Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PARA peneliti dari Universitas La Trobe Melbourne, Australia menemukan tengkorak berusia dua juta tahun di Afrika Selatan. Penemuan ini akan sangat membantu memberikan penjelasan lebih lanjut tentang evolusi manusia.
Tengkorak Paranthropus Robustus jantan tersebut merupakan "sepupu" dari Homo Erectus - spesies manusia purba yang dianggap sebagai nenek moyang langsung manusia modern.
Kedua spesies itu diperkirakan hidup dalam periode waktu yang sama, tetapi Paranthropus Robustus punah lebih awal.
Tim peneliti menggambarkan penemuan tengkorak itu sebagai hal yang langka.
"Sebagian besar rekaman fosil hanya berupa satu gigi di sana-sini sehingga sangat langka, kami beruntung," tutur salah seorang peneliti, Dr. Angeline Leece seperti dilansir bbc.com, Selasa (10/11).
Para peneliti menemukan pecahan tengkorak tersebut di situs arkeologi Drimolen di utara Johannesburg, Afrika Selatan.
Fosil tersebut ditemukan pada lokasi penggalian yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat di mana tengkorak seorang anak Homo Erectus (yang berusia sama) ditemukan pada 2015.
Temuan ini telah dipublikasikan pada jurnal Nature, Ecology and Evolution pada Selasa lalu (10/11).
Diperkirakanterdapat tiga spesies hominin (makhluk mirip manusia) yang hidup dalam persaingan di Afrika Selatan pada paruh waktu yang sama, yaitu Australopithecus (spesies hominin yang terkenal karena penemuan fosil "Lucy" di Ethiopia), Paranthropus, dan Homo Erectus- atau lebih dikenal sebagai spesies manusia.
Paranthropus Robustus memiliki gigi yang besar dan otak kecil, berbeda dengan Homo Erectus yang memiliki otak besar dan gigi kecil. Para peneliti menduga bentuk anatomi spesies ini dipengaruhi pola makan mereka yang terbiasa mengonsumsi tanaman keras, seperti umbi dan kulit kayu.
"Seiring waktu, anatomi gigi Paranthropus Robustus kemungkinan besar berevolusi untuk menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi saat menggigit dan mengunyah makanan keras ," jelas Dr Leece.
Para ilmuwan menyatakan ada kemungkinan lingkungan lebih basah akibat perubahan iklim yang terjadi pada zaman itu telah mengurangi ketersediaan makanan bagi spesies tersebut, yang kemudian menjadi penyebab utama kepunahan mereka. (M-4)
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Bonobo (Pan paniscus), primata yang merupakan salah satu ‘kerabat” dekat kita, juga bekerja sama dengan ‘orang luar’, dalam segala hal, mulai dari berdandan hingga berbagi makanan.
Plt Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra mengakui, pengembangan Situs Sangiran hingga saat ini belum maksimal.
KETUA Dewan Adat Wilayah III Doberay Provinsi Papua Barat Dan Papua Barat Daya Mananwir Paul Finsen Mayor meminta Kapolri segera mencopot Kapolres Kota Sorong buntut salah ketik
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Seorang arkeolog asal Austria, pernah melakukan kajian mendalam terhadap kebudayaan megalitik di Asia Tenggara dan Pasifik. Berikut tiga teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved