Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
TERAKHIR kali bepergian ke luar Jalur Gaza yang diblokade Israel, Milad Ayyad baru berusia 10 tahun. Akan tetapi untuk Natal tahun ini dia menerima hadiah tak ternilai untuk mengunjungi Betlehem, Palestina.
Sehari sebelum malam Natal, pihak berwenang Israel memberi Ayyad, yang sekarang berusia 30 tahun, izin yang memungkinkan dia mengunjungi tempat kelahiran Yesus Kristus. "Sangat menyenangkan untuk (akhirnya) mendapatkan izin," kata Ayyad kepada AFP. Dia telah mencoba selama bertahun-tahun untuk mendapatkan satu kesempatan tetapi tidak berhasil.
"Saya sudah lama berharap pergi ke Betlehem untuk merayakan (Natal) dengan kerabat saya yang sudah bertahun-tahun tidak saya temui." Dia menjadi salah satu dari 500 orang Kristen dari Gaza yang telah diizinkan oleh otoritas Israel untuk melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki untuk liburan tahun ini.
Izin untuk keluar dari Jalur Gaza yang miskin, karena diblokade oleh Israel selama 15 tahun, datang dalam waktu mepet sehingga tidak punya banyak waktu membuat perencanaan pada Hari Natal. Seperti kebanyakan warga Gaza Kristen, Ayyad ialah seorang Ortodoks Yunani yang biasanya menandai Hari Natal pada 7 Januari. Ini berarti dia masih bisa menantikan lebih banyak keceriaan liburan.
"Perayaan di kota damai, Betlehem, begitu istimewa," kata Ayyad, seorang mahasiswa sejarah yang nama depannya berarti kelahiran. "Hal itu tidak bisa dibandingkan dengan di Gaza yang hanya berlangsung di balik tembok gereja dengan massa saja."
Tidak seperti Gaza yang dilanda perang, katanya, Betlehem penuh dengan kegembiraan. Jumlah orang Kristen di Gaza telah menurun selama bertahun-tahun. Soalnya, banyak dari mereka telah beremigrasi, terutama setelah gerakan Islam Hamas merebut kekuasaan pada 2007.
Kasus Omikron di Palestina Bertambah Menjadi 35
Menurut pejabat gereja setempat, hanya ada sekitar 1.000 orang Kristen di daerah kantong itu. Sebelumnya, populasinya mencapai 7.000 sebelum 2007.
Hingga saat-saat terakhir, perjalanan Ayyad tampak penuh dengan ketidakpastian. Untuk memulainya, pihak berwenang Israel tidak memberi tahu jadwal waktu izin itu akan dikeluarkan, sehingga hal-hal menjadi tidak pasti. Dia kemudian harus menelepon pamannya untuk memastikan dia siap menerimanya di rumahnya di Beit Sahur, kota dekat Betlehem.
Itu diikuti dengan mengatur perjalanannya ke titik penyeberangan Erez ke Israel. Misi ini membutuhkan saraf baja untuk melewati penghalang ultraaman besar yang menyerupai terminal bandara.
Namun tantangan terbesarnya sejauh ini yaitu meyakinkan ayahnya, Suhail Ayyad, bahwa dia bisa melakukan perjalanan sendirian. "Saya peduli dengan anak-anak saya seperti biji mata saya," kata sang ayah, yang menderita penyakit serius.
Satu-satunya gambaran di benaknya terkait dengan melintasi wilayah Israel yaitu tentara yang menembaki warga Palestina. Ini membuatnya yakin putranya akan menghadapi nasib yang sama.
Di halaman rumah mereka di Gaza, saat pasokan listrik yang tidak dapat diandalkan menyebabkan lampu pohon Natal mereka berkedip-kedip tidak menentu, butuh upaya kelompok untuk meyakinkan ayah Ayyad bahwa perjalanan itu aman. Bahkan seorang tetangga yang cerewet menimpali, berkeras bahwa selama Ayyad memiliki izin, tidak ada risiko.
Baca juga: Israel Berencana Perluas Permukiman Warga Yahudi di Dataran Tinggi Golan
Pada hari keberangkatan akbar itu, pemuda itu, yang tidak ingat pernah melihat orang Israel, mengintip tanda-tanda yang menunjukkan jalan ke kota-kota Israel. Mengenakan mantel tebal untuk melindungi dirinya dari dinginnya Betlehem, dia menatap kagum pada tanaman hijau, mengatakan bahwa tidak ada hutan seperti ini di Gaza.
Ayyad tiba di Betlehem sehari setelah Natal. Jumlah orang Kristen yang berkumpul di Manger Square tidak diragukan lagi jauh melebihi jumlah yang ada di seluruh Gaza.
Ayyad mengambil selfie di depan pohon Natal raksasa, mengunjungi Gereja Kelahiran, menyalakan lilin, dan berlutut di gua tempat Yesus Kristus dikatakan dilahirkan. Perjalanannya ke Betlehem menandai kelegaan singkat dari hidupnya di Gaza yang dilanda krisis. Dampak perang antara Hamas dan Israel tujuh bulan lalu, "Kami masih berduka," kata Ayyad.
Menurut Janine di Giovanni, seorang peneliti di Universitas Yale, umat Kristen di Gaza harus memiliki kebebasan untuk pergi ke tempat yang mereka inginkan untuk beribadah. "Pembatasan gerakan mereka merupakan penghinaan mutlak terhadap kebebasan beragama," kata di Giovanni yang baru-baru ini menulis buku The Vanishing: Faith, Loss, and the Twilight of Christianity in the Land of the Prophets.
Baca juga: Hamas Ancam Pemukim Israel terkait Tabrak Wanita Tua Palestina
Namun Ayyad tetap senang bisa merasakan kebebasan ini pada Natal ini. Meski tidak naik pesawat atau mengalami jet lag, perjalanannya dari satu wilayah Palestina ke wilayah lain memberinya kesan perjalanan dari satu negara ke negara lain. (AFP/OL-14)
Pasukan pendudukan Israel menargetkan Sekolah Dalal al-Maghribi di Gaza.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menilai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kebrutalan yang nyata, tetapi masyarakat internasional bungkam.
Serangan yang menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh akan berdampak pada upaya gencatan senjata dan meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah.
WAKIL Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menilai sosok pemimpin biro politik organisasi perlawanan Palestina Hamas Ismail Haniyeh sebagai pejuang kemerdekaan Palestina.
AMERIKA Serikat akan terus mengupayakan gencatan senjata di Jalur Gaza meskipun ketua biro politik Hamas Ismail Haniyeh meninggal. Ini dikatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Tindakan Israel selama ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
PEMIMPIN kelompok Houthi Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi, mengatakan pembunuhan Kepala Politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel telah meningkatkan pertempuran ke lingkup lebih luas.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan berbelasungkawa atas kematian petinggi Gerakan perlawanan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh.
UPACARA pemakaman Ismail Haniyeh, pemimpin biro politik kelompok perlawanan Hamas, dimulai pada Kamis (1/8) di ibu kota Iran, Teheran, yang dihadiri sejumlah besar warga dan pejabat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved