Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
IDUL Fitri perlu dijadikan momentum strategis untuk aktualisasi rasa syukur ke dalam program dan aksi nyata. Syukur transformatif memerlukan pijakan kuat untuk melangkah, yakni kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh.
Hal tersebut disampaikan Rais PBNU Prof Dr KH Abd A’la Basyir saat menjadi khatib salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (10/4). Tema yang diangkat dalam khotbah tersebut adalah Memperkuat Kebersamaan dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Dalam kondisi keterpecahbelahan, kata A’la Basyir, sulit melakukan apa pun yang bermakna. Dalam suasana yang penuh dengan saling bermusuhan, Indonesia tentu sulit menghasilkan karya besar untuk masyarakat dan bangsa, apalagi untuk kehidupan secara keseluruhan.
Baca juga : Idul Fitri Jadi Momentum untuk Kembali Merawat Persatuan
“Sebab keterpecahbelahan identik dengan kelemahan. Sebab permusuhan identik dengan jurang kehancuran. Dalam perspektif Islam, persatuan merupakan ajaran fundamental yang harus menjadi pegangan umat Islam dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, berpecah-belah merupakan hal yang harus dihindari kapan pun dan di mana pun,” paparnya
Dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 103, Allah berfirman, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah, dan jangan kamu bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dulu zaman jahiliyah kamu bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu.”
Dalam tafsir Ath-Thabari, kata A’la Basyir, tali Allah mempunyai beberapa penafsiran. Ada ulama yang menafsirkan agama Allah, dengan arti umat Islam niscaya berpegang teguh kepada agama Allah. Ulama lain mengartikan berkelompok, artinya umat Islam harus berpegang teguh dengan berkelompok.
Baca juga : Menag Sebut Idul Fitri Momen Perkokoh Persatuan Usai Kontestasi Pemilu
“Ada yang mengartikan juga terma itu merujuk kepada Al-Quran dengan maksud umat Islam hendaknya berpegang teguh kepada Al-Quran,” paparnya.
Terlepas dari perbedaan penafsiran terma tali Allah itu, lanjutnya, semua penafsiran itu mengandung arti keniscayaan umat Islam untuk bersatu dan berpegang teguh dengan nilai-nilai etik moralitas luhur dan sejenisnya.
A’la Basyir menyampaikan, subjek hukum perintah dalam Al-Quran ini adalah umat Islam. Namun, hal itu bukan berarti orang-orang di luar Islam tidak dikenakan keharusan menegakkan persatuan dan kesatuan. Terutama dalam konteks sebagai bangsa.
Baca juga : Gibran Salat Ied di Balai Kota Surakarta
A’la Basyir mencontohkan, Piagam Madinah sebagai konstitusi negara-kota Madinah yang disusun oleh Rasulullah SAW memperlihatkan dengan nyata tentang kewajiban warga negara Madinah untuk menegakkan kesatuan dan persatuan.
Dalam salah satu pasal di konstitusi Madinah disebutkan, “Kaum non-muslim dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum non-muslim agama mereka, dan kaum muslimin agama mereka. Juga kebebasan ini berlaku bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan dan jahat. Hal itu hanya akan merusak diri dan keluarga mereka.”
“Pasal tersebut menjelaskan bahwa umat Islam dan umat dari agama lain merupakan satu bangsa dalam negara kota Madinah,” kata A’la Basyir.
Baca juga : Uskup Agung Semarang Ucapkan Selamat Idul Fitri di Masjid Agung Jawa Tengah
Dalam pasal lain disebutkan, “Umat muslim dan non-muslim harus saling tolong-menolong terutama dalam menghadapi serangan musuh warga kota Madinah.”
Dari konstitusi Kota Madinah, jelasnya, unsur bangsa yang beragam baik dari suku, agama, dan lainnya tetap merupakan satu bangsa yang harus mengedepankan persatuan dan keharusan saling membantu satu dan lainnnya.
“Berdasarkan hal itu, tidak ada hal lain bagi kita umat Islam dan unsur-unsur lain bangsa Indonesia selain meneguhkan kesatuan dan persatuan,” kata A’la Basyir.(H-2)
PRESIDEN Jokowi dijadwalkan akan menunaikan ibadah salat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang Senin (17/6).
Hukum salat Idul Adha yaitu sunah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, merdeka maupun hamba sahaya, dewasa maupun anak-anak.
Kisah ini berawal dari Nabi Ismail diminta untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim. Saat itu Allah SWT memberi perintah Nabi Ibrahim melalui mimpinya.
Ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikan-Mu, berilah aku anugerah yang tidak memberi manfaat kepada-Mu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, berilah aku kelapangan
Seperti halnya di Jawa Tengah yang memiliki tradisi untuik untuk merayakan Idul Adha. Di Jawa Tengah akan ada lantunan musik gamelan untuk merayakan Idul Adha.
Idul Adha ini juga ternyata memiliki makna yang besar bagi umat Muslim. Makna Idul Adha ini juga dijelaskan oleh Ustaz Abdul Somad.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan berbelasungkawa atas kematian petinggi Gerakan perlawanan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh.
Pembentukan pansus PKB itu diinisiasi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah mengkaji kemungkinan untuk dapat menerima izin usaha pertambangan (IUP). Khususnya ihwal status MUI apakah masuk kategori ormas keagamaan.
BANGSA Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya Bapak Hamzah Haz seorang pemimpin muslim yang salih, santun, istikamah (konsisten), dan teguh dalam pendirian.
Surat pelarangan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Israel yang terbit di masa Kiai Said ditegaskan kembali pada masa kepengurusan Gus Yahya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved