Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMILIHAN Presiden telah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Secara umum, Warga negara Indonesia yang telah memiliki hak pilih memilih dengan semangat tinggi untuk berpartisipasi datang ke tempat pemungutan suara.
Antusiasme publik terlihat dari membludaknya para pemilih yang datang ke TPS yang tersebar di seluruh Indonesia.
Beberapa hasil Quick Count dari berbagai lembaga survey menunjukkan keunggulan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin atas pasangan Prabowo Subinato-Sandiaga Uno.
Rata-rata hasil Quick Count dari 7 lembaga survei yang kredibel (Litbang Kompas, Indobarometer, Charta Politika, Indikator, LSI Denny JA, SMRC, dan CSIS) menunjukkan keunggulan Joko Widodo–Ma’ruf Amin sebesar 54,58% dan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno sebesar 45,42%.
Keunggulan Joko Widodo–Ma’ruf Amin tersebut tidak berbeda jauh dari prediksi 3 skenario prediksi hasil Pilpres yang disampaikan oleh Alvara Research Center dua hari sebelum hari tenang, 12 April 2019.
Ketiga skenario tersebut menunjukkan peluang besar Joko Widodo–Ma’ruf Amin memenangkan Pilpres 2019.
Baca juga : Jokowi-Ma'ruf Bahas Rekapitulasi Suara dengan Parpol Koalisi
“Prediksi Elektabilitas Hasil Akhir yang mendekati Hasil Quick Count adalah 55,9% untuk Joko Widodo–Ma’ruf Amin dan 44,1% untuk Prabowo Subianto–Sandiaga Uno”, ujar Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center dalam keterangan tertulisnya.
Ada tiga faktor kunci yang menjadi keunggulan Joko Widodo–Ma’ruf Amin tersebut yaitu, pemilih Jawa, Pemilih NU, dan Pemilih Minoritas.
Berbeda dengan hasil Pemilu Presiden 2014, yang menunjukkan Joko Widodo hanya unggul tipis di Pulau Jawa, pada Pemilu Presiden 2019 kali ini, Joko Widodo–Ma’ruf Amin unggul tebal di pulau Jawa.
Data survei Alvara Research Center bulan Oktober–April 2019 menunjukkan elektabilitas Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin selalu diatas 58%, bahkan mendekati 60%.
“Jawa benar-benar menjadi lumbung suara bagi pasangan Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin ,“ ujar Hasanuddin Ali.
Keunggulan di Jawa menjadi sangat penting karena pemilih di Jawa menyumbang 57,84% dari total pemilih nasional.
“Selain itu keunggulan Joko Widodo–Ma’ruf Amin di Jawa menjadi kompensasi atas kekalahan di Sumatera yang semakin telak, dan di Sulawesi yang persaingannya semakin ketat antar kedua kandidat,” imbuh Hasanuddin
Faktor kedua kemenangan Jokowi adalah karena dukungan pemilih dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Analisa Alvara menunjukkan besarnya dukungan Nahdliyin kepada Joko Widodo–Ma’ruf Amin merupakan salah satu faktor kunci dalam pilpres 2019 ini.
“Di saat pemilih Muhammadiyah memberikan dukungan yang besar kepada pasangan Prabowo–Sandi dan ketatnya elektabilitas pada pemilih yang bukan anggota Ormas, pemilih dari Nahdlatul Ulama menunjukkan soliditasnya hingga detik terakhir dalam mempertahankan keunggulan Jokowi–Ma’ruf," ungkap Hasanuddin.
Baca juga : Jokowi: Quick Count Biasanya Sama dengan Hasil KPU
Hasannudiin menegaskan, pemilihan Ma’ruf Amin sebagai Cawapres mendampingi Joko Widodo adalah strategi yang tepat dalam pertarungan Pilpres 2019.
Sumbangan suara Nahdiliyin bagi Joko Widodo–Ma’ruf Amin bisa terlihat dari besarnya elektabilitas pasangan ini di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Pemilih Nahdliyin mayoritas berasal dari dua propinsi ini”, ujar Hasanuddin.
Faktor ketiga yang menjadi kunci kemenangan Joko Widodo–Ma’ruf Amin adalah solidnya pemilih minoritas mendukung Joko Widodo–Ma’ruf Amin.
”Hasil Quick Count di provinsi-provinsi di Indonesia Timur seperti Bali, NTT, Sulut, Papua menunjukkan margin keunggulan yang sangat tebal bagi Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin ”.
Di sisi lain, di kalangan pemilih Muda yang merupakan pemilih dengan kompossisi terbesar di Indonesia pada Pilpres 2019, yaitu 44,48% pemilih di Indonesia berusia 17–36 tahun, dukungan terbagi rata.
Namun berbeda dengan pemilih dewasa, yaitu GEN X dan Baby Boomers dimana Joko Widodo-Ma’ruf Amin mendapatkan keunggulan tebal,. “Pemilih muda, GEN Z dan Milenial terbagi rata ke kedua kandidat,“ ujar Hasanuddin Ali. (RO/OL-8)
Bagi Mahfud, batalnya memakai kemeja putih tersebut lima tahun lalu menyimpan pesan tersendiri.
KPID Sulawesi Selatan mengaku belum bisa menindak caleg dan parpol yang mulai mencuri start pada Pemilu 2024.
PENDUKUNG Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini berbalik mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto jelang Pilpres 2024.
Beberapa upaya dari KPU untuk mencegah terjadinya kembali korban jiwa dari petugas KPPS.
"Mas Ganjar kan enggak nyapres, enggak nyapres beliau," kata Immanuel di Jakarta, Minggu.
BAWASLU RI menyatakan sebanyak 81 persen penanganan pelanggaran masih lahir dari temuan jajaran pengawas pemilu,sisanya dari laporan masyarakat.
Jokowi mengatakan kemenangan Indonesia atas Thailand 1-0 diraih atas kerja keras dan semangat juang yang sangat menginspirasi.
Jokowi juga mengaku belum mengetahui kapan sidang kabinet akan digelar di IKN. Pasalnya, sejumlah menteri masih berada di luar negeri.
Presiden Joko Widodo bakal meresmikan Jembatan Pulau Balang dan meninjau pembangunan jalan tol di IKN.
Sufmi Dasco Ahmad mengatakan harapan Fraksi PKS agar pemerintah yang baru dapat mengevaluasi program hilirisasi tambang akan menjadi kajian pihaknya.
Bank Dunia juga mengapresiasi program pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan oleh Indonesia.
Agus mengungkapkan dirinya telah mengingatkan sejak awal bahwa proyek IKN itu bisa dijalankan asalkan perencanannya matang dan dilakukan dengan proses yang benar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved