Menilik Efektivitas Tol Laut

SUARA klakson kapal memecah keheningan setelah subuh di Pelabuhan Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Kapal tol laut Logistik Nusantara 2 yang memuat 115 kontainer kebutuhan pokok itu hendak berlabuh di dermaga paling ujung utara kepulauan Indonesia.

Tidak hanya beras dan berbagai kebutuhan pangan, kapal itu juga mengangkut bahan material seperti semen. Sebelum mencapai Tahuna, kapal yang bertolak dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, itu berlabuh terlebih dulu di Makassar, Sulawesi Selatan. Sebelum kembali ke titik awal, kapal itu juga masih akan berlabuh di Nunukan, Kalimantan Utara.

Selain trayek itu, masih ada 10 trayek tol laut lainnya yang dioperatori PT Pelni. Semuanya menyasar wilayah tertinggal, terluar, terdepan, dan perbatasan (3TP) yang memang menjadi amanat sistem logistik nasional ini sejak dicetuskan Presiden Joko Widodo pada 2015.

Kini, setelah sembilan tahun lebih berjalan, layanan tol laut telah memiliki total 39 trayek. Selain PT Pelni, bekerja pula PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang melayani lima trayek dan PT Djakarta Lloyd (Persero) yang melayani empat trayek. Sementara itu, 19 trayek lain- nya dioperatori swasta.

Meski begitu, dampak pada disparitas harga tetaplah jadi ukuran utama. Sebab hal inilah yang memang sasaran tol laut merupakan kelanjutan dari program Pendulum Nusantara yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama di Tanah Air.

Sejauh ini, sejumlah pihak memang menyatakan jika penurunan harga ter jadi di sejumlah daerah. Harga terigu, bawang, gula, bahkan pakaian, dan baja ringan dapat turun signifikan. Jejak nyata inilah yang mestinya terus berlanjut hingga puluhan windu ke depan. MI/Usman Iskandar