Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Strategi Melawan Inflasi: Terobosan dan Kolaborasi

Telisa Aulia Falianty, Dosen FEB UI dan Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas
11/10/2022 05:00
Strategi Melawan Inflasi: Terobosan dan Kolaborasi
Telisa Aulia Falianty, Dosen FEB UI dan Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas(DOK. PRIBADI)

DALAM laporan perekonomian Bank Dunia Juni 2022, disebutkan perekonomian dunia akan terguncang jika inflasi di atas rata-rata. Pertumbuhan dunia diproyeksikan akan berada di bawah rata-rata selama beberapa tahun ke depan. Hampir semua negara di dunia, baik maju maupun berkembang, saat ini sedang menghadapi tantangan inflasi.

Baru saja BPS juga mengumumkan bahwa inflasi Indonesia pada September 2022 tercatat sebesar 5,95% (yoy) menjadi angka tertinggi sejak Desember 2014. Inflasi Indonesia memang masih di bawah negara peers Thailand yang mencapai 7,86% dan Filipina 6,3%, Singapura mencapai 7,5% dan Brasil 8,73% pada Agustus 2022. Meskipun demikian, ancaman inflasi dan resesi itu harus terus diwaspadai.

Keseriusan negara-negara di dunia dalam menghadapi inflasi, misalkan, tecermin dari disetujuinya Inflation Reduction Act baru-baru ini oleh Amerika Serikat per Agustus 2022. Inflation Reduction Act mencakup reformasi dalam harga obat, reformasi dalam perpajakan untuk menambah anggaran dalam stabilitasi harga, serta menjaga ketahanan energi dan dampak perubahan iklim.

Malaysia juga membentuk Tim Khusus Jihad Melawan Inflasi mulai Juli 2022. Filipina melawan inflasi melalui penguatan sektor pertanian, peternakan, dan pangan lokal. Negara-negara Eropa seperti Inggris juga melawan inflasi utamanya melalui penyelesaian krisis energi sebagai permasalahan utama.

Menurut ekonom internasional, Rogoff (2014) dan Gopinath (2021), ada lima kekuatan struktural yang menjelaskan fenomena disinflasi di negara-negara emerging dalam dekade terakhir. Pertama, dari struktur demografi, yakni terjadi pertumbuhan angka partisipasi angkatan kerja meredam peningkatan upah dan biaya input. Kedua, melalui kemajuan teknologi termasuk e-commerce dan sharing services sehingga menjadi lebih efisien dan transparan serta peningkatan daya saing.

Ketiga, globalisasi mendorong negara besar seperti Tiongkok dan Eropa Timur masuk dalam rantai pasok global, ditambah model outsourcing. Keempat, adanya perubahan struktural dari pekerja di sektor pertanian ke manufaktur. Kelima, kerangka kebijakan di negara berkembang cenderung lebih baik ke arah kebijakan moneter dan fiskal yang lebih prudent.

Bank Dunia (2022) menyarankan lima rekomendasi untuk hadapi inflasi dan stagnasi sekaligus (stagflasi), yaitu membatasi kerugian pada orang-orang yang terkena dampak perang di Ukraina, antisipasi lonjakan harga minyak dan pangan, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan upaya pengurangan utang, memperkuat kesiapsiagaan dan upaya kesehatan penanggulangan covid-19, serta transisi ke sumber energi rendah karbon harus dipercepat.

 

Strategi makroekonomi

Di tengah penaikan harga BBM dan kenaikan harga pangan yang terjadi baik di global maupun Indonesia, pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi agar inflasi tidak meroket terlalu tajam. Kebijakan fiskal telah menyiapkan anggaran ketahanan pangan untuk lebih digunakan kepada stabilisasi harga pangan. Pemerintah juga menyiapkan dana insentif daerah (DID) untuk kepala daerah yang berhasil mengendalikan harga di daerahnya.

Penaikan harga BBM itu juga disertai dengan bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan subsidi upah (BSU). Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia konsisten menjaga ekspektasi inflasi dengan menetapkan suku bunga acuan yang dapat menjaga inflasi inti dan ekspektasi inflasi terkendali serta menjaga stabilitas rupiah. Apakah strategi makroekonomi tersebut telah mencukupi? Perlu ada terobosan lebih lanjut untuk perlawanan terhadap inflasi.

Berikut beberapa ide terobosan dari penulis. Pertama, memanfaatkan teknologi untuk menurunkan inflasi. Pengembangan dan inovasi pada teknologi di semua sektor diharapkan dapat membantu menurunkan inflasi melalui peningkatan transparansi, efisiensi, dan akses. Oleh karena itu, skema seperti diversifikasi meeting dan kegiatan melalui kegiatan online dapat ditingkatkan.

Kedua, meningkatkan sharing economy system untuk saling berbagi beban sekaligus lebih efisien. Misalkan, penggunaan kendaraan secara bersama ke kantor ataupun ke sekolah, tentunya akan lebih hemat ketimbang membawa mobil pribadi. Perusahaan logistik juga dapat menggunakan sumber daya transportasi bersama sehingga lebih efisien. Resource sharing dapat dilakukan di berbagai sektor dan kelompok ekonomi.

Ketiga, dalam tataran strategi pengendalian inflasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengacu pada strategi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Kami usulkan lagi, perlu ditambahkan menjadi 4K plus 2K, yakni kolaborasi dan kebersamaan. Kolaborasi untuk meningkatkan lagi sinergi semua pihak, termasuk sinergi pentahelix.

Indonesia memiliki semangat gotong royong. Pandemi covid-19 ialah contoh kesuksesan gotong royong. Corporate social responsibility (CSR) dari BUMN dan perusahaan besar khususnya yang bergerak di sektor yang mengalami windfall profit dapat menyelenggarakan bazar sembako murah, penyediaan transportasi publik murah dan hemat energi, penyediaan lumbung pangan murah, dll. India dan Malaysia menerapkan adanya kontribusi perusahaan dalam bentuk CSR untuk menurunkan margin keuntungan di dalam menjaga stabilitas harga.

 

Pendekatan mikroekonomi

Namun, masalah inflasi itu tidak cukup diselesaikan di tataran makroekonomi. Inisiatif antisipasi strategi tidak hanya dari sisi pengambil kebijakan, tetapi juga perusahaan dan swasta. Beberapa hal yang dapat dilakukan bisnis untuk memerangi stagflasi (dirangkum dari berbagai sumber), termasuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, mengurangi utang, dan melakukan akuisisi.

Selain itu, umum dilakukan strategi memotong biaya/efisiensi biaya seperti biaya operasional, energi, pemasaran, dan biaya penyimpanan, mengevaluasi harga secara berkala, meningkatkan kualitas dan variasi produk, dan memperkuat neraca perusahaan. Perusahaan dapat lebih mengetatkan lagi terkait dengan utang dan piutang, hedging ke aset yang dapat melawan inflasi (emas, tanah, saham, dll), meningkatkan pemanfaatan dari tanah dan properti yang dimiliki, serta memanfaatkan skema diskon dengan pemesanan dalam jumlah besar.

Lalu, bagaimana dengan rumah tangga dan konsumen? Kita sudah paham bersama secara umum bahwa inflasi menurunkan kemampuan konsumen dalam mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkannya. Dalam kondisi kenaikan harga, respons konsumen pada umumnya, khususnya di kelas menengah bawah ialah dengan mencari substitusi barang yang lebih murah atau mencari produk-produk dengan ukuran yang lebih kecil sehingga harganya terjangkau. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan produsen melakukan penyediaan lini produk yang lebih murah dan terjangkau, baik dari sisi besar kemasan maupun komponen produk yang khusus.

Hal itu seharusnya dapat menjadi dorongan bagi perusahaan untuk melakukan diversifikasi produk-produk yang lebih terjangkau untuk masyarakat yang mengalami penurunan daya beli. Pemerintah, selain melalui BLT, dapat memberikan insentif dalam bentuk keringanan PPN untuk produk-produk bagi masyarakat rentan atau insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi, yang membantu meningkatkan produktivitas dan teknologi yang dapat menurunkan harga karena efisiensi.

Pada intinya, sinergi, kebersamaan dan kolaborasi sangat diperlukan untuk keluar dari jerat inflasi dan stagnasi, juga tidak cukup dari pendekatan makroekonomi, tetapi juga dari mikroekonomi dan analisis perilaku industri dan rumah tangga.

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya