Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Deteksi Dini Kanker Paru dengan CT Scan Dosis Rendah

Eni Kartinah
10/7/2024 17:58
Deteksi Dini Kanker Paru dengan CT Scan Dosis Rendah
Faktor risiko kanker paru antara lain merokok dan paparan asap rokok.(Dok. Freepik)

KANKER paru merupakan penyakit yang sering berakibat fatal jika tidak dideteksi dan diobati secara dini. Di Indonesia, di antara jenis-jenis kanker, kanker paru menempati peringkat pertama penyebab kematian laki-laki dan peringkat keenam bagi perempuan. Faktor risiko utama kanker paru antara lain merokok, paparan asap rokok (termasuk rokok elektrik), pajanan silika/asbes (misal di lingkungan kerja), riwayat fibrosis paru, dan riwayat kanker pada keluarga.

Pencegahan kanker paru dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari faktor-faktor risikonya. Selain itu, melakukan deteksi dini melalui skrining juga penting. Deteksi dini kanker yang diikuti pengobatan meningkatkan peluang kesembuhan.

Salah satu metode skrining kanker paru yang efektif dan direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kementerian Kesehatan RI ialah menggunakan Low Dose CT scan Thorax. Bagaimana pelaksanannya? Berikut penjelasan dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi, dr. Sita Andarini, Sp.P(K).

Baca juga : Ini Tiga Kelompok yang Perlu Skrining Kanker Paru

Diawali dengan Anamnesis

Dalam tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan kanker paru. Gejala seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, serta riwayat merokok, riwayat pajanan, dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama. Anamnesis yang teliti membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya.

Proses Skrining dengan LDCT

Low Dose CT scan (LDCT) Thorax merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru tahap awal. Metode ini menggunakan sinar-X dalam dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambaran detail paru, termasuk struktur dan tekstur jaringan paru. Dibandingkan dengan rontgen dada konvensional, LDCT memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker paru tahap awal, bahkan ketika tumor masih dalam bentuk lesi kecil yang sulit terlihat dengan metode lain.

Selama prosedur, pasien berbaring di atas meja CT scan dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru dari berbagai sudut. Hasil dari pemeriksaan ini kemudian akan dianalisis oleh dokter spesialis radiologi dan klinisi, seperti dokter spesialis paru, untuk mengevaluasi apakah ada tanda-tanda nodul, atau lesi abnormal di paru yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

Baca juga : Pemerintah Perlu Batasi Iklan Rokok

”LDCT memberikan dosis 1/7 radiasi jika dibandingkan dengan CT scan biasa, tanpa kontras, dan hanya memerlukan waktu 3-5 menit untuk pemeriksaannya, sehingga metode ini aman digunakan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru,” ujar dr. Sita.

Manfaat dan Risiko

Manfaat utama LDCT ialah kemampuannya untuk mendeteksi kanker paru tahap awal. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk dilakukannya intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesembuhan. Selain itu, LDCT juga dapat digunakan untuk deteksi penyakit paru-obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, dan pneumonia.

Meski demikian, masih ada risiko terkait penggunaan radiasi. Meskipun dosis radiasi yang digunakan lebih rendah, masih ada kemungkinan paparan radiasi yang dapat meningkatkan risiko kanker di kemudian hari. Namun, manfaat deteksi dini kanker paru umumnya dianggap lebih besar daripada risiko ini, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.

Baca juga : Rokok Elektronik Bisa Sebabkan Paru Bocor

Biopsi untuk Diagnosis Akurat

Setelah anamnesis dan pemeriksaan LDCT, jika ada temuan mencurigakan seperti adanya lesi abnormal, langkah selanjutnya ialah memastikan apakah lesi tersebut kanker atau bukan. Caranya, melalui biopsi, yaitu prosedur mengambil sampel jaringan paru, untuk mendapatkan sediaan yang diperlukan dalam pemeriksaan patologi anatomi

Dalam biopsi, ada beberapa pilihan metode yang dapat digunakan, seperti biopsi jarum halus (transthoracic core biopsy), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (thoracotomy). Sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang akurat, termasuk mengetahui tipe kanker dan analisis molekuler kanker paru untuk menentukan terapi yang sesuai, atau personalized molecular therapy.

Salah satu rumah sakit yang telah mengadopsi metode LDCT untuk skrining kanker paru adalah RS Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta. RS ini telah dilengkapi dengan peralatan medis dan tim radiologi yang memungkinkan untuk dilakukannya LDCT dengan akurasi tinggi.

“Dengan metode skrining kanker paru seperti LDCT, diharapkan akan ada peningkatan dalam deteksi dini kanker paru dan peluang penyembuhan yang lebih baik bagi pasien,” pungkas dr. Sita. (B-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah
Berita Lainnya