Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Refleksi Kemerdekaan: Jangan Sampai Indonesia Maju Secara Fisik, Tetapi Jiwanya Rapuh

Ardi Teristi
16/8/2023 22:51
Refleksi Kemerdekaan: Jangan Sampai Indonesia Maju Secara Fisik, Tetapi Jiwanya Rapuh
Ilustrasi(Media Indonesia)

KETUA Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengajak seluruh komponen bangsa untuk mensyukuri dan melakukan refleksi mendalam atas Kemerdekaan yang sudah dirasakan Indonesia selama 78 tahun lamanya.

Perayaan kemerdekaan menurutnya adalah dengan mensyukuri nikmat termahaldari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus juga mengenang perjuangan mujahid pejuang bangsa dan negara yang nirpamrih dengan jiwa dan raga mereka. Sebab, perjuangan mereka bagian dari lembar-lembar sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan.

"Ketika hari ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-78, selain kegembiraan, kita perlu berefleksi secara mendalam baik bagi seluruh elit, maupun warga bangsa di struktur pemerintahan, komponen bangsa, dan kekuatan-kekuatan bangsa," ungkap Haedar dalam siaran pers.

Baca juga : Muhammadiyah: Pemilu Tidak Boleh Halalkan Segala Cara untuk Raih Kekuasaan

Haedar mengatakan, agar kemerdekaan menjadi momentum kolektif, bangsa Indonesia perlu melakukan beberapa hal. Pertama, melakukan refleksi atas segala perjuangan para mujahid pejuang sekaligus pendiri Indonesia yang elah berkorban banyak hal, termasuk nyawa mereka.

Bangsa Indonesia saat ini termasuk elite bangsa dan seluruh warga bangsa hendaknya mendalami dan meresapi setiap pengorbanan para pendahulu.

Penyerapan semangat tersebut diharapkan menjadi pondasi dalam berjuang dengan tulus untuk membangun, mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara merdeka, adil dan makmur, seperti dalam UUD 45.

Baca juga : Masyarakat Desa Garda Terdepan Pembangunan Nasional

"UUD 45 sebagai pesan konstitusional untuk generasi pasca kemerdekaan. Itulah tasyakur kita, bentuk kesyukuran kita lebih dari sekadar kegembiraan dan hal-hal simbolik semata," kata Haedar.

Kedua adalah merekonstruksi nilai-nilai luhur (UUD 45 dan Pancasila) yang menjadi pondasi, alam pikiran, dan orientasi tindakan dari bangunan dasar Indonesia Merdeka. Haedar berpesan, supaya nilai-nilai luhur tersebut dihayati, dipahami, dijalankan, serta menjadi bingkai dan arah dalam menyelenggarakan kebangsaan dan kenegaraan.

"Jangan sampai kita membawa Indonesia maju secara fisik, tetapi keropos rohani dan jiwanya," kata dia.

Baca juga : Haedar Nashir Ingatkan Jangan Ada Penyimpangan dalam Pemilu 2024

Kemerdekaan jangan sampai kehilangan makna dari pembukaan, batang tubuh, UUD 45, Pancasila, dan spirit perjuangan para pendiri bangsa. "Kita boleh merekonstruksi itu, di saat boleh jadi saat ini kita mengalami distorsi, penyimpangan dan peluruhan," ucap Haedar.

Kukuhkan fondasi berbangsa dan bernegara

Haedar menegaskan, perayaan kemerdekaan harus dibarengi dengan pemaknaan kembali nilai-nilai mendasar yang menjadi pondasi, bahkan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan itu, ia berharap, arah pembangunan Indonesia menjadi lebih jelas dan tidak berbelok.

Ketiga adalah melakukan konsolidasi kebangsaan. Nilai-nilai yang di dalam Pancasila harus dikonsolidasikan menjadi nilai yang hidup dalam seluruh proses penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, termasuk kewajiban konstitusional dari pusat sampai bawah dalam melindungi bangsa dan seluruh tanah air Indonesia.

Baca juga : Ketum PP Muhammadiyah: Capres Harus Miliki Jiwa Keagamaan dan Jiwa Nasionalisme yang Kuat

"Melindungi bangsa dan seluruh tanah air Indonesia, memajukan kehidupan, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia, semuanya harus menjadi kewajiban konstitusional. Jangan sampai ada satu warga bangsa dan tanah air yang kita abaikan hak-haknya," kata Haedar.

Keempat adalah melakukan transformasi kehidupan kebangsaan. Tantangan dunia saat ini dan ke depan, kata Haedar, kian kompleks memerlukan transformasi, termasuk untuk merespon daya saing, perubahan global dengan berbagai masalah seperti perubahan iklim, tata geopolitik ekonomi, dan budaya yang bersifat kompleks.

Dengan segala bentuk tantangan yang dihadapi, menurut Haedar, Indonesia harus mampu berdiri tegak sesuai dengan Trisakti Bung Karno (berdaulat, berdikari, dan berkepribadian) serta dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa. Dengan itu, Indonesia bisa menjadi bangsa yang sejati di tengah persaingan yang tinggi.

Baca juga : Hari Kemerdekaan RI: Surya Paloh Tegaskan Pentingnya Menjaga Moralitas Kebangsaan

"Tidak hanya bangun fisik, tetapi juga bangun jiwanya. Jangan sampai Indonesia kuat raga fisiknya, tapi lemah jiwanya, apalagi fisiknya tidak kuat, fisiknya rapuh," kata dia.

Meraih Indonesia Emas

Haedar menegaskan, kita mampu bangkit untuk menjadi negara maju jika kita bersatu, jika kita menyerap nilai-nilai luhur itu sekaligus mentransformasikan Indonesia ke depan. "Indonesia Emas yang berdiri tegak di atas konstitusi," tuturnya.

Selain berpatok pada konstitusi dan nilai-nilai utama bangsa dan negara, Indonesia akan maju dan berjati diri jika disertai dengan teladan kenegarawanan elite di Indonesia tercinta. Kemerdekaan 78 tahun akan menjadi tonggak untuk Indonesia unggul-berkemajuan bersama bangsa dan negara lain, di atas pondasi bangsa Indonesia.

"Semoga seluruh rakyat dan elit bangsa di negeri tercinta ini diberi hidayah Allah untuk terus membawa Indonesia sejalan dengan jiwanya, dan membawa Indonesia benar arah dan tujuannya," tutup Haedar. (Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya