Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tidak Ada Insentif, Beban PPDS di Indonesia Lebih Berat Dibanding Negara Lain

M. Iqbal Al Machmudi
19/4/2024 18:07
Tidak Ada Insentif, Beban PPDS di Indonesia Lebih Berat Dibanding Negara Lain
Ilustrasi: dokter spesialis kebidanan dan kandungan memeriksa janin ibu hamil dengan peralatan Ultrasonografi (USG)(Antara)

KETUA Junior Doctors Network Indonesia (JDN) Dr Tommy Dharmawan menyebut bahwa beban peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) tidak hanya di Indonesia melainkan juga dirasakan dokter di luar negeri. Namun PPDS di Indonesia semakin terasa karena hanya di Indonesia peserta PPDS yang tidak diberi insentif.

"JDN pernah mengadakan rapat junior doctor ASEAN, dinamika gejala depresi PPDS juga terjadi di luar negeri mereka berusaha mengurangi seperti memberikan gaji pada PPDS karena rentang usia dewasa 30 tahun ke atas dan sudah berkeluarga dan memang butuh biaya sehari-hari untuk keluarga," kata Tommy dalam konferensi pers secara daring, Jumat (19/4).

"Padahal di seluruh dunia PPDS digaji. Sementara Indonesia satu-satunya di dunia tidak berikan gaji. itu salah satu sumber depresi," tambahnya.

Baca juga : 3 Rekomendasi PB IDI untuk Cegah Gejala Depresi bagi Peserta PPDS

Sehingga dibutuhkan solusi antara lain PPDS diberikan insentif, kurangi beban kerja mereka karena jam kerja yang harus dibatasi kurang dari 80 jam/pekan untuk cegah human error dan mengurangi beban administrasi.

"PPDS bebani beban administrasi misalnya mencatat database pelayanan coding seperti administrasi BPJS karena itu bukan tugas PPDS, ini kita alami sendiri," ujar dia.

Sebelumnya data dari Kementerian Kesehatan bahwa 22,4% peserta PPDS mengalami gejala depresi. Di antaranya 16,3% gejala depresi ringan; 4% gejala depresi sedang; 1,5 gejala persen dengan depresi sedang-berat; dan 0,6 persen gejala depresi berat.

Hasil tersebut merupakan skrining kesehatan jiwa yang menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). Kuesioner dijawab oleh total 12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pada 21, 22, dan 24 Maret 2024. (Iam/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya