Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MAJELIS Kesehatan Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) diterima oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) pada Selasa (14/11).
Pertemuan yang dihadiri Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Pemprov Jetang Yuni Rahayuningtyas dan Kepala Bagian Bidang Keagamaan Biro Kesra Pemprov Jateng Muhammad Yusuf tersebut membahas polemik kental manis di tengah masyarakat yang hingga saat ini masih kerap diberikan sebagai minuman susu untuk anak dan balita.
Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Pemprov Jateng Yuni Rahayuningtyas yang turut hadir mengatakan pentingnya perhatian terhadap edukasi bahaya konsumsi kental ditengah maraknya kasus stunting. Menurut Yuni, perlu materi edukasi kental manis bukan susu dalam setiap upaya penanganan stunting.
Baca juga: Perlu Optimalisasi Sosialisasi Dampak Buruk Susu Kental Manis pada Balita
“Kalau kita lihat di lapangan terkait stunting dan kental manis memang edukasi dan materinya harus mulai diperkuat karena kita lihat di lapangan sedang marak ya (stunting dan pemberian kental manis pada balita)”. Jelas Yuni.
Lebih lanjut, Yuni menjelaskan bahwa di Dinas Kesehatan bersama stakeholder lain sudah gencar melakukan optimalisasi pelayanan posyandu melalui kader-kadernya.
Libatkan Kader Posyandu
Adapun kader Posyandu bertugas untuk melakukan intervensi pemberian makanan tambahan (PMT) dan edukasi mengenai stunting di masyarakat dengan harapan angka stunting di Jateng dapat turun setidaknya 3 poin pada tahun 2024 dari angka saat ini yaitu 20.8%
“Kami berharap target provinsi Jawa Tengah pada tahun 2024 tercapai atau setidaknya angka prevalensi stunting pada tahun 2024 turun sebanyak tiga poin di 2024,” terang Yuni.
Baca juga: PP Muslimat NU Sosialisasikan Risiko Kental Manis untuk Balita di Garut
Dalam kesempatan itu, PP Aisyiyah dan YAICI juga berkesempatan memaparkan hasil temuan lapangan terhadap keluarga dengan anak stunting yang dilakukan di Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jateng,
Pada umumnya anak balita yang terindikasi stunting memiliki kebiasaan jajan sembarangan serta pola asuh orang tua yang tidak paham akan gizi yang baik untuk anak.
Anggapan 'Yang Penting Makan'
Pada beberapa kasus temuan, orang tua lebih memilih untuk membiarkan anak jajan pangan instan tinggi kandungan garam, gula, dan lemak (GGL) di warung terdekat seperti kental manis, es teh dan snack murah karena anggapan “yang penting makan” dari orang tua. Akibatnya, anak memiliki perilaku makan yang buruk.
Baca juga: Ahli Gizi Tegaskan Kental Manis tidak Bisa Gantikan Susu
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan pihaknya juga menemukan permasalahan monitoring pada program makanan tambahan (PMT). Menurut Arif, monitoring PMT ini harus diperhatikan pemerintah.
"Jangan sampai bantuan yang diberikan meski tepat sasaran tapi tidak tepat guna seperti tidak dikonsumsi oleh anak, melainkan orang tua, hingga diberikan pada tetangga atau anggota keluarga lain," jelas Arif.
“Tugas pemerintah dan kita semua selanjutnya setelah PMT terdistribusi adalah memastikan agar PMT tersebut dikonsumsi,” tegas Arif.
Lebih lanjut, Arif juga mengatakan bahwa edukasi tentang pengentasan stunting dan peruntukan kental manis juga tetap harus berjalan beriringan dengan pemberian PMT.
“Edukasi perlu terus dilakukan, kami bersama Aisyiyah juga akan terus mendukung pemerintah untuk menurunkan stunting khususnya di Jawa Tengah,” tambah Arif.
Baca juga: Jawa Tengah Terus Tekan Angka Stunting
Dalam audensinya, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR, Koordinator Divisi Pemberdayaan Masyarakat Majelis Kesehatan PP Aisyiyah menekankan bahwa sebagai organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang juga memiliki basis di wilayah Jateng siap ikut andil dan turut berkontribusi bersama Pemprov Jateng untuk memperkuat edukasi pengentasan stunting dan kental manis.
PP Aisyiyah menggerakkan kader dari wilayah, cabang hingga ranting untuk melakukan pendampingan dan monitoring pemberian PMT di wilayah Jateng agar tepat guna.
“Kami, sebagai organisasi perempuan terbesar yang ada dari tingkat pusat, wilayah, cabang hingga ranting siap membantu dan menggerakan kader-kader terbaik kami untuk memperkuat, turut andil dan berkontribusi bersama pemerintah khususnya Jateng untuk pengentasan Stunting,” pungkas Rini. (RO/S-4)
Sosialisasi penggunaan kental manis perlu lebih digencarkan lagi, salah satunya melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Platform aduansalahsusu.id. merupakan sarana bagi masyarakat untuk mengawal kebijakan pemerintah terkait konsumsi dan promosi kental manis.
Pemberian kental manis untuk balita didorong oleh masih tingginya persepsi salah dari orang tua yang menganggap kental manis kandungannya sama dengan susu sapi.
Masih banyak orang tua yang memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk balita bahkan sebagai pengganti ASI pada anak dibawah 1 tahun, yang disebabkan oleh ketidaktahuan.
Program Kedai Kreatif Susu Kental Manis Frisian Flag ‘Kekuatan untuk Menang’ untuk Usaha Micro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia bakal dilanjutkan
Hasil inovasi mereka, disosialisasikan kepada para ibu anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Brebes.
Jika subsidi BPJS Kesehatan dipangkas demi Makan Bergizi Gratis, perbaikan kinerja keuangan yang sedang dilakukan BPJS Kesehatan juga berpotensi terganggu.
Mahasiswa IPB membuat inovasi berupa abon telur agar anak-anak balita bisa mengonsumi telur dalam bentuk lain guna pemenuhan gizi mereka. Ini upaya pencegahan stunting di Kabupaten Brebes.
Perlu kerja pentahelix dan sinergi kolaborasi untuk membangun komitmen yang kuat dalam penanganan dan pencegahan stunting. Termasuk dukungan regulasi
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved