Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kesadaran Dunia Industri Indonesia Investasi pada Riset dan Pengembangan asih Rendah

Despian Nurhidayat
17/10/2023 21:56
Kesadaran Dunia Industri Indonesia Investasi pada Riset dan Pengembangan asih Rendah
Peluncuran Dana Padanan 2024 oleh Kemendikbudristek(Antara/Astrid Faidlatul Habibah)

PELAKSANA Tugas Direktur Jenderal Perguruan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam mengataka kesadaran dunia industri di Indonesia untuk berinvestasi di dalam riset dan pengembangan masih terendah di Asia Tenggara, bahkan lebih rendah dari Myanmar.

“Dananya itu hanya mencapai di bawah 0,08% dari GDP (produk domestik bruto). Itupun 74% diantaranya adalah dari belanja negara, industri hanya 26%. Belanja industri untuk iklan itu bisa mencapai tujuh kali lipat dibandingkan riset dan pengembangan. Ini data dari LIPI 4 tahun lalu,” ungkapnya dalam Peluncuran Program Dana Padanan 2024 di Jakarta, Selasa (17/10).

Menurut Nizam, Indonesia bercita-cita ingin lepas dari middle income trap. Dia menjelaskan biasanya negara middle income trap hanya mengandalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Baca juga : Kolaborasi Kemendikbudristek dan MilleaLab Tingkatan Literasi Digital Tenaga Pendidik

Lebih lanjut, negara yang perekonomiannya hanya mengandalkan kedekatan pada sumber daya yang murah dan melimpah, hanya akan membuat negara tersebut terjebak dalam middle income trap.

“Banyak negara yang ada di Amerika Selatan dan Afrika Utara yang berhenti di middle income trap dan tidak bisa menjadi negara maju karena tidak ada satupun negara maju yang tidak mengandalkan inovasi. Ekonominya harus berbasis inovasi. Itu adalah kunci menuju negara maju sehingga sumber daya alam kita memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan kalau kita hanya sekadar menjadi tukang jahit dan tukang rakit dengan lisensi impor,” tegas Nizam.

Baca juga : Kemendikbudristek Siap Gelar Malam Puncak AKI 2023

Untuk itu, Nizam menegaskan, perlu dilakukan kerja sama antara dunia industri dengan perguruan tinggi melalui visi bersama membangun masa depan.

Hal itulah yang melatarbelakangi Program Dana Padanan yang sudah berlangsung selama 3 tahun.

“Jadi ketika ada masalah di dunia industri bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi karena perguruan tinggi adalah tempatnya talenta dan pakar. Kita punya 300 ribu dosen dan 26 ribu guru besar kalau tidak salah, 70 ribu doktor belum lagi kita punya 9 juta mahasiswa yang menjadi talenta masa depan kita,” tuturnya.

Nizam menegaskan, pihaknya sudah mengucurkan anggaran sebesar Rp1 triliun sejak 3 tahun lalu ditambah dari industri dengan jumlah yang sama. Hasilnya, sudah ada sekitar 6 ribu inovasi lahir dari kolaborasi ini.

“Global Innovation Index saja sudah merilis peringkat Indonesia yang tadinya di 88 pada 2020, saat ini sudah naik ke peringkat 61. Faktor yang menyebabkan kenaikan ini adalah kerja sama antar kampus dengan dunia industri tadinya peringkat 35 pada 2020 sekarang kita menjadi peringkat 5 dunia,” tandas Nizam. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya