Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperediksi musim kemarau tahun ini dimulai pada April, yang menyasar 22,8% Zona Musim (ZOM). Itu mencakup beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
"BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021. Setelah itu, monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi mulai terjadi pada April," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (25/3).
Dia menjelaskan bahwa periode April sampai Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). Walau sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau, namun tidak serentak.
Baca juga: Mulai Kemarau, BMKG Minta Daerah Waspadai Karhutla
Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih terus berlangsung hingga Mei, dengan intensitas melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD), diprediksi netral hingga September.
Kedatangan musim kemarau umumnya terkait erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia). BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret. Setelahnya, monsun Australia akan mulai aktif.
Deputi Bidang Klimatologi Herizal menjelaskan dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 22.8% diprediksi mengawali musim kemarau pada April, yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
Baca juga: Kementan: 85 Kabupaten Alami Penurunan Harga Gabah
Kemudian 30,4% wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Mei. Itu mencakup sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, Jawa, Sumatera, sebagian Sulawesi dan sebagian Papua.
Sementara itu, sebanyak 27,5% wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Juni. Dalam hal ini, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan Papua.
Periode April–Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau perlunya mewaspadai potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung dan potensi hujan es.(OL-11)
Musim kemarau yang panas tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada perangkat elektronik, terutama ponsel.
Hasil pendataan wilayah rawan potensi kekeringan menurut Mikron adalah Pangkalpinang, Kelurahan Bukit Merapin, Kelurahan Sriwijaya, Kelurahan Bukit Besar, Bukit Baru, Kelurahan Temberan.
Pembuatan sekat bakar penting dilakukan guna meminimalisir terjadinya kebakaran. Dengan adanya sekat bakar, saat terjadi kebakaran api tidak akan menjalar ke areal yang lebih luas.
Pengamatan cuaca pukul 05.30 WIB melihat adanya perubahan cuaca Rabu (31/7) ini, yakni potensi hujan ringan hingga sedang terjadi di sebagian besar daerah daerah di kawasan pegunungan
Dia menambahkan sumber air bersih mulai berkurang dan muncul tenggelam. Warga juga harus berbagi air bersih dari mata air dengan warga dari desa lain, yakni Desa Cipelang.
ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan tersebar hampir seluruh wilayah. Namun paling rawan berada di 49 desa dari 6 kecamatan meliputi Sindangkerta, Saguling, Cipongkor, Cipatat
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta sejumlah wilayah untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Juli, Agustus, hingga September 2024 mendatang.
Walaupun saat ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau, tetapi fenomena La Nina yang dimulai dari Juni hingga November disebut akan membawa peningkatan intensitas curah hujan tinggi
KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memprediksi penurunan kualitas udara tahun ini tidak akan separah 2023.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Suhu rata-rata global pada Februari 2024 melebihi ambang batas kenaikan suhu bumi 1,5 derajat celsius yang seharusnya boleh dicapai pada 2030.
Menurut BMKG, La Nina akan memicu kondisi lebih basah dibandingkan kondisi normal, sehingga meningkatkan risiko hujan ekstrem yang merugikan lahan pertanian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved