Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
SEJAK 2016, Architecture Fair (Afair) menjelma ajang dua tahunan pameran karya arsitektur bagi mahasiswa arsitek Universitas Indonesia (UI). Pada Afair tahun ini, yang dihelat pada awal Februari, di Galeri Nasional Jakarta, penyelenggara membuat perubahan dengan mengundang seluruh institusi pendidikan empunya program studi arsitektur seantero Indonesia untuk ikut berpartisipasi.
Dalam sesi presentasi bertema kreatif, tiga mahasiswa memaparkan abstraksi konsep yang telah dirancang. Dang Sukma, mahasiswi Institut Teknologi Indonesia, memaparkan konsep bangunan yang dinamai Artpreneur Center. Dalam rancang bangunnya, Dang menampilkan sisi-sisi bangunan yang akan diisi teater hall, bioskop, galeri seni, dan hotel kapsul. Atas konsep itu, Dang mengambil inspirasi tema sandiwara sebagai filosofinya, bahwa dalam setiap kehidupan selalu ada seni yang bersumber mengenai rasa.
Sementara itu, mahasiswa Universitas Merdeka Malang, Rudi, memaparkan konsep bangunan yang ia namai Blitar Creative Center. Adapun rekan sekampusnya, Arya Ardiana, memaparkan konsep Bantarangin Culture Art Museum.
Karya mereka langsung mendapat penilaian dan ulasan dari para profesional yang telah direkomendasikan Sekretaris Jenderal Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Salah satu pengulas, Ariko Andikabina, menyebutkan dari tiga desain abstraksi yang dipresentasikan, ia menangkap ada kesamaan konsep desain, yakni penggunaan tangga yang dominan. Namun, ia pun memberi kritik. Penggunaan tema senter, anggapnya, kurang tepat dengan melihat kembali desain-desain konsep yang dipresentasikan.
“Karya arsitektur sering disalahpahami apabila narasinya kurang. Narasi itu penting karena menyampaikan pesan apa yang mau diletakkan di sini,” ungkap Ariko.
Itu sekelumit cerita dari perhelatan Afair 2020 yang diadakan Ikatan Mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia. Tahun ini, untuk kali perdana mereka mengundang lembaga pendidikan lain berpartisipasi. Total 62 institusi pendidikan hadir di acara tersebut.
“Afair awalnya setiap tahun. Diadakan mahasiswa di bawah Ikatan Mahasiswa Arsitektur UI. Pada 2016, pertama kalinya Afair diselenggarakan di Galeri Nasional, kemudian setelah itu menjadi acara dua tahunan. Tahun ini, selain Galeri Nasional Indonesia, kami juga berkolaborasi dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (Aptari),” papar Program Officer Afair 2020, Gracia Carmelita Varani, di sela kegiatan.
Menurut mahasiswi yang akrab disapa Vara tersebut, tahun ini mereka mendapat tantangan dari Galeri Nasional untuk bisa mengangkat pendidikan arsitektur secara nasional, bukan sebatas lingkup mahasiswa arsitektur UI. Hasilnya ialah pameran 101 karya dalam Afair 2020 yang mengangkat tema Us Within, Us Without tersebut. Forum itu juga mewadahi lima sesi presentasi. Masing-masing bertema ecology; lifestyle and living; science and well being; locality; dan creative sebagai pemungkas rangkaian presentasi mahasiswa.
Kontribusi
Minimnya pameran arsitektur ditengarai menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat asing dengan eksistensinya, seolah karya arsitektur sebatas karya rancang bangun yang bersifat privat belaka. Hal itu, menurut Vara, memperkuat urgensi keberadaan pameran arsitektur bermuatan karya-karya dengan isu sosial lingkungan yang melibatkan peran masyarakat sebagai bagian dari karya arsitektural.
“Orang kalau melihat arsitektur hanya soal bangun-bangun rumah, gedung, kantor, dan lanskap. Mereka belum melihat lebih luas bahwa arsitektur juga punya keterkaitan arsitektural dengan perannya terhadap lingkungan, masyarakat, dan sosial. Itu yang harus di-highlight. Bukan hanya proyek-proyek personal untuk klien, melainkan juga lebih luas lagi dari sekadar private property,” tuturnya.
Ia mencontohkan karya-karya seperti yang diinisasi Romo Mangunwijaya dalam menata Kali Code di Yogyakarta menunjukkan bahwa arsitektur juga bisa berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Menggerakkan masyarakat dan memiliki kontribusi pada lingkungan yang lebih luas.
“Pola pikir mahasiswa sejauh apa sudah bisa mengartikan arsitektur. Bukan hanya bangunan, melainkan juga arsitektur bisa berbuat sesuatu untuk lingkungan. Oleh karena itu, di pameran ini juga ada seksi karya terkait ekologi, bagaimana peran arsitektur terhadap ekologi. Apakah hadir untuk menyelamatkan lingkungan atau justru disrupsi lingkungan? Itu yang jadi pertanyaan pada saat awal masuk pameran. Apa itu arsitektur. Perannya apa?” papar Vara.
Mendatang, Vara berharap para juniornya di kampus bisa melibatkan lebih banyak institusi pendidikan arsitektur Indonesia. Saat ini, yang ia lakukan bersama rekan-rekannya masih setengah dari jumlah total database. Yang dimilikinya ada sekitar 120-an institusi pendidikan arsitektur.
Sesi presentasi juga menjadi semacam tolok ukur perspektif yang dimiliki mahasiswa arsitektur. Berdasarkan kuratorial Yandri Andri Yatmo, profesor arsitektur UI, ia menyebut masih ada ketimpangan pendidikan seperti tecermin dari karya-karya yang masuk.
Menurutnya, ada kecenderungan perbedaan antara mahasiswa yang berbasis di Ibu Kota, terkait dengan akses dan sumber informasi, dan mahasiswa arsitektur di beberapa daerah.
Arya Ardiana, mahasiswa Universitas Merdeka Malang, mengungkapkan ketika karya tugasnya diulas, menjadi masukan yang sangat penting bagi perkembangannya mendatang. Menurutnya, ini menjadi salah satu medium untuk mengukur diri.
“Acara ini cukup bagus sebab kita bisa mengukur kemampuan diri sendiri dan bisa melihat karya mahasiswa lain. Jadi bisa membandingkan karya kita, yang tadinya hanya di kampus, di sini bisa melihat karya luar (kampus lain). Melihat taraf desain yang lebih luas,” papar Arya. (M-2)
Stroke, yang sering kali dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya terjadi pada orang tua, juga dapat menghantui anak muda.
Indonesia Future Network (IFN) Future Talent mengumpulkan 24 tokoh muda pendidikan untuk membahas terobosan-terobosan aksi demi menyukseskan bonus demografi Indonesia.
Dalam laporan yang CSIS dan Parlemen Kita disebutkan pula bahwa lawan politik yang dihadapi kalangan calon anggota parlemen muda dan perempuan sangat kuat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 mencatat 9,9 juta penduduk usia 15-24 tahun tanpa kegiatan (youth not in education, employment, and training).
Sejumlah anak muda yang mendalami musik klasik di Sekolah Menengah Musik Yogyakarta memiliki beragam mimpi untuk masa depan genre itu, lewat menjadi penampil ataupun pengajar.
Kolagen adalah protein struktural yang sangat penting dalam tubuh manusia, terutama dalam hal menjaga kekuatan dan elastisitas kulit.
Sebanyak 60% lulusan bekerja sesuai dengan profesi mereka di bidang arsitektur dan 25% mampu membuka bidang usaha secara mandiri di bidang arsitektur.
Selain pameran, ARCH:ID 2025 juga menyelenggarakan konferensi internasional yang akan mengundang sejumlah ahli dan profesional industri arsitektur dan konstruksi.
Desain minimalis menekankan kesederhanaan dan fungsionalitas dengan penggunaan ruang yang efisien dan pencahayaan alami, serta adopsi bahan ramah lingkungan.
Sebelumnya, pameran berjudul 'More or Less' digelar di Tokyo, Jepang, pada 17-26 Mei lalu.
Kain-kain yang digantung pada kayu tidak hanya menciptakan intervensi spasial di kedai kopi, tapi juga meningkatkan suasana ruang di pameran
Sandiaga Uno mendukung kegiatan tersebut dan berharap bisa ikut berkontribusi dalam memenuhi target ekspor produk dan jasa sebesar USD 28 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved