasa, selalu antusias mengembangkan pendidikan. Bagi India, pendidikan ialah investasi, bukan belanja uang, apalagi beban. Anggaran pendidikan pun meningkat dari waktu ke waktu.
Tidak mengherankan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) mencatat bahwa siswa internasional India menjadi salah satu yang tersukses menghasilkan uang paling banyak di industri pendidikan. Dari 10 negara, India ada di peringkat kedua di bawah Tiongkok.
Tidak mengherankan pula India, kini, mampu menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di dunia. Pada kuartal keempat 2023, ekonomi India tumbuh 8,4%, tertinggi di dunia. Berdasarkan catatan pemerintah India, torehan angka 8,4% itu ialah yang tertinggi dalam enam kuartal terakhir.
Hebatnya lagi, meningkatnya produk domestik bruto (PDB) India setinggi itu dipicu kenaikan di sejumlah indikator ekonomi penting, seperti peningkatan 11,6% untuk sektor manufaktur, serta peningkatan 9,5% untuk sektor konstruksi. "Pertumbuhan PDB 8,4% yang kuat ini menunjukkan kekuatan ekonomi India dan potensinya. Upaya kami akan terus membawa pertumbuhan ekonomi cepat yang akan membantu 1,4 miliar orang India menjalani kehidupan yang lebih baik dan menciptakan Viksit Bharat!" ucap Perdana Menteri India Narendra Modi seperti dikutip dari Nikkei Asia, awal Maret 2024 ini.
Itu bukti bahwa investasi pendidikan secara besar-besaran yang dilakukan India sejak empat dekade lalu kini mulai membuahkan hasil. Menurut Forbes, daya kompetitif India sangat luar biasa. Itulah yang membuat banyak orang India rata-rata lebih berjaya di kancah internasional.
Tingkat pengguna internet dan smartphone di India mencapai enam kali lebih banyak daripada di Indonesia. Meskipun ukuran wilayah India terhitung dua kali lebih besar daripada Indonesia, itu menunjukkan teknologi tersebar lebih merata di sana.
Tidak hanya itu, masyarakat India dikenal secara internasional sangat adaptatif sehingga mereka secara rata-rata lebih mudah belajar hal baru. Tingkat melek huruf di India juga sangat tinggi, 90% lebih. Seperempat rakyat India gemar membaca buku. Itu yang membuat mereka dinilai lebih bisa bersaing di kancah internasional dan mampu unjuk gigi ke seluruh dunia.
Negeri berpenduduk lebih dari 1,43 miliar itu sadar betul bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kesuksesan pendidikan suatu negara ialah perhatian pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang apresiatif terhadap pengembangan dunia pendidikan. Semakin besar anggaran yang dikeluarkan untuk investasi dalam bidang pendidikan dengan pengelolaan dana secara efektif dan fungsional, peluang negara tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dan kualitas hidupnya juga semakin besar.
Oleh karena itu, dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan India selalu ditingkatkan. Sekitar 12 tahun lalu, anggaran pendidikan India sudah menyentuh 21,7% dari anggaran belanja negara itu. Kini, persentase itu sudah naik mendekati 30%. Bila dipersentasekan dari PDB, anggaran pendidikan India sudah lebih dari 4% PDB. Angka itu tentu lebih tinggi daripada anggaran pendidikan Indonesia yang baru 3,14% PDB.
Sejak pertengahan 1980-an, pemerintah India sudah mulai meningkatkan anggaran pendidikan mereka dengan jumlah yang signifikan. Era itu bertepatan dengan awal kebijakan liberalisasi sistem ekonomi India. Memasuki abad ke-21, peningkatan anggaran pendidikan India dilakukan secara besar-besaran.
Selain itu, peningkatan anggaran secara besar-besaran tersebut dibarengi dengan memprioritaskan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas yang bersifat substantif, bukan sekadar dalam bentuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang produktif, seperti jorjoran fisik kampus. Dengan demikian, anggaran pendidikan yang semakin tinggi membuat kualitas pendidikan India semakin membaik.
Di kita, masih banyak yang mengurut dada. Benar bahwa anggaran pendidikan kita juga meningkat dalam sembilan tahun terakhir. Namun, selain peningkatannya yang belum signifikan, penggunaannya juga masih belum efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara memuaskan.
Yang kini terjadi justru ada pejabat yang mencoba mengutak-atik anggaran pendidikan bernama bantuan operasional sekolah (BOS) untuk ikut mendanai program makan siang gratis. Dana BOS yang masih minim (tidak sampai Rp60 triliun per tahun) mau dipangkas untuk program yang amat jauh dari upaya meningkatkan mutu pendidikan anak-anak bangsa.
Lagi-lagi, cara berpikir para pemimpin kita memang agak laen bila dibandingkan dengan pemimpin India. Saya jadi teringat pernyataan pakar aeronautika yang menjadi Presiden India periode 2002 hingga 2007 Abdul Kalam. Kata Abdul, "Berpikir adalah kemajuan. Tidak berpikir merupakan stagnasi bagi individu, organisasi, dan negara. Berpikir mengarahkan ke tindakan. Pengetahuan tanpa tindakan tidak ada gunanya dan tidak relevan. Pengetahuan dengan tindakan mengubah kesengsaraan menjadi kesejahteraan."
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved