Mewaspadai lagi Lonjakan Covid-19

14/6/2022 05:00
Mewaspadai lagi Lonjakan Covid-19
(MI/Duta)

 

BADAI covid-19 memang sudah mulai mereda, tetapi belum benar-benar berlalu. Bahkan, ada tandatanda bahwa ancaman wabah korona akan kembali meninggi setelah cukup lama melandai.

Cengkeraman covid-19 sebenarnya semakin melemah. Penambahan kasus positif terus menurun dari hari ke hari, kematian semakin jauh dari mereka yang terpapar.

Dengan perkembangan itu, pemerintah pun melakukan banyak pelonggaran. Kita bahkan tak lagi wajib mengenakan masker saat di luar ruangan. Itulah kebijakan pemerintah yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada 17 Mei lalu. Kebijakan yang sangat melegakan setelah lebih dari dua tahun jalan napas kita terbatas lantaran hidung dan mulut ada penghalang.

Pemerintah juga terus menurunkan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Strategi untuk menyeimbangkan sektor kesehatan dan ekonomi yang sudah diterapkan berbulan-bulan ini tak seketat dulu lagi.

Terhitung sejak 7 Juni, hanya satu daerah yang PPKM-nya berada di level 2, yakni Teluk Bintuni, Papua Barat. Selebihnya, untuk 128 kabupaten/kota di Jawa-Bali di level 1. Begitu juga 385 wilayah di luar Jawa-Bali, semuanya di level terendah, level dengan pengetatan paling longgar.

Tentu kita patut bersyukur bahwa derita akibat korona semakin menjauh. Namun, melalui forum ini kita selalu mengingatkan bahwa pandemi belum teramat jauh. Ia sewaktu-waktu bisa kembali mendekat. Ia masih ada di sekitar kita meski dengan tingkat ancaman yang berbeda.

Bahwa covid-19 masih menjadi ancaman terbukti akhir-akhir ini. Ada pertanda kuat kasusnya akan meningkat. Data harian selama 7 hari terakhir menyiratkan kekhawatiran. Jika sebelumnya penambahan kasus ada di kisaran 300 orang, belakangan kembali tembus di atas 500, bahkan sampai 627 penderita. Kemarin, kasus baru bertambah 591 dengan DKI Jakarta kembali sebagai penyumbang terbanyak.

Selama sepekan, jumlah kasus melejit hampir 100%. Jika dirata-rata 504 kasus, sementara yang sembuh dilaporkan 347 orang. Artinya, penambahan kasus baru lebih tinggi ketimbang pasien yang sembuh. Artinya, situasi memang belum baik-baik saja.

Situasi semakin tidak baik karena kenaikan kasus positif tersebut diakibatkan subvarian baru yang dipastikan sudah masuk ke Indonesia. Varian itu yakni omikron BA.4 dan BA.5 yang diketahui telah menjangkiti 8 orang.

Meski dampaknya diyakini ringan, varian BA.4 dan BA.5 tak bisa dipandang ringan. Keduanya dipercaya bisa menghindari imunitas vaksin. Penyebarannya juga cepat, seperti varian omikron.

Atas berbagai alasan itulah, tidak ada alasan bagi kita mencari-cari alasan untuk meminggirkan kewaspadaan. Sikap ini penting, sangat penting, karena tidak sedikit masyarakat yang kadung merasa kehidupan sudah normal.

Mereka semakin mengabaikan protokol kesehatan, termasuk abai menggunakan masker meski berada di dalam ruangan. Jaga jarak juga kian terabaikan, apalagi mencuci tangan dengan sabun.

Kepada pemerintah, kita mendukung sepenuhnya ketegasan untuk tidak buru-buru menapakkan langkah ke era endemi. Terus mempertahankan status pandemi masihlah tepat hingga saat ini, demikian pula memperpanjang penerapan PPKM.

Kecepatan dan ketepatan dalam mengambil kebijakan amat dibutuhkan. Jika situasi semakin memburuk, ada baiknya pemerintah cepat kembali memperketat pelonggaran dengan cara yang tepat. Terlebih, sejumlah negara telah bersiap menghadapi gelombang baru dari varian baru.

Tak bosan pula kita selalu menyerukan agar vaksinasi, utamanya booster, terus digencarkan. Kesadaran masyarakat dan kesigapan pemerintah ialah benteng utama guna menghadang covid-19 yang bisa menyerang kita setiap saat.



Berita Lainnya