Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Grey Art Gallery, Redmiller Blood, DKV Itenas Gelar Diskusi Mumain

Naviandri
31/7/2024 18:41
Grey Art Gallery, Redmiller Blood, DKV Itenas Gelar Diskusi Mumain
Proyek penelitian museum Indonesia di Metaverse dengan nama Museum Maya Indonesia(DOK/ Grey Art Gallery )

DENGAN keragaman etnis yang meninggalkan jejak budaya, membuat Bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, mulai dari seni visual
hingga teks tertulis, dari warisan yang berwujud, Hingga yang tidak
berwujud.

Pemerintah Indonesia juga menghargai pentingnya museum, yang
dibuktikan dengan keberadaan 450 museum di seluruh Nusantara.

Namun, tidak semua museum memiliki dana yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat umum, sehingga tugas museum-museum
tersebut direduksi menjadi penyimpanan benda-benda kuno saja. Ada jarak yang sangat jauh di Indonesia, yang membuat guru dan siswa,
tidak mungkin mengunjungi sebagian besar museum secara fisik.

Baca juga : Dibutuhkan SDM Kompeten untuk Dukung Infrastruktur Keamanan Siber 

Selama pandemi Covid-19, inovasi di bidang layanan museum dan galeri
seni didorong untuk membuka tur virtual, sehingga masyarakat tetap dapat mengakses informasi dari museum atau galeri seni dari rumah mereka.
 
Teknologi ini telah berkembang pesat selama tiga tahun terakhir dan kini populer dengan istilah 'Metaverse', yang telah diadopsi oleh para pelaku bisnis.

Namun hingga saat ini dari semua museum yang ada, hanya Museum Nasional
Indonesia yang menampilkan objek 3D, yang dapat dilihat dari semua sisi.

Atas dasar inilah Grey Art Gallery Bandung berkolaborasi dengan Redmiller Blood, DKV Itenas Bandung melakukan diskusi online terkait Museum Maya Indonesia (Mumain).

Baca juga : Ini Tips Memitigasi Risiko dan Melindungi Diri dari Kebocoran Kata Sandi di Dunia Maya

2 tahun


dalam dikusi online tersebut, Dosen Program Studi (Prodi) DKV Itenas
Bandung yang juga sebagai Founder Mumain Phill Eka Noviana mengatakan kekayaan budaya Indonesia, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, perlu diangkat ke permukaan tanpa kendala jarak dan waktu.

"Untuk itulah kami memprakarsai proyek penelitian museum Indonesia di
Metaverse, dengan nama "Museum Maya Indonesia" (Mumain)," jelasnya.

Baca juga : Harga Tiket Museum Dinilai Terlalu Murah

Pihaknya memprakarsai proyek penelitian museum Indonesia di Metaverse, dengan nama Mumain telah berjalan selama selama 2 tahun terakhir. Dengan telah melakukan penelitian ilmiah dan teknis, serta
berhasil membuat prototipe 5 ruang pamer, yang berkaitan dengan Gunung
Padang, permainan anak-anak tradisional, musik Tarawangsa, Prambanan,
kapal yang terkenal dengan relief Borobudur, dan Candi Borobudur itu
sendiri.

"Selain nilai edukasi, budaya, dan wisata. Proyek ini juga menawarkan
kesempatan kerja bagi para desainer berbakat dan calon kurator, untuk
bersentuhan dengan teknologi multimedia terbaru dan mendapatkan
pengalaman praktis pertama mereka," lanjutnya.

Proyek Mumain ini diprakarsai oleh Yayasan Sarasvati Maya Nala dengan didasarkan pada proyek penelitian bersama antara Institut Komunikasi Visual di HBK (Braunschweig University of Art) yang diwakili Prof Eku Wand dan Prof Ulrich Plank dengan DKV Itenas yang diwakili oleh Eka Noviana serta Prof Titus Leber dari Wina, yang juga anggota Parlemen Kebudayaan Eropa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya