Politik Aroma Dua Kaki Jokowi

15/8/2023 21:00

DI negara demokrasi, pemilu adalah sarana bagi para politikus untuk meraih tangga kekuasaan. Caranya, tentu mesti sesuai dengan prinsip dan kaidah demokrasi: fair, jujur, adil, dan tanpa paksaan atau tekanan. Namun, yang terjadi di negeri ini, kaidah itu seperti diabaikan. Pembentukan koalisi besar yang terdiri atas gabungan Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional, belum lama ini, diduga sangat kental campur tangan Istana.

Pertemuan Jokowi dengan lima ketua umum (ketum) parpol, yaitu Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Plt Ketum PPP Mardiono, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, pada April lalu mengindikasikan keinginan orang nomor satu di Istana itu untuk mengarahkan sekaligus memperkuat posisinya yang mendukung Prabowo. Apalagi ada pengakuan dari Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang juga adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, bahwa dukungan Golkar kepada Prabowo atas seizin Jokowi.

Di sisi lain, Jokowi adalah kader PDI Perjuangan. Dia bahkan menghadiri deklarasi Ganjar Pranowo sebagai bacapres PDIP dalam Pemilu 2024. Saat puncak perayaan Bulan Bung Karno yang digelar pimpinan pusat PDIP di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 24 Juli 2023 lalu, mantan Wali Kota Solo itu mengobarkan semangat kepada kader banteng moncong putih untuk memenangkan Ganjar dalam kontestasi pemilihan presiden.

Namun, rakyat dibuat bingung oleh Jokowi yang notabene adalah petugas partai. Dalam puncak acara Musyawarah Rakyat Relawan Pro-Jokowi (Projo) di Istora Senayan, Jakarta, 14 Mei 2023 lalu, Jokowi sama sekali tidak menyatakan arah dukungan ke Ganjar. Dia hanya menyampaikan bahwa Indonesia butuh pemimpin yang pemberani dan bukan hanya bisa tanda tangan di kursi Istana. Menurutnya, saat ini rakyat butuh pemimpin berdasarkan aspirasi rakyat, bukan elite politik.

Dalam puncak Musra, relawan Projo merekomendasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan sekaligus Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Menko Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai bacapres. Sinyal dukungan Jokowi kepada Prabowo terlihat ketika putra Jokowi yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming menggelar pertemuan dengan Prabowo. Sebelum Gibran, putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep juga mengenakan kaus bergambar Menteri Pertahanan itu. Bahkan, kini sejumlah relawan Projo menggadang- gadang duet Prabowo-Gibran. Pendukung Prabowo yang tergabung dalam Rumah Besar Relawan Prabowo 08 juga berkunjung ke Kantor DPP Projo pada Kamis, 6 Juli 2023.

Duet Prabowo-Gibran bukan tak mungkin terjadi asalkan uji materi batas usia capres/cawapres dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, duet Prabowo-Gibran bisa meraup kemenangan 38,8%. Menurut LSI Denny JA, tren elektabilitas Prabowo menunjukkan kecenderungan menanjak sejak Januari hingga Juli 2023. Di lain pihak, elektabilitas Ganjar Pranowo naik-turun. Adapun bacapres Anies Baswedan tetap pada posisi ketiga.

Jokowi bakal berada di persimpangan jalan ketika sebagai petugas partai harus mendukung Ganjar, tapi di sisi lain elektabilitas Prabowo terus meroket. Prabowo mungkin bisa dikalahkan jika ada sosok mengejutkan yang bisa disandingkan dengan Ganjar atau Anies. Kalaupun terjadi dua putaran dalam pilpres, dengan politik dua kaki, calon Jokowi berpeluang menang dengan bersatunya pendukung Prabowo dan Ganjar. Alhasil, mantan Gubernur DKI Jakarta itu bisa semringah karena penerusnya ialah pasangan yang bisa melanjutkan program-program kerjanya dan tentu kepentingan politik anak serta menantunya.



Berita Lainnya