Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Mendesak, Pengembangan Vaksin untuk Cegah Penularan Tuberkulosis

M Iqbal Al Machmudi
31/3/2022 08:05
Mendesak, Pengembangan Vaksin untuk Cegah Penularan Tuberkulosis
Pasien tuberkulosis menjalani perawatan di rumah sakit.(Antara)

DOKTER spesialis paru Erlina Burhan menegaskan, percepatan vaksinasi untuk Tuberkulosis (TB) harus dilakukan sama seperti halnya dengan vaksinasi covid-19.

"Vaksin Covid-19 hanya ditemukan dalam waktu 1 tahun, sementara vaksin TB, sejak 94 tahun lalu belum ada penemuan vaksin baru. Ini dilakukan di covid-19 dan tidak di TB," kata Erlina dalam 1st Health Working Group Side Event on Tuberculosis di Yogyakarta, Rabu (30/3).

Perihal vaksin, lanjut Erlina, ini sangat lambat sejak 1928 dan belum ada vaksin baru lagi dan terakhir pada BCG (bacille Calmette-Guérin). BCG mengandung bentuk lemah bakteri (kuman) yang menyebabkan TB. Karena bakteri ini dilemahkan, bakteri ini tidak menyebabkan TB dalam diri orang yang sehat, sebaliknya berguna untuk membentuk perlindungan (imunitas) terhadap TB

Kemudian pelajaran lainnya yang bisa diambil dari pandemi covid-19 yakni kolaborasi karena tidak ada 1 orang pun yang terjamin tidak terkena TB sehingga kolaborasi penanganan tracing, testing, dan treatmen perlu dilakukan.

"Saya tidak pernah melihat kolaborasi penanganan penyakit sebelum terjadinya pandemi covid-19 ini, sehingga tidak ada satu pun yang selamat sebelum semuanya selamat dari TB," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menjelaskan alasan vaksinasi TB masih sulit terwujud karena bakteri TB banyak orang yang memiliki resisten vaksin sehingga bakteri mudah bermutasi dan vaksin tidak efektif lagi.

"Jadi banyak hal yang menjadi kendala salah satunya adalah resisten obat ini menjadi salah satu momok karena pengobatan yang tidak selesai dan kemudian membuat bakteri ini bermutasi dengan mutasi tersebut membuat vaksinnya tidak efektif lagi," ujar Dante.

Oleh karena itu ditetapkan protokol pengobatan yang baik supaya angka resisten tidak meningkat, dan resisten obatnya tidak bertambah naik. "Sehingga bisa menghasilkan vaksin yang baik daripada replikasi bakteri itu sendiri," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya