Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DI awal 1970-an, ketika istilah perubahan iklim belum begitu populer, sekelompok individu yang terdiri atas pengusaha dan intelektual lintas disiplin yang tergabung dalam Club of Rome (Kelompok Roma) mensponsori penelitian untuk mengukur dampak pembangunan. Penelitian dengan menggunakan permodelan komputer itu mempelajari dan memproyeksikan interaksi dari sejumlah faktor, yakni pertumbuhan penduduk, produksi pertanian, industrialisasi, pencemaran lingkungan, dan konsumsi terhadap sumber daya alam yang dilakukan umat manusia di seluruh dunia. Akhir studi selama 18 bulan yang diberi judul The Limits to Growth (Batas- Batas Akhir Pertumbuhan) itu berkesimpulan apabila gerak pertumbuhan tidak dihentikan dan eksploitasi terhadap alam yang terus-terusan, dalam 100 tahun mendatang akan mengakibatkan ambruknya sistem kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Belum lagi genap setengah abad sejak dirilisnya laporan itu, kita telah melihat dan merasakan ekses dari itu semua. Kian cepatnya laju industrialisasi yang salah satunya menyebabkan lubang ozon kian menganga telah berdampak pada meningkatnya suhu di muka bumi. Belum lama ini, tepatnya pada 10 Agustus lalu, Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC) merilis laporan terkait hal tersebut. Dalam laporan setebal 42 halaman itu disebutkan emisi gas yang membuat suhu bumi menghangat saat ini kemungkinan akan melampaui batasan yang telah ditetapkan hanya dalam waktu 10 tahun. Para penulis laporan ini juga menunjukkan kenaikan permukaan laut mendekati dua meter di akhir abad ini tidak dapat terhindarkan. “Laporan Kelompok Kerja 1 IPCC yang diterbitkan ialah kode merah untuk umat manusia," kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, seperti dilansir BBC.
Demi menekan dampak krisis iklim yang lebih buruk di masa mendatang, kelompok pegiat lingkungan Greenpeace menyarankan pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, harus melakukan berbagai langkah ambisius dalam kebijakan energi dan kehutanan. Menurut catatan Greenpeace Asia Timur, fenomena kenaikan permukaan laut ekstrem dan banjir pesisir yang tinggi di tujuh kota besar Asia, termasuk Jakarta, pada 2030 dapat menimbulkan dampak pada produk domestik bruto sebesar US$724 miliar (Rp10,3 triliun). Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan isu perubahan iklim merupakan bencana global dan dampaknya diperkirakan sama seperti pandemi covid-19. Pandemi covid-19 telah meluas ke seluruh dunia dan menahan mobilitas manusia. Sementara itu, ancaman perubahan iklim beriringan dengan pembangunan. Semakin rakyatnya sejahtera, mobilitas tinggi dan penggunaan energi semakin besar. Maka itu, akan menghasilkan emisi karbon dalam bentuk kenaikan suhu.
Dalam acara ESG Capital Market Summit 2021, Selasa (27/7), Sri Mulyani menyatakan Indonesia harus ikut berpartisipasi menangani risiko perubahan iklim. Indonesia, kata dia, memang seharusnya tidak dalam situasi menunggu dan defensif ketika negara lain membuat regulasi baru. Apa yang dikatakan Ani, demikian Sri Mulyani kerap disapa, benar. Untuk mengatasi perubahan iklim tidak bisa sekadar dengan proyek seremoni menanam pohon yang kerap dilakukan banyak pejabat dan pesohor selama ini. Harus ada kebijakan untuk mengurangi penggunaan energi fosil secara drastis dan beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Harus ada target yang lebih ambisius lagi untuk mengurangi emisi karbon. Banjir, badai, serta topan, dan kebakaran hutan yang kian sering, suhu yang semakin panas, dan beberapa bentuk anomali cuaca lainnya yang akhir-akhir ini sering kita lihat dan alami menandakan bahwa kita berkejaran dengan waktu.
Seperti halnya pandemi covid-19, perubahan iklim merupakan fenomena global yang tidak dapat ditanggulangi secara lokal. Harus ada kerja sama baik di tingkat regional maupun internasional. Sebagai warga negara, bentuk partisipasi yang paling mungkin kita lakukan ialah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mengubah pola konsumsi, baik dalam bidang pangan maupun pakaian. Dr Debra Robert, salah satu ketua IPCC, menyebut jalan kaki, bersepeda, atau menggunakan angkutan umum akan mengurangi emisi karbon. Selain itu juga membuat kita sehat. Aktivis lingkungan belia asal Swedia Greta Thunberg bahkan mulai berhenti membeli baju baru karena industrinya dianggap berdampak pada pencemaran. Pandemi covid-19 yang membatasi mobilitas manusia saat ini kiranya telah mengajarkan kita bagaimana mesin kapitalisme yang rakus dengan berbagai eksesnya terhadap alam dan manusia mesti diredam. Itu jika kita ingin tinggal lebih lama menghuni planet ini.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved