Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Myanmar Geser Afghanistan sebagai Raja Opium Dunia

Cahya Mulyana
12/12/2023 13:15
Myanmar Geser Afghanistan sebagai Raja Opium Dunia
Perkebunan bunga poppy ilegal, bahan baku opium, di Myanmar.(AFP)

MYANMAR menjadi produsen opium terbesar di dunia pada 2023 menggeser Afghanistan. Di bawah pemerintahan Taliban, Afghanistan sedang memberantas tanaman jenis ini.

"Myanmar memproduksi sekitar 1.080 metrik ton opium, bahan utama untuk memproduksi heroin pada tahun ini," menurut laporan terbaru dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Selasa, (12/12).

Angka tersebut muncul setelah produksi opium di Afghanistan merosot sekitar 95% menjadi sekitar 330 ton. Itu menyusul larangan Taliban terhadap penanaman opium pada April tahun lalu.

Wilayah perbatasan Segitiga Emas antara Myanmar, Laos dan Thailand telah lama menjadi sarang produksi dan perdagangan obat-obatan terlarang, khususnya metamfetamin dan opium.

Baca juga: Lagi, Ratusan Pengungsi Rohingya Mendarat di Pidie Aceh

Perkiraan total nilai ekonomi candu Myanmar meningkat antara US$1 miliar hingga US$2,4 miliar. Angka itu setara dengan 1,7 hingga 4,1% dari PDB negara tersebut pada 2022.

Tahun lalu, diperkirakan 790 metrik ton opium diproduksi di Myanmar. Perekonomian legal Myanmar telah hancur akibat konflik dan ketidakstabilan sejak militer mengambil alih kekuasaan pada 2021. Dampaknya mendorong banyak petani untuk menanam opium.

"Akses yang buruk terhadap pasar dan infrastruktur negara serta inflasi yang merajalela memainkan peran penting dalam keputusan petani pada akhir 2022 untuk menanam lebih banyak opium,” kata laporan UNODC itu.

Baca juga: Nama Jung Hae In Terseret dalam Kasus Narkoba Lee Sun Kyun

Perkiraan produksi opium pada 2022–2023 berada pada tingkat tertinggi selama lebih dari 20 tahun. UNODC juga mengatakan budidaya opium di Myanmar menjadi lebih canggih, dengan peningkatan investasi dan praktik yang lebih baik.

Termasuk peningkatan irigasi dan kemungkinan penggunaan pupuk yang mendorong hasil panen. Afghanistan, produsen obat-obatan terlarang terbesar di dunia selama beberapa tahun, mengalami keruntuhan budidaya setelah pemerintah Taliban berjanji untuk mengakhiri produksi obat-obatan terlarang.

Tanaman opium menyumbang hampir sepertiga dari total produksi pertanian negara tersebut berdasarkan nilai tahun lalu, namun area yang digunakan untuk tanaman opium menyusut dari 233.000 hektar pada akhir 2022 menjadi 10.800 hektar pada 2023.

Kekerasan yang Merajalela

Myanmar, wilayah budidaya utama opium berada di negara bagian Shan, yang bagian utaranya dilanda pertempuran dalam beberapa pekan terakhir. Itu setelah aliansi kelompok etnis minoritas bersenjata melancarkan serangan terhadap junta dan sekutunya.

Shan menyumbang sekitar 88% dari 102.054 hektare wilayah opium opium di seluruh negeri. Di Shan bagian timur, perkiraan rata-rata hasil opium per hektar meningkat dari 19,8 kilogram pada survei 2022 menjadi 29,4 kilogram pada 2023.

Negara bagian Shan menempati hampir seperempat daratan Myanmar dan dipenuhi jurang dan perbukitan yang diselimuti hutan. Sejumlah besar organisasi etnis bersenjata yang dapat meminta puluhan ribu pejuang bersenjata lengkap untuk mengendalikan sebagian besar negara tersebut.

Menurut PBB juga wilayah itu merupakan sumber utama peredaran metamfetamin di Asia Tenggara. Beberapa di antaranya mengelola daerah kantong otonom yang diberikan kepada mereka oleh junta sebelumnya, yang menurut para analis merupakan rumah bagi kasino, rumah bordil, dan pabrik senjata.

PBB mengatakan penanaman juga meningkat di negara bagian Kachin utara dan di negara bagian Tiongkok di perbatasan dengan India. Para analis mengatakan militer, yang menggulingkan pemerintahan terpilih dan merebut kekuasaan pada 2021, tidak serius dalam mengakhiri perdagangan bernilai miliaran dolar tersebut.

(AFP/Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya