Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Jeritan Kelaparan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
28/2/2024 05:00
Jeritan Kelaparan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

INI kisah tentang Kris, warga Belu, Nusa Tenggara Timur, yang dikepung kelaparan dan dijerat kemiskinan. Tiga bulan lalu, ia mencoba bunuh diri dengan menusuk perutnya hingga robek dan luka parah karena tak sanggup lagi membeli beras yang harganya mulai naik.

Selama ini, Kris sudah berikhtiar membangun sebuah usaha warung makan. Namun, usahanya bangkrut. Ia lalu beralih menjadi tukang ojek pangkalan. Namun, ekonominya tidak kunjung membaik, bahkan memburuk. Ia pun tak sanggup lagi membeli beras untuk makan. Beruntung, aksi bunuh diri itu tepergok tetangga saat Kris masih bernapas. Para tetangga pun membawa Kris ke rumah sakit di Atambua.

Begitulah, kemiskinan memang sering kali tidak menyediakan banyak pilihan. Perut yang lapar hanya menyediakan pilihan gusar pada sebagian orang, khususnya bagi seorang Kris. Apalagi, itu dirasakan banyak orang. Pertumbuhan ekonomi yang kinclong pun rasanya tetap menyisakan kemasygulan.

Derita Kris yang dirasakan dalam diam, kini sudah merambak ke mana-mana dan menyergap jutaan orang miskin. Harga beras yang meninggi ketika Kris mencoba bunuh diri tiga bulan lalu, hari-hari ini masih tetap tinggi, bahkan kian melambung. Harga beras malah sudah mencetak rekor sejarah tertinggi, yakni di atas Rp18 ribu per kilogram.

Pekan lalu, di forum ini, saya menulis jeritan seorang bernama Sunarti, pemilik warung makan di Kabupaten Bogor. Ketika itu, keuntungan dagangnya tergerus hingga Rp120 ribu per hari di tiga pekan pertama Februari 2024 ini. Harga beras yang bulan lalu masih ia beli Rp14 ribu, pekan lalu sudah Rp17 ribu per kilogram.

Dalam sepekan terakhir, Narti terpaksa menutup warung lebih awal karena ia tak sanggup lagi membeli beras sebanyak 'kuota' sebelumnya. Harga beras yang naik lagi menjadi Rp18 ribu per kg membuat keuntungan warungnya habis. Ia tak mau menaikkan harga karena takut pelanggannya lari.

Ada pemandangan lain yang tidak kalah ironis. Itu terlihat di Grobogan, Jawa Tengah. Ratusan warga Grobogan harus mengantre dan berdesak-desakan untuk membeli beras murah program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) milik Bulog di halaman kantor Kecamatan Wirosari, Selasa (27/2). Akibat warga saling dorong karena takut tidak kebagian, seorang ibu hamil terjatuh dan banyak anak kecil terhimpit.

Seorang ibu rumah tangga yang dalam kondisi hamil terjatuh karena terdorong warga lainnya saat berebut mendapatkan beras dengan harga murah, yang dijual Rp10.200 per kg itu. Ia tak kuasa lagi melindungi badannya dan janin yang ia kandung sehingga harus tersungkur akibat desakan hidup.

Namun, siapa peduli dengan mereka? Pertanyaan besar itu mewakili rasa frustrasi menghadapi cekikan harga-harga yang gagal diatasi pemerintah. Negara berkali-kali merespons kenyataan di lapangan dengan jawaban-jawaban penyangkalan. El Nino dan tingginya harga beras dunia pun dijadikan kambing hitam.

Kata Presiden, tingginya harga beras terjadi karena cuaca kekeringan ekstrem sehingga membuat masa tanam mundur dan panen pun terlambat datang. Saat ada yang mengkritisi dengan mengatakan bahwa bansos yang gencar dibagikan saat kampanye lalu membuat stok beras Bulog berkurang 1,4 juta ton dan terus menipis, Jokowi mengatakan bahwa itu tidak berhubungan.

Keesokan harinya, saat ada yang menanyakan lagi tentang harga beras yang masih tinggi, Jokowi mengatakan bahwa harga beras di dunia memang sedang tinggi. Seolah beras memang makanan seluruh penduduk dunia. Seolah pula, Indonesia yang pernah meraih swasembada beras, harus sama dengan Amerika Serikat yang tidak pernah mencapai swasembada beras.

Sejak triwulan keempat tahun lalu, harga beras mulai naik. Namun, ketika itu, kenaikan harga beras dianggap oleh pemangku kepentingan sebagai gejala musiman menjelang Natal dan tahun baru. Karena seperti dibiarkan tanpa mitigasi yang memadai, kenaikan harga beras juga kian tidak terkendali di bulan berikutnya. Pun El Nino menjadi jawabnya. Musim kering ekstrem ialah kambing hitam.

Selain itu, masih ada pejabat yang mengatakan, bila harga beras naik, sesungguhnya yang untung ialah petani. Namun, nyatanya, para petani sudah tidak menggenggam beras. Komoditas itu sudah habis dan kosong dari rumah-rumah atau 'gudang' petani. Mereka pun menjerit karena terimbas mahalnya harga beras.

Kini, empat bulan kemudian, impitan makin kuat. Napas kian sesak. Jeritan rakyat tambah parau dan lantang. Akhirnya, bagi mereka yang miskin dan lapar, hidup seperti menunda kekalahan.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.