Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SALAH satu potensi wisata heritage di JawaTimur adalah situs purbakala penemuan fosil manusia purba Homo Wajakensis di Desa Wajak, Tulungangung, Jawa Timur.
Wisata heritage atau wisata pusaka merupakan kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya, kesenian, serta filosofi.
Wisata heritage juga dapat didefinisikan sebagai perjalanan untuk menikmati tempat-tempat, artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini.
Baca juga: Ini Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia
Lalu, apa yang dimaksud dengan Homo wajakensis? Bagaimana ciri-cirinya? Berikut adalah penjelasan lengkap yang dirangkum dari berbagai sumber.
Homo wajakensis atau Manusia Wajak adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia.
Fosil Homo wajakensis ditemukan Van Rietschoten pada 24 Oktober 1888 (Theunissen, 1989 dalam Storm, 1995) di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Dilansir dari Wikipedia, pada 31 Oktober 1888 C.Ph. Sluiter menerima surat dari Van Rietschoten yang kemudian dibacakan dalam pertemuan Koninklijke Natuurkundige Vereniging (Royal Society of Natural Sciences) pada 13 Desember 1888.
Van Rietschoten menjabarkan bahwa fosil tengkorak tersebut ditemukan saat eksplorasi pertambangan marmer, meskipun kondisi tengkorak hancur, terdapat empat gigi geraham yang masih menempel di rahang.
Pada 21 Desember 1888, Sluiter mengirim surat tentang kabar penemuan fosil tersebut ke Eugene Dubois, yang pada saat itu sedang melakukan penelitian di Sumatra.
Pada 11 April 1889, Sluiter membacakan reaksi Dubois terhadap kabar tersebut pada pertemuan Royal Society of Natural Sciences. Dubois menyebutkan Manusia Wajak lebih mirip ke tipe Papua daripada tipe Malay.
Dubois kemudian berangkat ke Jawa dan, pada 9 Juni 1890, Dubois melakukan ekskavasi di lokasi penemuan tengkorak Manusia Wajak oleh van Rietschoten (Wajak-1).
Hasil ekskavasi tersebut hanya menemukan tulang hewan yang diduga merupakan rusa. Ekskavasi dilanjutkan pada akhir September 1890 hingga Oktober 1890 dan Dubois berhasil menemukan spesimen Manusia Wajak (Wajak-2) serta fragmen-fragmen dari berbagai jenis mamalia.
Temuan Wajak menunjukkan bahwa, sekitar 40,000 tahun yang lalu, Indonesia sudah didiami Homo sapiens, yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, hingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri.
Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Javanese Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.
Menurut laman Kemendikbud, fosil Homo Wajakensis ditemukan pertama kali oleh B.D. van Rietschoten pada 1889, di Desa Wajak, Tulungagung. Temuan manusia purba jenis ini juga tercatat sebagai yang pertama di Asia.
Fosil Homo Wajakensis yang ditemukan terdiri dari tengkorak, rahang bawah, serta beberapa bagian tulang leher. Fosil tersebut dideskripsikan berjenis kelamin perempuan, dengan usia sekira 30 tahun.
Setahun berselang atau pada 1890, Dubois menemukan fosil manusia purba jenis serupa, juga dilokasi yang sama. Fosil temuan Dubois terdiri dari tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang paha, serta tulang kering.
Penelitian menyimpulkan bahwa fosil Homo Wajakensis temuan Dubois berjenis kelamin laki-laki, dan terindikasi memiliki otot yang terlihat jelas.
Susunan gigi fosil temuan Dubois diklaim dapat menyentuh tekstur atas dan bawah saat menutup mulut. Mengacu fosil tulang pahanya, disimpulkan bahwa Homo Wajakensis kedua memiliki tinggi sekira 173 cm (Sejarah Indonesia, 2014:27).
Homo Wajakensis setelah berevolusi memang disebut punya kemiripan dengan ras Mongoloid, sub-ras Melayu Indonesia. Tidak hanya itu, Homo Wajakensis juga turut dikaitkan dengan terbentuknya keturunan ras Austroloid.
Berikut ciri-ciri Homo Wajakensis, dikutip dari laman Kemendikbud:
Sejak zaman penjajahan Belanda telah tumbuh subur perusahaan tambang meski kala itu masih dilakukan secara tradisional.
Berikut sejumlah klaim segelintir oknum Ba'alawy terkait pahlawan dan kemerdekaan Indonesia yang disampaikan Rhoma Irama. Anhar Gonggong membantah semua klaim itu. Berikut uraiannya.
Kegiatan Balai Kota open house menjadi momentum dibukanya Balai Kota untuk kegiatan pembelajaran, wisata, dan sejarah.
Istilah zabur berasal dari kata Ibrani, zimra, bermaksud lagu atau musik.
Setiap 22 Juli diperingati sebagai hari Bhaki Adhyaksa, yang merupakan hari jadi kejaksaan RI. Simak sejarah, kewenangan, dan fungsinya.
Tas berlogo EIGER Adventure yang telah menjadi teman setia dalam perjalanan selama bertahun-tahun, kini mendapatkan perhatian khusus.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Bonobo (Pan paniscus), primata yang merupakan salah satu ‘kerabat” dekat kita, juga bekerja sama dengan ‘orang luar’, dalam segala hal, mulai dari berdandan hingga berbagi makanan.
Plt Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra mengakui, pengembangan Situs Sangiran hingga saat ini belum maksimal.
KETUA Dewan Adat Wilayah III Doberay Provinsi Papua Barat Dan Papua Barat Daya Mananwir Paul Finsen Mayor meminta Kapolri segera mencopot Kapolres Kota Sorong buntut salah ketik
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Seorang arkeolog asal Austria, pernah melakukan kajian mendalam terhadap kebudayaan megalitik di Asia Tenggara dan Pasifik. Berikut tiga teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved