Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Lockdown Sebabkan Kenaikan Harga Properti di Sydney dan Melbourne?

Mediaindonesia.com
26/9/2021 15:05
Lockdown Sebabkan Kenaikan Harga Properti di Sydney dan Melbourne?
Ilistrasi kota di Australia(Dok.Finder)

HEAD of Consumer Researcher Finder, Graham Cooke, mengungkapkan hasil surveI  termutakhirnya atas 40 ekonom dan ahli yang dilakukan bersama dengan CoreLogic.
Hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa kota Sydney dan Melbourne yang saat ini mengalami lockdown akan mengalami kenaikan harga properti sebesar 8-9% dalam 12 bulan ke depan.

“Rata-rata pemilik hunian di Sydney, dengan hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apa-apa, menghasilkan lebih dari rata-rata penghasilan rumah tangga di Sydney dalam pendapatan tahunan hanya melalui ekuitas rumah mereka,” kata Graham Cooke.

Finder adalah situs perbandingan yang beroperasi di 83 negara dengan 9,7 juta pengunjung per bulan di seluruh dunia. Ini adalah situs perbandingan yang paling banyak dikunjungi di Australia. Berdasarkan data yang didapatkan, rata-rata harga hunian di Sydney akan tumbuh sebesar AUS$76.619 menjadi AUS$1.070.917 pada Juli 2022. Dan di Melbourne, akan tumbuh sebesar AUS$64.014 menjadi AUS$817.114. Sementara di Perth dan Brisbane, harga akan naik sebesar 8%, atau AUS$42.498 dan AUS$47.342.

"Kebijakan lockdown sejatinya tidak memiliki banyak pengaruh selama 12 bulan terakhir atau lebih pada harga properti," ungkap Cooke.

“Tetapi pencabutan kebijakan tersebut akan memiliki efek percepatan. Kami telah melihat efek tersebut ketika sektor pinjaman menjadi lepas landas saat lockdown dicabut. Oleh karena itu, saya berharap kenaikan harga properti yang telah kita lihat akan terus dipercepat ketika lockdown yang saat ini masih berlangsung dicabut,” imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Sales and Marketing Director Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengatakan hal berdampak positif terhadap permintaan akan hunian khususnya apartemen dari pasar Indonesia. “Dampak yang ditimbulkan tersebut dapat terlihat dari jumlah inquiries dari pasar Indonesia yang relatif stabil dengan rataan mencapai 100 inquiries setiap bulannya yang kami dapatkan melalui saluran pemasaran secara daring dengan mengoptimalkan platform media sosial.”

“Yang menarik, adanya pergeseran tipe pembeli dari pasar Indonesia yang saat ini didominasi oleh owner-occupiers dalam 3 bulan terakhir” ungkap Tyas

“Pada semester pertama 2021 qualified leads yang kami dapatkan didominasi oleh first time buyers/investors dimana mereka banyak yang tertarik dengan proyek off the plan seperti ARTIS di Melbourne dan Mastery by Crown Group di Sydney.”

“Sementara pada Juni-September didominasi oleh owner-occupiers yang lebih banyak tertarik dengan proyek siap huni seperti Waterfall by Crown Group di kota Sydney yang selama ini dikenal sebagai The Greenest Address in Waterloo,” jelas Tyas

“Kami melihat hal ini terjadi karena meskipun Australia sedang mengalami lockdown, namun institusi-institusi pendidikan tinggi di Australia sudah bersiap untuk buka kembali, sehingga banyak pembeli yang membutuhkan hunian  siap huni. Suku bunga pinjaman KPA di Australia  saat ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi pembeli dari Indonesia, yaitu 3,5% - 3,9% per tahun untuk floating rate,” tutup Tyas. (RO/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya