Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEBAGAI bagian dari kegiatan Dies Natalis ke-61 Fakultas Psikologi (F.Psi) Universitas Indonesia yang bertema “Resiliensi Untuk Negeri”, panitia Dies Natalis yang merupakan alumni FPsi UI angkatan tahun1989, 1990 dan 1991, melakukan penelitian berjudul Resiliensi Orang Indonesia.
Hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam beberapa webinar yang akan dilaksanakan pada 10, 17, 31 Juli, dan 14 Agustus 2021.
Tim peneliti terdiri dari Rocky A. C. Hatibie, S.Psi, Psikolog, Dr. Bagus Takwin, S.Psi., M.Hum., Psikolog, Dr. Dyah Triarini Indirasari, S.Psi., M.A., Psikolog, Tommy Hariman Siddiq, S.Psi., M.M., Psikolog, Linawaty Mustopoh, S.Psi., Psikolog, Isdar Andre Marwan, S.Psi., Psikolog.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan dan faktor-faktor resiliensi orang Indonesia serta merekomendasikan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan resiliensi, kesehatan mental dan kebahagiaan.
Resiliensi sendiri adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan bangkit kembali setelah mengalami kejadian yang penuh dengan tekanan, tragedy dan trauma.
Pengambilan data dilakukan secara daring pada periode akhir Mei hingga awal Juni 2021. Data diperoleh dari 5.817 responden dengan kisaran usia 18 hingga 82 tahun.
Responden terdiri dari kelompok profesional (konsultan, pengacara, psikolog, dokter, arsitek, pekerja seni, dan lain-lain), karyawan, guru, dosen, mahasiswa, wirausahawan, tenaga lepas, pekerja di sektor informal, dan ibu rumah tangga yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Mayoritas responden adalah guru, karyawan, dan mahasiswa.
Ada beberapa temuan penelitian ini. Secara umum, rata-rata resiliensi orang Indonesia tergolong rendah. Artinya, mereka sulit untuk kembali ke keadaan semula setelah mengalami kejadian sulit yang traumatis.
Mereka cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul.
“Dalam situasi tak menentu akibat pandemi Covid-19, secara umum orang Indonesia tampaknya mampu mempertahankan kondisi kesehatan mentalnya,” kata Ketua Tim Peneliti, Rocky Hatibie dalam keterangan pers, Jumat (9/7).
“Namun, jika situasi sulit dan menekan berlangsung berkepanjangan, kondisi resiliensi yang rendah ditambah dengan adanya gangguan mental yang dirasakan, termasuk gangguan depresi, dapat menurunkan kondisi kesehatan mental seseorang,” Jelas Rocky.
Gangguan-gangguan Mental
Bagus Takwin selaku Peneliti Utama dalam tim ini memaparkan,“Penelitian ini juga menemukan adanya gangguan-gangguan mental yang dapat menurunkan kesehatan mental, di antaranya sulit berkonsentrasi, tidak merasa puas dengan apa yang dijalani, sulit mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.”
“Hal-hal ini perlu diwaspadai karena jika gangguan mental berlangsung terusmenerus akan menurunkan kesehatan mental dan memunculkan gangguan mental lainnya,” tambah Bagus.
Mahasiswa adalah kelompok yang memiliki rata-rata resiliensi paling rendah, begitu juga dengan guru dan ibu rumah tangga. Jika dilihat dari prosentase jumlah orang yang memiliki resiliensi rendah, pekerja informal adalah kelompok yang lebih banyak memiliki resiliensi rendah dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.
Pada kelompok profesional, meskipun memiliki resiliensi yang rendah, namun resiliensi mereka masih lebih baik dibanding kelompok lain. Dari seluruh responden, kelompok dosen yang memiliki resiliensi paling tinggi.
Penelitian ini juga menemukan faktor yang paling berpengaruh pada resiliensi adalah afek positif. Afek positif adalah kecenderungan seseorang untuk mengalami emosi positif, serta berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi tantangan hidup secara positif.
Temuan ini menunjukkan semakin sering seseorang mengalami afek atau emosi positif, maka semakin baik pula resiliensinya.
Sebaliknya, semakin banyak seseorang mengalami afek negatif dan gangguan depresi, semakin rendah resiliensinya. Semakin tinggi kesehatan mental dan kepuasan hidup seseorang, semakin tinggi pula resiliensinya. Dalam situasi saat ini, seseorang bisa memiliki resiliensi yang rendah walau dia tetap merasa puas dengan hidupnya.
“Harapan kami, hasil penelitian ini dapat menjadi suatu bahan intervensi dari berbagai stakeholder guna meningkatkan ketangguhan kita sebagai bangsa. Ini merupakan salah satu upaya dunia pendidikan,” ungkap Dekan Fakultas Psikologi UI, Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A.
“Dalam hal ini, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia siap membantu usaha intervensi tersebut, yang juga merupakan bagian dari layanan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia kepada masyarakat,” tambah Tjut Rifameutia.
Webinar yang diselenggarakan juga akan mengetengahkan cara untuk meningkatkan kesehatan mental, resiliensi dan kebahagiaan. (RO/OL-09)
Salah satu fungsi yang sangat berguna adalah pelacakan langkah. Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan target langkah harian dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Penerbitan PP Kesehatan ini akan mengancam keberlangsungan hidup 9 juta pedagang di pasar rakyat yang menyebar di seluruh Indonesia
Maka dari itu, kalian perlu menghilangkannya dengan beberapa cara di bawah ini. Cara mengatasinya pun tidak sulit dan bisa dilakukan sendiri.
Biasanya oatmeal ini dikonsumsi saat pagi hari untuk sarapan. Tidak heran oatmeal dikonsumsi sebelum memulai aktivitas, karena dalam kandungannya makanan ini memiliki nutrisi tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Rudy Kurniawan mengatakan sarapan dengan karbohidrat tetap diperlukan untuk membantu mempersiapkan metabolisme tubuh.
Terlepas dari kemajuan dalam sektor kesehatan, masalah over treatment atau perawatan berlebihan tetap menjadi isu signifikan di Indonesia.
Hanya sebagian orang yang tahu bahwa ada jenis batuk psikogenik (psikis) atau batuk yang disebabkan karena faktor psikologi.
Kebahagiaan adalah pilihan hidup yang melibatkan kondisi pikiran dan perasaan kesenangan serta ketentraman. Berikut 5 kiat tingkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
PEMBANGUNAN Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru mencapai 15% sejak awal pembangunannya memunculkan ketidakpastian penugasan ASN
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) meminta Polri merawat psikis anggota. Hal ini menyusul banyaknya anggota yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
PAKAR psikologi forensik Reza Indragiri menyebut kasus bunuh diri dikalangan personel kepolisian memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat sipil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved