Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Glorifikasi Bebasnya Saipul Jamil Cermin Hilangnya Empati dan Nurani

M. Iqbal Al Machmudi
06/9/2021 16:30
Glorifikasi Bebasnya Saipul Jamil Cermin Hilangnya Empati dan Nurani
Pedangdut yang juga bekas terpidana kasus pencabulan Saipul Jamil (kanan)(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

SOSIOLOG dari Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis menilai glorifikasi terhadap bebasnya Saipul Jamil di media akan sangat berbahaya bagi cara berpikir masyarakat.

"Saya kira memang bahaya sekali jika Saipul Jamil mendapat glorifikasi di kanal media seolah-olah dia mendapat dukungan publik atas perbuatannya yang meskipun sudah dihukum, tetapi perilaku tersebut dapat cenderung berulang," kata Rissalwan saat dihubungi, Senin (6/9).

Seperti misalnya publik figure yang tertangkap kasus penyalahgunaan narkoba, cenderung mengulangi lagi pelanggaran tersebut karena sudah kembali ke dunia entertainment yang membuat dirinya punya sumber daya dan sumber dukungan bagi kesalahan yang sudah dibuat.

Menurut Rissalwan tindakan permisif atau terbuka dari media elektronik kepada Saipul Jamil tentunya tidak dapat ditolerir dalam bentuk apa pun.

Baca juga: Komnas PA Minta Stasiun Televisi Boikot Saipul Jamil

"Saya melihat ini bukan hanya hilangnya empati tapi juga hilangnya hati nurani dan nilai kemanusiaan kepada korban yang mungkin traumanya tidak akan hilang seumur hidup," ungkapnya.

Sementara bagi pelaku, tindakannya hanyalah sebuah lelucon untuk membuat publik tertawa dan dia mendapat keuntungan finansial dari perilakunya. Sehingga media elektronik jangan hanya mengejar keuntungan dan mengorbankan moralitas dan nurani.

Selain itu, dirinya menekankan bahwa ruang maaf di publik tentu masih ada, namun untuk glorifikasi dianggap sangat berlebihan dan cenderung berbahaya.

"Maaf dapat diberikan jika ada penyesalan. Namun dengan glorifikasi yang berlebihan dan orang yang berkepentingan, tentunya tidak terlihat ada penyesalan itu seolah-olah menjadi napi hanyalah gurauan yang tidak membuat si pelaku kapok sama sekali," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya