Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DIREKTUR Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang berpendapat alasan PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) menerapkan dynamic pricing atau tarif dinamis untuk kelas premium economy kereta cepat Jakarta-Bandung karena sepinya penumpang. Tarif kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh, dijual lebih murah dari sebelumnya Rp200 ribu menjadi Rp150 ribu per Sabtu, 3 Februari 2024.
"Ya memang karena penumpang Whoosh sepi sekarang," kata Deddy saat dihubungi Media Indonesia, Senin (29/1).
Ia menyebut sepinya penumpang Whoosh karena berbagai alasan. Seperti akses menuju stasiun kereta cepat yang dianggap jauh dan sulit dijangkau penumpang. Serta, letak stasiun yang tidak berada di tengah Kota Bandung.
Baca juga: Whoosh Terapkan Tarif Dinamis Mulai 3 Februari
"Kemungkinan karena ke Stasiun Halim itu jauh aksesnya kemana-mana dari pusat kota dan juga banyak transit untuk sampai ke Bandung," ucap Deddy.
Direktur eksekutif Instran itu menuturkan euforia dari masyarakat untuk menjajal kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu sudah berangsur turun. Sehingga, KCIC mengakali dengan membanting harga tiket Whoosh.
"Dulu ramainya karena masih euforia publik, tapi lama kelamaan menurun," sebutnya.
Baca juga: Jepang Mundur dari Proyek Kereta Cepat Malaysia-Singapura. Ada Apa?
Sebelumnya, beredar di media sosial X, akun @reinharthrm mengunggah foto sepinya satu gerbong Kereta Cepat Whoosh. Katanya, saat memesan tiket di aplikasi Whoosh, masih banyak yang kosong.
"Hari ini pulang pergi Jakarta-Bandung naik Whoosh kondisinya sepi begini. Posisi kereta sudah jalan, bukan nunggu penumpang," tulisnya.
"Buka saja aplikasi Whoosh, cari jadwal yang paling deket, terus pilih kursi. Di situ bisa lihat berapa banyak kursi yang sudah dibeli dan berapa yang masih kosong," tambahnya.
Dikonfirmasi terpisah, juru bicara Kementerian perhubungan Adita Irawati menjelaskan bahwa disaat bukan jam sibuk (off peak) okupansi penumpang Kereta Cepat Whoosh tidak ramai dibandingkan jam sibuk kerja (peak hour).
Ia menegaskan alasan KCIC menerapkan tarif dinamis kereta cepat Jakarta-Bandung di kelas premium economy untuk menggaet calon penumpang.
"Memang saat off peak, tingkat okupansi tidak setinggi saat peak hour, maka diperlukan strategi khusus untuk mengundang minat penumpang bepergian dengan Whoosh," pungkas Adita.
Sampai dengan Juli 2024, sudah terjadi 6 kejadian hilangnya bantal dari kursi kereta Whoosh. Dari kasus tersebut sudah ditelusuri melalui 44 CCTV yang tersedia pada setiap rangkaian kereta.
Pengamat ekonomi Agustinus Edy Kristianto mengungkapkan faktor penyebab proyek Kereta Cepat Whoosh yang membuat PT Wijaya Karya Tbk (Persero) Tbk (WIKA) merugi.
The Strong Minor Project menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama Connect 2 adalah memperluas jaringan dan koneksi peserta dengan individu dan komunitas dari berbagai negara.
Berdasarkan data KCIC, jumlah penumpang Whoosh per 4 Juli mencapai 23.847. Kemudian pada 5 Juli 2024, tembus 24.135 penumpang.
saat ini volume penumpang Whoosh sudah mencapai sekitar 18 hingga 22 ribu per hari.
Jumlah wisatawan pada Mei mencapai 1.360 orang, meningkat dari bulan sebelumnya 698 orang.
Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa mengatakan klaim atau tagihan sebesar Rp5 triliun dalam proses pembayaran.
Kereta cepat Whoosh mencatat rekor angka penumpang harian tertinggi sejak dioperasikan secara komersial. Rekor itu terjadi pada 27 Juni 2024 dengan total 22.249 penumpang
PT KCIC juga mengangkut 21 ribu penumpang saat puncak libur Hari Raya Idul Adha tahun ini, yakni pada Sabtu (15/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved