Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ahli Bahasa: Buat Publik Bertanya-tanya itu Keonaran

M Iqbal Al Machmudi
25/4/2019 12:25
Ahli Bahasa: Buat Publik Bertanya-tanya itu Keonaran
Terdakwa kasus berita bohong Ratna Sarumpaet dalam persidangan(ANTARA FOTO/Reno Esnir)

AHLI filsafat bahasa Wahyu Wibowo yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam kasus hoaks Ratna Sarumpaet, memandang, keonaran dapat terjadi di dunia maya.

Keonaran, kata Wahyu, tidak hanya berupa keadaan fisik tetapi juga dalam bentuk pro kontra atau membuat publik bertanya-tanya.

"Dalam konteks tersebut, keributan tidak harus secara fisik. Onar bisa membuat gaduh, orang yang heran lantas bertanya-tanya itu juga onar," kata Wahyu Wibowo dalam sidang lanjutan Ratna Sarumpaet di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis (25/4).

Diketahui, berita bohong atau hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet di Bandara Bandung yang tersebar di dunia maya baik di media sosial maupun berita daring sempat membuat masyarakat bertanya-tanya.

Pun pernyataan saksi fakta sebelumnya, Rocky Gerung, yang menilai perdebatan pro dan kontra kasus hoaks Ratna Sarumpaet hanya berada di dunia maya saja.

"Keributan di media sosial juga dikategorikan onar, karena media sosial itu wakil dari lisan," ujar Wahyu.

Baca juga: Ratna Nilai Ahli dari JPU akan Memberatkan Dakwaan

Dalam persidangan, Wahyu Wibowo menjelaskan makna keonaran yakni sama dengan keributan. Saat jaksa menanyakan apakah keonaran bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih, Wahyu menyebut bisa dilakukan dua orang yang berdampak ke orang banyak.

"Dalam konteks filsafat bahasa, dua saja cukup tapi nanti berdampak hingga melibatkan orang banyak," terangnya.

Penjelasan dosen Unnas tersebut dapat memberatkan terdakwa Ratna Sarumpaet, karena pro kontra terjadi di dunia maya akibat perbuatan hoaks Ratna Sarumpaet juga termasuk keonaran.

Sidang lanjutan kasus berita bohong atau hoaks Ratna Sarumpaet kembali digelar dengan agenda mendatangkan ahli dari Jaksa Penuntut Umum (JPU).

JPU menghadirkan empat ahli di antaranya ahli sosiologi Dr Trubus, ahli pidana Dr Meti Rahmawati Argo, ahli digital forensik Saji Purwanto dan ahli bahasa Dr Wahyu Wibowo.

Ratna Sarumpaet didakwa atas perbuatannya menyebarkan berita bohong atau hoaks penganiayaan yang menyebabkan luka lebam pada wajah. Ia secara sengaja membuat kegaduhan di masyarakat melalui foto dan video yang tersebar.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya