Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Perubahan Iklim jadi Penyebab Utama Merosotnya Populasi Kepiting di Alaska

Adiyanto
19/10/2022 10:00
Perubahan Iklim jadi Penyebab Utama Merosotnya Populasi Kepiting di Alaska
Erin Fedewa, ahli biologi kelautan dari Alaska Fisheries Science Center, memegang kepiting salju(NOAA Fisheries/AFP)
Para ahli lingkungan mengatakan perubahan iklim menjadi penyebab utama kematian massal kepiting salju di Alaska. Pemerintah di negara bagian itu bahkan telah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan membatalkan panen mereka musim ini untuk menyelamatkan spesies tersebut.  Menurut survei tahunan dasar Laut Bering yang dilakukan oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, perkiraan jumlah total krustasea (udang) juga turun menjadi sekitar 1,9 miliar pada 2022, dari 11,7 miliar pada 2018, atau berkurang sekitar 84%.
 
Untuk pertama kalinya, Departemen Perikanan Alaska mengumumkan musim panen kepiting salju Laut Bering akan tetap dihentikan untuk 2022-2023. Mereka mengatakan upaya harus dialihkan ke konservasi dan restorasi mengingat stok yang semakin menipis."Spesies ini juga ditemukan di Laut Chukchi dan Beaufort yang lebih ke utara, tetapi ukuran tubuh mereka tidak bisa atau belum layak untuk ditangkap.
 
Erin Fedewa, ahli biologi kelautan dari Alaska Fisheries Science Center, mengatakan kepada AFP  menyusutnya jumlah populasi kepiting yang mengejutkan ini adalah akibat gelombang panas pada 2018 dan 2019. "Habitat air dingin yang mereka butuhkan hampir tidak ada, yang menunjukkan bahwa suhu benar-benar penyebab utama penurunan populasi ini," katanya, Rabu (19/10)
 
Secara historis, kepiting merupakan sumber daya yang melimpah di Laut Bering, kehilangan mereka dianggap sebagai penentu utama gangguan ekologis. Diperkirakan ada beberapa cara bahwa suhu yang lebih hangat telah menghabiskan spesies tersebut. "Kesimpulannya saat ini adalah bahwa kepiting kelaparan, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan metabolisme," kata Fedewa.
 
Kepiting salju, khususnya yang masih muda, membutuhkan suhu rendah untuk bersembunyi dari pemangsa utama mereka, ikan kod Pasifik. Namun, suhu di daerah di mana hewan itu biasanya tinggal, kini telah melonjak dari 1,5 derajat Celcius pada 2017 menjadi 3,5 Celcius pada 2018 (35 derajat Fahrenheit menjadi 38 derajat Fahrenheit). Padahal, penelitian menyebutkan 3 derajat Celsius mungkin merupakan ambang batas yang wajar. "semuanya benar-benar mengarah pada perubahan iklim," kata Fedewa. "Ini benar-benar masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan meresahkan bagi industri perikanan, terutama kepiting yang menjadi ikon di Alaska. Ini juga merugikan bagi para nelayan dan masyarakat yang bergantung pada mereka," kata Jamie Goen, direktur eksekutif Kepiting Laut Bering Alaska dalam sebuah pernyataan, (AFP/M-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya