Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Suhu Ekstrem di Bawah 0 Derajat Celcius, Embun Beku Kembali Selimuti Dieng

Lilik Darmawan
23/7/2024 22:08
Suhu Ekstrem di Bawah 0 Derajat Celcius, Embun Beku Kembali Selimuti Dieng
Fenomena embun beku atau bun upas yang terjadi di sekitar kawasan Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.(MI/LILIK DARMAWAN)

EMBUN beku kembali menyelimuti kawasan Dieng di perbatasan antara Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng)pada Selasa (23/7). BMKG Menyebut, puncak embun beku atau biasa disebut embun upas diperkirakan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Objek Wisata Dieng Banjarnegara Sri Utami mengatakan embun beku kembali muncul. "Suhu udara di sekitar kompleks Candi Arjuna di bawah 0 derajat celcius. Sehingga kawasan candi diselimuti embun beku yang berwarna putih," jelasnya.

Sementara pegiat desa wisata Aryadi Darwanto mengatakan suhu mininum yang tercatat di sekitar minum 1 derajad Celcius. "Saya mencatat, embun belu selama bulan Juli telah muncul sebanyak 7 kali. Dan dua hari ini yakni Senin dan Selasa berturut-turut muncul kembali," ujarnya.

Baca juga : BMKG: Fenomena Embun Es Dieng karena Memasuki Musim Kemarau

Secara terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Yoga Sambodo mengatakan fenomena ini bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi di musim kemarau. "Fenomena ini berpotensi terjadi pada Juni-September. Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada Bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai bulan Juni dan puncaknya pada Agustus," jelas Yoga.

Menurutnya, secara meteorologi, fenomena tersebut dikenal sebagai frost atau embun beku. Berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan. Masyarakat Dieng lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas.

"Fenomena ini terjadi karena secara klimatologis, tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus lebih tinggi di Benua Australia  yang bertekanan tinggi dibandingkan Benua Asia yang bertekanan rendah. Angin yang berembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia," ujarnya.

Baca juga : Prakiraan Cuaca Rabu 24 Juli 2024, Awan Hujan Berpotensi Tumbuh di Beberapa Wilayah

Pada musim kemarau, lanjut Yoga, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara. Hal tersebut karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang notabene merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari.

"Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit bebas dari tutupan awan. Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini diiringi dengan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, dan mencapai puncaknya pada saat sebelum matahari terbit  atau waktu di mana suhu minimum umumnya tercapai," katanya.

Menurutnya, penurunan suhu yang terjadi secara kontinyu sejak malam hingga dini hari menyebabkan embun yang semula terbentuk dan menyelimuti rumput, dedaunan, atau tanaman kemudian membeku. (Z-6)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya