Pedagang Diduga Timbun Gula agar Ada Impor

TINGGINYA harga gula pasir saat ini diduga karena ada aksi penimbunan yang dilakukan para pedagang besar. Apalagi saat ini petani tebu rakyat sudah memasuki musim giling.

"Musim giling sudah dimulai sejak awal Mei di Jawa Timur. Di Cirebon, petani tebu akan memasuki musim giling pada 21-26 Mei di dua pabrik gula (PG) yakni PG Tersana Baru dan Jatitujuh," kata Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, Haris Sukmawan, kemarin.

Adapun stok gula, menurut Haris, hingga kini masih mencukupi termasuk sampai Lebaran. "Kalau ada kenaikan harga gula, diduga karena ada permainan. Pedagang gula sengaja menimbun gula menjelang Ramadan dan Lebaran sehingga stok gula di pasaran menipis. Harga gula pun naik," ujarnya.

Dampaknya para distributor meminta segera dilakukan impor gula. "Pemerintah harus bertindak tegas terhadap pedagang-pedagang yang menimbun gula. Pemerintah jangan mengimpor gula. Stok gula aman," tegasnya.

Di Jawa Timur, meski musim gi-ling tebu sudah mulai, harga gula tetap tinggi. Di Pasar Wonokromo, Surabaya, harga gula pasir dijual Rp15 ribu per kg. "Naiknya bertahap dari Rp10 ribu per kg hingga sekarang menjadi Rp15 ribu," ujar Rodiyah, pedagang gula di Pasar Wonokromo.

Untuk mengatasi lonjakan harga gula pasir, Pemprov Sulawesi Tengah bekerja sama dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Cabang Sulteng menggelar pasar murah khusus gula pasir di sejumlah pasar tradisional. Secara nasional PPI telah mengalokasikan stok gula pasir untuk mendukung kegiatan pasar murah menjelang Ramadan di sejumlah provinsi sebanyak 190 ribu ton, dengan harga jual Rp12.500 per kg.

Di Kalimantan Selatan, PPI beker-ja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalsel memperluas operasi pasar gula. Beberapa hari ini, dalam operasi pasar di Banjarmasin telah terjual 23 ton gula dengan harga Rp12.500 per kg.

PPI berjanji melakukan operasi pasar gula untuk mencegah permainan harga.