Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Sehatkan Mental, Sayangi Diri

Kurnianing Isololipu, pembelajar trauma dan pemulihan diri, dosen pada Prodi Magister Administrasi Bisnis, Unika Atma Jaya Jakarta
11/10/2022 13:20
Sehatkan Mental, Sayangi Diri
Kurnianing Isololipu(Dok pribadi)

MENARIK sekali ketika saya mendengar komentar kawan yang mengatakan jika orang yang berkonsultasi ke psikolog klinis atau psikiater adalah orang yang sakit jiwa. Sakit jiwa, sebuah kalimat yang bagi awam dapat memberi pengertian menakutkan, juga memalukan. Bahkan, ada larangan keras, dipandang tabu berbicara tentang kejiwaan dan masalahnya. Hal ini juga mungkin yang dialami oleh kawan ketika mendengar kalimat 'konsultasi ke psikolog'. 

Pembaca mungkin masih ingat peristiwa bunuh diri yang dilakukan Novia Widyasari Rahayu, mahasiswa sebuah PTN di Malang. Ia memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri di tengah kesendiriannya berjuang untuk haknya. Novia sudah memberi alarm cry for help pada sekitarnya untuk masalah yang dihadapi. Ia mengalami tekanan mental dan memerlukan dukungan dan pertolongan. Namun, kode peringatan dari almarhumah tak disambut baik oleh sekitarnya. 

Dengan deraan derita dan kesendirian yang dihadapi, iapun memilih mengakhiri hidupnya. Jika saja kesehatan mental dan gangguan yang bisa terjadi dipahami lebih tepat oleh masyarakat, peristiwa seperti ini dapat dihindari untuk lebih banyak terjadi. 

World Health Organization (WHO) 2022 mengatakan ada sekitar 1 miliar orang di dunia yang mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental, antara lain gangguan kecemasan, bipolar, depresi, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Gangguan yang paling banyak dialami oleh masyarakat adalah gangguan kecemasan dan depresi. Setiap tahun, WHO mencatat adanya kenaikan jumlah mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental ini. Terlebih, pascaterjadinya pandemi covid-19. 

Stigma

Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan, menunjukkan ada sekitar 9,8% penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang mengalami gangguan mental dan 6,1% yang mengalami depresi. Data ini memperlihatkan bahwa gangguan jiwa memang nyata ada dan perlu dipahami dengan tepat. 

Selama ini, kesehatan mental memang belum dilihat sebagai hal sepenting kesehatan tubuh fisik. Perlu diakui masih banyak masyarakat yang memiliki pemahaman keliru tentang kesehatan mental. Masih banyak yang memandang bahwa kesehatan mental itu tak penting. Lalu, memandang mereka yang konsultasi ke psikolog adalah orang sakit jiwa, orang aneh, orang bermental lembek, mental tempe. 

Begitu banyak stereotipe yang mengerdilkan diberikan sehingga orang menjadi takut untuk sadar dan paham tentang kesehatan mental. Label yang paling menyedihkan adalah sering juga dicap sebagai orang yang lemah secara keimanan atau spiritual. 

Stigma, labelling seperti tersebut di atas harus dihapus. Stigma ini menjauhkan orang dari pemahaman yang tepat tentang kesehatan mental. Stigma ini juga membuat orang-orang yang sudah sadar bahwa dirinya mengalami masalah dengan kesehatan mentalnya menjadi enggan, menghindar, takut untuk menyembuhkannya. Mereka yang termakan oleh stigma ini kemudian  memutuskan untuk menyembunyikan dan menekannya ke dalam diri. Ketika sudah tak mampu menjalaninya, yang terjadi adalah mereka bisa melukai diri sendiri hingga mengakhiri hidupnya. 

Bantuan ahli

Gangguan jiwa atau mental dapat terjadi pada siapa saja. Gangguan ini muncul tanpa memandang jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan status sosial seseorang. Hal ini umumnya terjadi karena peristiwa yang dialami seseorang dalam periode kehidupannya. Gangguan mental yang sepertinya 'ringan' dapat muncul dalam bentuk kecemasan, serangan panik hingga yang berat yaitu depresi. Depresi ini yang dapat membuat seseorang melakukan tindakan mengakhiri hidup. Untuk itu, perlu bantuan ahli untuk dapat memahami yang sebenarnya terjadi pada mental seseorang itu agar penyembuhan yang diberikan menyentuh dan menyelesaikan akar persoalan.  

Jika kita mendapatkan diri sendiri memiliki masalah atas kesehatan mental atau kita menyadari orang dekat, baik keluarga, sahabat, teman kerja yang mengalaminya, beranilah untuk mencari pertolongan. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah membagi cerita pada orang yang dapat memberi solusi tepat. Jika dirasa berat, mencari bantuan ahli adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Dukung diri atau orang dekat untuk bersedia menyehatkan mentalnya, sama ketika mendapati diri sakit fisik. Tidak ada yang menakutkan atau memalukan dari usaha menyehatkan mental diri.  

Memelihara kesehatan mental sama pentingnya dengan memelihara kesehatan fisik. Artinya, konsultasi ke psikolog atau psikiater sama seperti konsultasi ke dokter. Tidak ada yang berbeda. Baik pergi ke psikolog ataupun dokter, terjadi konsultasi untuk mendiagnosa sakit yang terjadi, lalu diberikan resep untuk penyembuhannya. Yang satu menyembuhkan mental, yang lain mengobati fisik. Mental dan fisik adalah satu kesatuan utuh pada diri setiap manusia yang penting untuk dijaga kesehatannya.
 
Saya katakan kemudian pada kawan bahwa mereka yang berkonsultasi ke psikolog memang mengalami gangguan pada kejiwaannya, mentalnya. Juga, mereka adalah orang yang berani untuk mengakui bahwa diri mereka tidak baik-baik saja. Mereka berani mengambil tindakan menyehatkan mental dengan mencari bantuan ahli dalam kejiwaan. Mereka berani menghadapi pemberian label, stigma karena keinginan kuat untuk mental yang sehat. 

Memutuskan menyehatkan mental sebagai bentuk sayang pada diri sendiri adalah tindakan berani yang dapat dilakukan setiap orang. Karena itu, hapus stigma, mulai beranikan diri untuk peduli pada kesehatan mental diri. Banyak bukti menunjukkan kesehatan mental yang baik dapat membawa diri pada kehidupan yang lebih berdaya. Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia, make mental health for all a global priority.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya