Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tangani Banjir Sintang, Pemerintah akan Bangun Bendungan

Andhika Prasetyo
19/11/2021 10:42
Tangani Banjir Sintang, Pemerintah akan Bangun Bendungan
Ilustrasi(ANTARA/Jessica Helena Wuysang)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan membangun bendungan di hulu Sungai Pinoh, Kalimantan Barat, sebagai solusi jangka panjang penanganan banjir di kawasan tersebut.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pada 2022, pihaknya akan mulai melakukan survei, investigasi dan desain (SID). Adapun, pembangunan akan dilaksanakan pada 2023. "Mungkin dua bulan ini kita akan cari lokasi. Tahun depan kita buat desain dan 2023 kita bangun," ujar Basuki saat ditemui di Persemaian Modern Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/11).

Selain membangun bendungan, pemerintah juga akan mengeruk dan merehabilitasi danau-danau.

Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan I Ditjen Sumber Daya Air, terdapat lebih dari 50 danau di sepanjang Sungai Kapuas. "Kita akan hitung kapasitas tampung danau-danau alami tersebut untuk direhabilitasi. Pada tahun ini, kita sudah lakukan pengerukan tiga danau, dan dilanjutkan dengan tukuh danau pada 2022. Sisanya dilanjutkan pada 2023.

Adapun, untuk penanganan jangka pendek, Kementerian PU-Pera akan memasang geobag di area yang terdampak banjir besar.

Untuk itu, Basuki telah menugaskan BWS Kalimantan I dan PT Wijaya Karya untuk segera bergerak karena BMKG memprediksi puncak hujan akan terjadi di sekitar Januari-Februari 2022. "Jadi harus segera kita buat geobag yang kuat pada area yang tepat" ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Basuki juga menjelaskan bahwa banjir yang terjadi di Sintang dan beberapa kabupaten di Kalimantan Barat terjadi karena curah hujan tinggi serta daerah tangkapan air (catchment area) di hulu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi sudah banyak berkurang. Akhirnya, sungai-sungai meluap terutama pada titik pertemuan yang padat penduduk. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya