Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
POLITIK, demokrasi, beserta seluruh instrumen yang membangun mereka semestinya ada dan diselenggarakan dengan tujuan menyatukan. Seburuk-buruknya politik ialah ketika dia justru hadir dengan wajah memecah belah, mengotak-ngotakkan, dan pada saat yang sama menciptakan polarisasi yang masif.
Bukan politik seperti itu yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini. Kebebasan yang menyertai sistem demokrasi hendaknya tidak disalahartikan menjadi kebebasan yang kebablasan, kebebasan yang ugal-ugalan. Demokrasi bukan berarti bebas tanpa batas, yang pada akhirnya malah akan merusak simpul-simpul persatuan yang sudah terjalin.
Kontestasi politik sebagai perwujudan demokrasi pun harus menjadi ajang untuk mengeratkan persatuan. Pada poin itulah sesungguhnya nilai minus dari penyelengaraan Pemilu 2019. Harus diakui, Pemilu 2019 telah memunculkan perpecahan di mana-mana. Tidak hanya parpol, bahkan antaranggota keluarga pun bisa bertikai gara-gara perbedaan pendapat atau pilihan.
Tentu ada yang menikmatinya, tetapi jauh lebih banyak orang yang tergilas karena menjadi korban perpecahan dan pembelahan itu. Lantas, apakah kita akan membiarkan saja ketika kenikmatan segelintir orang itu harus mengorbankan anak bangsa yang lain, bahkan mengorbankan persatuan bangsa?
Dalam konteks tersebut, kita sepakat dengan pernyataan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang disampaikan dengan gaya sarkasme saat meresmikan Kantor DPW Partai NasDem Aceh, Senin (27/6). "Buat apa pemilu jika bangsa ini terpecah? Lebih baik tidak ada pemilu kalau itu memberikan konsekuensi membuat perpecahan," kata dia.
Pernyataan itu tentu tidak mengandung maksud untuk menolak pemilu. Itu ialah sindiran keras kepada para pelaku demokrasi, terutama elite politik, yang gemar memproduksi narasi-narasi kebencian dan kebohongan hanya demi mendapatkan suara tanpa melihat risiko dan konsekuensinya.
Pernyataan itu sekaligus punya spirit ajakan kepada seluruh pihak, terutama partai politik, untuk mulai menjadikan pemilu sebagai alat menjaga keutuhan bangsa. Kontestasi demokrasi tak seharusnya membuat rakyat terberai dan menihilkan rasa persatuan. Pemilu tidak boleh malah menjadi arena untuk memecah belah bangsa.
Sudah letih Ibu Pertiwi ini melihat anak-anaknya terus berselisih bahkan bertengkar hanya karena perbedaan pilihan dan pandangan politik. Terlalu banyak persoalan yang mesti dihadapi bangsa ini yang tak mungkin bisa terlewati jika tidak ada energi persatuan sebagai titik tumpunya.
Pemilu 2019 cukuplah menjadi refleksi 'kegagalan' kita dalam mengimplementasikan esensi demokrasi. Gara-gara itu, demokrasi menjadi kerap dipersepsikan negatif, dianggap seolah-olah sebagai sistem yang menyebabkan bangsa terbelah.
Karena itu, Pemilu 2024 betul-betul akan menjadi ujian bagi Republik ini. Kita harus membangun kembali monumen keindahan demokrasi melalui sebuah proses dan sistem pemilu yang jauh lebih mencerahkan ketimbangkan sebelumnya.
Apa ukuran mencerahkan itu? Jika kita menginginkan politik dan demokrasi yang mempersatukan, instrumen pemilu semestinya juga kita perjuangkan menjadi sebuah kontestasi yang mempersatukan, menyejukkan, sekaligus menggembirakan.
Dari situ kita bisa berharap akan hadirnya demokrasi yang tidak hanya mampu mendinginkan suasana dan jauh dari niat memecah belah, tetapi juga demokrasi yang mempertahankan spirit persatuan dan kesatuan bangsa.
Kalau tetap tidak bisa, ya, benar kata Surya Paloh, buat apa ada pemilu kalau malah memecah belah bangsa?
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia.
PEMERIKSAAN dua menteri dari era Presiden Joko Widodo oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi menjadi sorotan publik.
SAMA seperti perang terhadap korupsi, perang melawan narkoba di negeri ini sering dipecundangi dari dalam.
EKONOMI Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik.
BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.
MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved