Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEGADUHAN yang muncul dari potensi gempa kuat yang memunculkan tsunami di selatan Pulau Jawa dari hasil kajian peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) seharusnya segera disikapi dengan audit analisis risiko tata ruang, khususnya di wilayah pantai.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto. Ia mengatakan aspek penting pertama yang harus dikelola adalah tata ruang wilayah pantai seperti sepadan pantainya dipatuhi.
"Jika aturan sempadan pantai dipatuhi, maka seharusnya tidak perlu jatuh korban jiwa atau setidaknya korban jiwa dan kerugiannya akan bisa diminimalkan," kata Eko ketika dihubungi Media Indonesia, Senin (28/9).
Hal itu, menurut Eko dapat dilihat dari kasus tsunami selat Sunda 2018 dan Palu 2018. Kedua tsunami ini terhitung tsunami kecil yang inundasi atau jarak maksimum air yang sampai ke daratan akibat penjalaran gelombang tsunami hanya mencapai sekitar 200 meter dari garis pantai.
"Melakukan analisis risiko tsunami secara mendetil menjadi salah satu kunci yang perlu dilakukan untuk digunakan sebagai dasar dalam manajemen tata ruang wilayah pantai, " lanjutnya.
Ia mengatakan hal ini menjadi penting, meskipun seringkali diklaim bahwa peta risiko tsunami itu sudah ada tapi baik kualitas data maupun skala petanya sangat tidak memadai untuk digunakan sebagai basis bagi mitigasi risiko tsunami secara umum maupun basis tata ruang secara khusus.
Belajar dari Jepang
Dalam hal tata ruang wilayah pantai ini, kata Eko, Indonesia bisa belajar dari yang dilakukan oleh Jepang yang dilanda tsunami pada 2011 lalu. Setelah kejadian itu, wilayah- wilayah yang terlanda tsunami Risiko tidak boleh dihuni lagi atau boleh dihuni dengan persyaratan sangat ketat.
"Strategi ini akan sangat baik jika kita adopsi tentunya setelah mempertimbangkan faktor-faktor lokal," tandasnya.
Eko juga menyebut, shelter/tempat evakuasi juga penting mengingat golden time yaitu selisih waktu antara gempa hingga tsunami mencapai daratan di wilayah Indonesia relatif pendek atau kebanyakan kurang dari 10 menit.
"Sementara tsunami bisa terjadi dalam kondisi terburuk misalnya malam hari, hujan dalam kepadatan lalin orang yang mengevakuasi diri maka menyediakan shelter/tempat evakuasi sementara tsunami menjadi penting," kata Eko.
Ia menambahkan shelter ini tidak harus dibangun secara khusus namun bisa dengan memfungsigandakan bangunan-bangunan yang sudah ada jika kondisi darurat terjadi. Tentunya bangunan-bangunan yang ditetapkan sebagai shelter pada saat kondisi darurat juga sudah diuji kelayakan dan kekuatan bangunannya.
Pemerintah pun, katanya, harus menanamkan kesadaran dan pengetahuan pentingnya evakuasi mandiri kepada masyarakat, sehingga guncangan gempa (khususnya gempa yang kuat guncangannya dan atau gempa yang lama guncangannya) menjadi peringatan dini dan tanpa harus bergantung pada sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS).
Hal ini menurutnya dikarena berbagai hal dapat mengganggu efektivitas InaTEWS. Misalnya, guncangan gempa boleh jadi merusak berbagai sarpras InaTEWS termasuk pasokan listrik sehingga InaTEWS menjadi tidak berfungsi. "Bencana sangat erat kaitannya dengan attitude/perilaku manusia. Teknologi/Sistem Peringatan Dini hanyalah alat bantu yang tidak terlalu membantu jika perilaku manusianya tidak bisa tertib dan semaunya sendiri," pungkasnya. (H-2)
Wilayah Pantai Timur, Sarmi, Papua, diguncang gempa tektonik dengan kekuata 5,3 magnutudo, pada Rabu (24/7) pukul 07.22.09 WIB. Itu tidak berpotensi tsunami.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa bumi 5,7 magnitudo yang mengguncang wilayah Pantai Barat Sumatera, Pulau Nias Sumatera Utara
INDONESIA merupakan negara yang dikepung dengan berbagai potensi bencana alam, mulai dari bencana hidrometeorologi hingga meteorologi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi gempa bumi dengan skala lebih dari 5 magnitudo mengguncang sejumlah daerah di Bengkulu dan sekitarnya.
MKG) melaporkan gempa berkekuatan 5,1 magnitudo mengguncang Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Kamis malam sekitar pukul 20:15
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Sinabang, Aceh pada Selasa (28/5) pukul 18.52 WIB. Tidak ada kerusakan akibat gempa tersebut.
Getaran gempa terasa di semua wilayah di Kabupaten Kuningan.
Berdasarkan yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Kuningan dengan Skala Intensitas III MMI, di Ciamis
GEMPA bumi Magnitudo 5 mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai dan juga dirasakan di Kota Padang, Sumatra Barat, pukul 10.50 Wib, Selasa (23/7/24).
BPBD Sulawesi Utara memastikan tidak ada korban dan kerusakan usai diguncang gempa magnitudo 7.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved