Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Denyut Ekonomi di Desa Tapobali, Menahan Warganya Urbanisasi

Alexander P. Taum
08/5/2022 14:00
Denyut Ekonomi di Desa Tapobali, Menahan Warganya Urbanisasi
Aktivitas tenun yang dilakukan seorang pemuda Desa Tapobali.(MI/Alexander P.T)

BEBERAPA dekade lalu hingga saat ini, isolasi masih terus mengungkung Desa ini, namun warga dan pemerintah Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur menolak untuk pasrah dengan keadaan.

Di bawah Kepemimpinan Kepala Desa Gusti Ledun, Desa Tapobali terus mengembangkan potensi ekonomi kreatifnya, seperti objek wisata alam, tenunan, anyam-ayaman, tambak garam dan aneka aktivitas ekonomi lainnya.

Ia berharap dukungan penuh pemerintah Desa hingga Pemerintah Kabupaten, mampu menyejahterakan masyarakatnya, sekaligus menahan laju urbanisasi masyarakat Desa ke Kota.

Pantai Wisata Tapobali

KEUNIKAN bentuk dan warna bebatuan cadas yang terhampar di semenanjung kecil pantai menghadap laut Sawu itu, menjadi magnet yang layak untuk dinikmati wisatawan.

Oleh warga setempat,  pantai itu disebut pantai Tapobali. Lokasinya dibatasi teluk kecil dengan tebing gua walet menjulang tinggi di sisi Barat dan pantai wisata Tapobali di sisi Timur. Terletak di Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa
Tenggara Timur.

Pantai di Selatan Lembata ini menawarkan diving mengitari semenanjung kecil Tapobali, atau sekedar menikmati keindahan yang ditampilkan oleh bentuk dan warna bebatuan yang unik. Sangat cocok untuk aktivitas fotografi.

Wisatawan juga akan dibuat terperangah dengan sekedar menghabiskan penat sambil memanjakan mata dengan panorama indah dari pondok yang tersedia.

Lokasi wisata itu baru mulai dikembangkan pemerintah Desa setempat, dua tahun silam, oleh penjabat Kepala Desa Tapobali, Bartolomeus Beda Ledun dengan menggunakan Dana Desa.

Jalan menuju pantai Desa Tapobali pun dibangun, tiga buah pondok berukuran 4 x 6 m dilengkapi bangku dan meja, ditambah 4 buah lopo berbentuk lingkaran beratap sirap berukuran kecil, siap menemani hari istimewa wisatawan.

Simeon Ledun, warga setempat menjelaskan, ada dua nama tempat di semenanjung berbatu cadas itu yakni Watu Koko (batu yang berkokok) dan Boler, sebagai habitat berkembang biaknya  Siput Kloki (terminologi setempat) selain aneka ikan dan terumbu karang yang bagus.

"Siput Kloki di sini, Isinya berbentuk seperti Es Krim. Sangat enak. Pengunjung datang ke sini saat ada liburan. Sesekali ada wisatawan mancanegara yang datang untuk selam dan foto foto. Pengunjung belum terlalu banyak karena baru buat," ungkap Antonius Ledun, warga setempat.

Tambak Garam

Potensi air laut yang jernih ditambah terik matahari yang menyengat, mendorong pemerintah Desa setempat membangun tambak garam. Menggunakan teknologi geomembran, tambak garam di lokasi pantai Tapobali ini pun telah menghasilkan garam dengan kualitas baik.

"Saat ini masa pasca panen. Para petambak sekarang sedang bersiap untuk produksi kembali garam ini. Sedangkan stok di gudang bisa mencapai lebih dari 10 ton," ungkap Kepala Desa Tapobali, Gusti Ledun.

Kerajinan Tenun

Tenun dan Anyaman di desa ini terbilang unik, karena ada seorang pria menggeluti profesi menenun. Diantara 25 anggota yang rata-rata perempuan sudah lanjut usia itu, pemuda berusia 41 tahun itu sekaligus menjadi ketua kelompok tenun.

Sarjana lulusan Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makasar, Fakultas Kesehatan Masyarakat, jurusan Kespro itu bernama Mikael Doni. Mereka rutin memproduksi tenun ikat, baik sarung adat (sarung dengan bahan tradisional) dan sarung biasa (sarung dengan bahan dari Toko).

"Motif tenunan di Lembata ini ada yang memiliki kesamaan karena faktor kawin kawin. Di Tapilobali dikenal motif 'Kugu Pungan', 'Samo Ina', 'kera blepit', 'Taru Mata', 'Bewajak' dan Patolan. Kombinasi motif ini tergantung untuk apa sarung itu dikenakan," ungkap Mikael Doni, Ketua Kelompok Tenun ikat Ina Tula Tani, Desa Tapobali.

Kelompok ini didampingi sebuah LSM yang berpusat di Bali. Hingga saat ini simpanan kelompok tenun ini telah mencapai Rp20 juta lebih.

Kerajinan Anyaman

Berbagai aneka kerajinan anyam-anyaman diproduksi Kelompok anyaman "Sita Sina" yang beranggotakan 25 orang. Seluruh bahan anyaman itu berasal dari daun lontar. Untuk memperindah
tampilan, digunakan pewarna alami dari kayu Sepang atau pucuk jati lokal.

Margareta Barek, pengrajin anyaman kepada mediaindonesia.com menjelaskan, untuk mewarnai, daun Lontar putih direbus bersama daun jati hingga berubah warna menjadi kemerah-merahan. Daun lontar tersebutpun di jadikan bahan menganyam tas yang indah dan kuat.

Bahan yang dipergunakan pun berasal dari Desa yang selama ini tidak bernilai ekonomis.

Margaret Barek menjelaskan, pihaknya menganyam tas hp, tas laptop, keranjang pasar, tempat Siri pinang, pot bunga, dan aneka kerajinan apapun sesuai pesanan konsumen. Dibanderol mulai Rp50 ribu hingga Rp500 ribu.

Sayangnya dengan potensi yang ada tersebut belum tergali sepenuhnya karena hambatan akses jalan yang belum merata. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya