Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
LEBIH dari selusin wanita telah dieksekusi pada tahun ini di Iran. Ini meningkatkan kekhawatiran atas sistem peradilan yang kaku sehingga secara otomatis menetapkan hukuman mati untuk kasus pembunuhan tanpa memperhitungkan kondisi.
Itu disampaikan Iran Human Rights (IHR), LSM berbasis di Oslo, yang memantau secara ketat penggunaan hukuman mati di Iran. Sebagian besar wanita yang dieksekusi di Iran dalam beberapa tahun terakhir telah digantung karena pembunuhan. Sebagian besar kasus atas pembunuhan suami atau pasangan.
Hukum pembalasan Islam di Iran yang dikenal sebagai qisas yakni kehidupan pelaku harus diambil setelah pembunuhan kecuali keluarga korban memaafkan atau menerima pembayaran (denda). Ini berarti bahwa keadaan yang meringankan seperti kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat dipertimbangkan oleh pengadilan.
Menurut IHR, salah satu wanita yang baru-baru ini digantung ialah Susan Rezaeipour. Ia dieksekusi pada 27 Oktober atas pembunuhan suaminya yang juga sepupu.
IHR mengatakan dia telah dipenjara selama enam tahun dan dieksekusi setelah kerabat terdekat korban--yang juga paman dari pihak ibu--menolak untuk memaafkannya. Seorang sumber mengatakan kepada kelompok itu bahwa Rezaeipour telah menyatakan dalam pengakuannya bahwa suaminya mabuk sejak sore dan kemudian akan memukulinya. "Saya tidak tahan lagi," katanya.
"Di balik jumlah wanita yang dieksekusi, kami melihat banyak masalah lain yang memprihatinkan," kata Mahmood Amiry Moghaddam, direktur IHR. Pihaknya menghitung setidaknya 15 wanita dieksekusi pada tahun ini dan 170 sejak 2010.
"Ada kasus hubungan yang kasar, pengantin anak, dan--dalam komunitas tradisional--perempuan ditawarkan sebagai pengantin sebagai rekonsiliasi antarsuku," katanya. Dia menambahkan bahwa qisas tidak sesuai dengan hukum internasional karena meletakkan tanggung jawab hukuman ini kepada keluarga korban meskipun pengadilan mengklaim untuk menengahi dengan keluarga.
Salah satu kasus paling terkenal dalam beberapa tahun terakhir yaitu hukuman gantung pada Oktober 2014 terhadap Reyhaneh Jabbari yang berusia 26 tahun. Ia dihukum karena membunuh seorang mantan perwira intelijen yang telah mencoba menyerangnya secara seksual.
Jabbari mengatakan dia telah disiksa untuk membuat pengakuan yang memberatkan dan ada kampanye internasional untuk menyelamatkan nyawanya. Namun keluarga korban berkeras dia harus mati kecuali dia bertindak membela diri.
"Ini beban patriarki. Diskriminasi inilah yang penting untuk memahami alasan begitu banyak perempuan yang dieksekusi di Iran," kata Julia Bourbon Fernandez dari LSM yang berbasis di Paris, Together Against the Death Penalty (ECPM). "Banyak yang mencoba membela diri dari percobaan pemerkosaan di rumah atau ada konteks kekerasan dan kondisi ledakan kemarahan secara keseluruhan," katanya kepada AFP.
Kebanyakan terdakwa dalam kasus seperti itu juga dari bagian paling terpinggirkan dari masyarakat Iran, kata para aktivis. "Mereka kebanyakan miskin dan ditolak oleh keluarga mereka sendiri. Jadi, mereka sangat rentan dan di luar jangkauan kami," kata Roya Boroumand, salah satu pendiri Abdorrahman Boroumand Center yang berbasis di Washington.
Lembaga itu menghitung sekitar 100 kasus perempuan dieksekusi karena pembunuhan atau perzinahan selama republik Islam. Kasus-kasus seperti itu sering berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan dini, dan kesulitan untuk bercerai.
Ada kekhawatiran yang berkembang tentang jumlah orang yang dieksekusi di Iran di seluruh dunia. Negara ini berada di urutan kedua setelah Tiongkok untuk jumlah eksekusi.
Setelah penurunan yang dipicu oleh perubahan undang-undang pada 2017 yang berarti jauh lebih sedikit orang yang dieksekusi karena pelanggaran terkait narkoba. Jumlahnya meningkat lagi dengan lebih dari 100 orang dieksekusi atas tuduhan narkoba pada 2021, termasuk beberapa wanita.
Di antara yang baru-baru ini dieksekusi atas tuduhan narkoba ialah Myriam Khakpour, 41, yang menurut IHR digantung pada 25 November di kota Isfahan. Suaminya juga telah dihukum tetapi hanya dikirim ke penjara.
Baca juga: Iran Izinkan PBB Ganti Kamera yang Rusak di Situs Nuklir
Pada 9 Desember, tiga wanita termasuk di antara enam yang dieksekusi atas tuduhan terkait narkoba di kota timur Kerman. IHR menghitung setidaknya 116 tahanan, termasuk lima wanita, dieksekusi atas tuduhan terkait narkoba pada 2021 dibandingkan dengan 25 pada 2020. (AFP/OL-14)
Menteri Negara Bangladesh untuk Informasi dan Penyiaran, Mohammad Arafat, membela penanganan pemerintah terhadap protes massal, meskipun para ahli PBB serukan investigasi.
KOALISI Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan menolak segala pembahasan revisi UU TNI dan revisi UU Polri. Terdapat sejumlah masalah krusial yang membahayakan HAM
Masyarakat sipil mendesak Kapolri Listyo Sigit Prabowo memberi atensi serius atas kasus penembakan pembela hak asasi manusia (HAM) Yan Christian Warinussy.
Laporan HRW mengungkapkan kelompok bersenjata yang dipimpin Hamas melakukan "banyak kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan" pada 7 Oktober.
Progresivitas pemerintah dalam menunjukkan komitmen negara untuk menerapkan pematuhan atas prinsip bisnis dan HAM mesti diselaraskan dengan implementasi yang tepat dan efektif.
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri mengatakan praktik kebijakan cleansing guru honorer tidak sesuai amanat UU Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005.
Iran menghukum mati sembilan terpidana pengedar narkoba dalam beberapa hari terakhir. Negara ini merupakan salah satu negara dengan tingkat eksekusi tertinggi di dunia.
Ali Reza Akbari memiliki status kewarganegaraan ganda, Iran-Inggris. Dia dituduh telah melakukan spionase terhadap sejumlah situs dan dokumen rahasia untuk kepentingan Inggris.
Menurut dia eksekusi ini harus memiliki konsekuensi bagi Iran yang setimpal dari masyarakat dunia. Kantor berita Iran Mizan melaporkan eksekusi tersebut.
Iran pada minggu ini mengeksekusi tiga wanita dalam waktu satu hari. Semua eksekusi itu atas tuduhan membunuh suami mereka.
Laporan tahunan Amnesty International tentang hukuman mati mengatakan pada 2021 jumlah eksekusi meningkat 28% menjadi 314.
Nagaenthran K. Dharmalingam asal Malaysia divonis mati usai terbukti menyelundupkan heroin ke Singapura pada 2010 usai ditangkap pada 2009.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved