Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
AIR conditioner (AC) banyak di Amerika Serikat, kontroversial di Eropa, dan didambakan di Asia Selatan. Saat gelombang panas meningkat di seluruh dunia, AC telah menjadi pusat perhatian.
Baik atau buruk, peralatan yang haus daya ini menjadi salah satu adaptasi paling umum terhadap dunia yang memanas. Mereka telah menjadi alat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup jutaan orang, menurut para ahli.
Namuun saat membawa bantuan yang segera dan menyelamatkan jiwa, AC datang dengan biaya berupa krisis iklim karena kebutuhan energi mereka yang sangat besar. Pendingin udara bertanggung jawab atas emisi sekitar satu miliar metrik ton karbon dioksida per tahun, menurut Badan Energi Internasional (IEA), dari total 37 miliar yang dipancarkan di seluruh dunia.
Baca juga: Hanya Empat Negara yang Berbuat Cukup Menghentikan Kebiasaan Merokok
Mungkin saja dapat mengakhiri lingkaran setan ini, kata para ahli, dengan meningkatkan kontribusi energi terbarukan, mengembangkan AC yang kurang intensif energi, dan menambahnya dengan teknik pendinginan lain. "Ada beberapa yang berpikir bahwa kita dapat menghilangkan AC, tetapi saya pikir itu tidak mungkin," kata Robert Dubrow, seorang ahli epidemiologi Yale yang berspesialisasi dalam efek kesehatan dari perubahan iklim, kepada AFP.
Akses ke AC sudah menyelamatkan puluhan ribu nyawa per tahun, angka yang terus bertambah, menurut laporan IEA baru-baru ini yang ditulis bersama oleh Dubrow. Banyak studi menunjukkan bahwa risiko kematian terkait panas berkurang sekitar tiga perempat bagi mereka yang tinggal di rumah dengan AC.
Baca juga: Studi: Perburuan Ilegal terhadap Harimau Bangladesh makin Parah
Di Amerika Serikat, sekitar 90% rumah tangga memiliki AC, sejumlah penelitian telah menyoroti peran AC dalam melindungi populasi dan potensi dampak buruk dari pemadaman listrik yang meluas selama gelombang panas. Namun secara global, dari 3,5 miliar orang yang tinggal di iklim panas, hanya sekitar 15% yang memiliki AC di rumah.
Jumlah penyejuk udara di dunia, sekitar dua miliar saat ini, diperkirakan meroket seiring kenaikan suhu dan pendapatan. India, Tiongkok, dan Indonesia--negara terpadat pertama, kedua, dan keempat di dunia--merupakan di antara negara-negara yang akan mengalami pertumbuhan terkuat.
Baca juga: Lebah Irak Merana, Produksi Madu Tertekan Pemanasan Global
Pada 2050, rumah tangga di India yang dilengkapi dengan AC dapat meningkat dari 10% menjadi 40%, menurut penelitian baru-baru ini. Namun peningkatan konsumsi listrik seperti itu akan setara dengan total produksi tahunan negara seperti Norwegia saat ini.
Jika jaringan masa depan India menggunakan bahan bakar fosil sebanyak yang digunakan saat ini, itu berarti sekitar 120 juta ton lebih banyak karbon dioksida yang dihasilkan setiap tahun atau 15% dari emisi sektor energi negara itu saat ini. Masalah yang ditimbulkan oleh peningkatan AC tidak berhenti di situ. Menjalankan pembangkit listrik juga menyebabkan polusi udara.
Baca juga: Iran Gantung 11 Orang Kaum Baluch atas Tuduhan Narkoba
Pendingin udara juga umumnya menggunakan gas fluorokarbon sebagai refrigeran yang memiliki daya pemanasan ribuan kali lebih besar daripada CO2 ketika dilepaskan ke atmosfer. Dengan membuang udara panas ke jalanan, AC berkontribusi terhadap efek pulau panas perkotaan. Studi pada 2014 menemukan bahwa pada malam hari panas yang dipancarkan dari sistem pendingin udara di pusat kota meningkatkan suhu udara rata-rata lebih dari 1 derajat celsius (hampir 2 derajat fahrenheit).
Terakhir, karena biayanya, akses ke AC menimbulkan masalah ekuitas yang besar. Setelah terpasang, harga tagihan listrik dapat memaksa keluarga untuk memilih antara pendinginan dan kebutuhan penting lain.
Bagi Enrica De Cian, profesor ekonomi lingkungan di Universitas Ca Foscari di Venesia, penggunaan AC ialah strategi penting dalam kondisi tertentu dan di tempat-tempat tertentu. Namun, tambahnya, penting untuk menggabungkannya dengan pendekatan pelengkap.
Pertama, terus menggenjot produksi energi terbarukan dan mengurangi bahan bakar fosil, sehingga energi yang digunakan AC menghasilkan emisi yang lebih sedikit. Kedua, mengembangkan dan memasang AC terjangkau yang mengkonsumsi lebih sedikit energi yang sedang dikerjakan oleh beberapa perusahaan. IEA mengadvokasi standar efisiensi yang lebih ketat, tetapi juga merekomendasikan penyejuk udara untuk disetel minimal 24 derajat celsius (75 derajat fahrenheit).
Selain membatasi emisi, efisiensi yang lebih besar juga akan mengurangi risiko pemadaman listrik terkait dengan permintaan berlebihan. Pada hari-hari panas, AC dapat menghabiskan lebih dari setengah konsumsi puncak.
Namun di atas semua itu, para ahli menekankan kebutuhan simultan untuk langkah-langkah perencanaan tata ruang, termasuk lebih banyak ruang hijau dan badan air, trotoar dan atap yang memantulkan sinar matahari, dan insulasi bangunan yang lebih baik. "Kita harus mencapai pendinginan dalam ruangan yang berkelanjutan," kata Dubrow.
Solusi yang diusulkan, "Sangat layak," tambahnya. "Ini masalah kemauan politik bagi mereka untuk diimplementasikan." (Z-2)
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved