Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PARA pemimpin dunia bertemu dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (18/9). Namun, pertemuan KTT iklim diwarnai dengan ketidakhadiran pembicara dari dua negara penghasil emisi terbesar di dunia yaitu Tiongkok dan AS.
Meskipun terjadi peningkatan peristiwa cuaca ekstrem, suhu global yang memecahkan rekor, hingga emisi gas rumah kaca terus meningkatkan perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil meraup untung besar.
Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut KTT ambisi Iklim sebagai forum yang tidak main-main, di mana para pemimpin atau menteri kabinet akan mengumumkan tindakan spesifik yang memenuhi komitmen mereka di bawah Perjanjian Paris.
Baca juga: Majelis Umum PBB Adopsi Resolusi Mengecam Penodaan Kitab Suci
Standar untuk naik ke podium sangat tinggi, kepala PBB menjelaskan bahwa hanya para pemimpin yang telah membuat rencana konkret untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang akan diizinkan untuk berbicara.
Setelah menerima lebih dari 100 aplikasi untuk ikut serta, PBB akhirnya merilis daftar 41 pembicara pada Selasa malam yang tidak termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, atau India.
Baca juga: Ukraina Minta Bantuan Dunia Pulangkan Anak-anak yang Diculik Rusia Selama Perang
"Besok, saya akan menyambut para penggerak dan pelaku pertama yang kredibel dalam KTT Ambisi Iklim kita," kata Guterres pada Selasa (19/9).
Beberapa pemimpin besar tidak repot-repot melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB tahun ini, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
Presiden AS Joe Biden, yang berpidato di hadapan Majelis Umum pada hari Selasa, mengirim utusan iklimnya, John Kerry, untuk menghadiri pertemuan tersebut.
"Tidak diragukan lagi bahwa ketidakhadiran begitu banyak pemimpin dari negara-negara dengan ekonomi dan penghasil emisi terbesar di dunia akan berdampak pada hasil pertemuan," ujar Alden Meyer dari lembaga pemikir iklim E3G.
Dia menyalahkan isu-isu yang saling bersaing, mulai dari konflik Ukraina hingga ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
"Namun saya rasa juga ada pertentangan di banyak negara ini dari industri bahan bakar fosil dan kepentingan-kepentingan kuat lainnya terhadap perubahan transformasional yang dibutuhkan," jelas Meyer.
Direktur eksekutif organisasi nirlaba Destination Zero, Catherine Abreu,
mengatakan mungkin merupakan berita baik bahwa Biden tidak diberi kesempatan berbicara di KTT tersebut. Padahal, ASt terus mengembangkan proyek-proyek bahan bakar fosil meskipun negara ini telah melakukan investasi besar-besaran di bidang energi terbarukan.
"Saya menganggap hal ini sebagai koreksi dari KTT sebelumnya, di mana para pemimpin telah diberi kesempatan untuk menerima pujian atas kepemimpinan iklim di panggung global, sementara mereka terus melanjutkan rencana untuk mengembangkan bahan bakar fosil, dan terus mendorong krisis iklim di negaranya sendiri,” pungkasnya.
Meskipun AS tidak akan naik ke mimbar, California akan diwakili oleh Gubernur Gavin Newsom. Dari Inggris, Walikota London Sadiq Khan juga akan hadir. (AFP/Fer/Z-7)
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Di era digital dan modern saat ini, kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.
Beberapa bulan terakhir mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang sejarah, mendorong Sekjen PBB, Antonio Guterres, menyerukan larangan global terhadap iklan bahan bakar fosil.
Para pengunjuk rasa yang terjebak dalam ketegangan dengan polisi, berteriak menyerukan tuntutannya, termasuk Thunberg.
Dengan kenaikan suhu sebesar 1,2C sejauh ini, masyarakat di seluruh dunia sudah menghadapi dampak iklim yang mematikan dan berdampak buruk secara ekonomi.
Metana bertanggung jawab atas sekitar 30% pemanasan global yang dialami saat ini, menurut Program Lingkungan PBB.
Presiden Joe Biden mengumumkan penunjukan John Podesta sebagai utusan iklim Amerika Serikat, menggantikan John Kerry dalam isu kunci pemerintahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved