Merayakan Politik Kebinekaan

04/9/2023 05:00

DEKLARASI pasangan bakal calon presiden (bacapres)-bakal calon wakil presiden (bacawapres) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9), ibarat menutup pintu bagi politik pecah belah dan adu domba yang dapat menghancurkan tatanan nilai kebangsaan negeri ini. Deklarasi tersebut membuka jalan bagi hadirnya politik kebinekaan.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, juga bacapres dan bacawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), menyatakan siap menjadi pasangan kebinekaan, pasangan yang dapat menyatukan seluruh masyarakat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Deklarasi tersebut juga menghapus kekhawatiran banyak pihak bahwa Pemilu 2024 akan kembali menghadirkan dua pasangan. Wajar jika kekhawatiran itu muncul, sebab seiring semakin dekatnya pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden pada 19 Oktober sampai 25 November 2023, belum satu pun bacapres mengumumkan pasangannya. Yang ada justru kasak-kusuk di antara partai-partai politik menawarkan bacawapres. Dansa-dansi elite politik pun kian marak untuk menggalang dukungan politik.

Kepastian pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), atau Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang juga diisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), otomatis telah menggugurkan rivalitas politik yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu.

Kita tidak ingin rivalitas politik yang begitu panas pada Pemilu 2019 dan memecah belah masyarakat dengan panggilan cebong dan kampret terjadi lagi dalam pemilu kali ini.

Adanya deklarasi ini menjadi bukti bahwa NasDem dan PKB sama-sama ingin menghindari terjadi lagi polarisasi politik.

Di sisi lain, deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga menimbulkan kekecewaan beberapa pihak yang merasa ditinggalkan. Namun, hal itu harus dimaknai sebagai bagian dari proses demokrasi di Tanah Air. Apa pun bisa terjadi selagi belum ada deklarasi. Ibaratnya masih ada peluang sebelum janur kuning melengkung, kata orang-orang yang tengah kasmaran.

Janganlah lagi sakit hati tersebut dijadikan peluang untuk kembali memecah belah dan mengadu domba warga negara, termasuk menjelek-jelekkan bacapres atau bacawapres tertentu. Rakyat sudah lelah dengan rivalitas politik seperti itu.

Ditetapkannya Muhaimin Iskandar sebagai bacawapres Anies Baswedan bukan merupakan kiamat bagi pihak lain yang mengincar posisi tersebut. Silakan urun rembuk dan lakukan negosiasi politik dengan partai pengusung bacapres lainnya.

Pada akhirnya rakyat sebagai pemilih yang akan menilai dan memilih pemimpinnya untuk lima tahun ke depan saat Pilpres 2024. Rakyat bakal menilai setiap perbuatan dan ucapan para bacapres dan bacawapres. Rakyat kita tidak bodoh.

Kini tinggal dua bacapres, yakni Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Maju dan Ganjar Pranowo yang diusung PDIP, untuk menyikapi deklarasi ini.

Tentu akan sangat baik jika keduanya segera mengumumkan bacawapres masing-masing. Dengan demikian, kasak-kusuk partai politik bisa dihentikan. Mereka bisa lebih fokus merumuskan program-program untuk diajukan saat kampanye sekaligus menyosialisasikannya.

Tentunya program-program yang mampu menghadapi tantangan di era modern saat ini dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Bukan ujaran-ujaran kebencian yang memecah belah dan membenturkan antaranggota masyarakat satu sama lain. Saatnya adu gagasan, bukan adu otot.

Keberagaman di Republik ini harus disemai, ditumbuhkan, agar mekar berkembang dan menjadi kekuatan bangsa ini untuk menatap masa depan yang penuh tantangan. Politik kebinekaan akan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mari kita rayakan politik kebinekaan.



Berita Lainnya