Pemilu 2024 Meneguhkan Pluralisme

10/6/2022 05:00
Pemilu 2024 Meneguhkan Pluralisme
(MI/Duta)

 

PEMILU 2024, yang diprediksi bakal berlangsung ketat dan kompetitif, jangan sampai membelah persatuan. Tajamnya polarisasi atas pilihan politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tidak boleh terulang pada 2024.

Perlu dicegah pesta demokrasi lima tahunan itu disesaki kampanye hitam yang saling menjatuhkan. Tentu peran para elite politik yang dituntut agar lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada berebut ke kuasaan semata. Kegaduhan yang tidak substansial hanya akan menjerumuskan demokrasi bangsa ini pada titik terendah.

Potensi kegaduhan mulai terlihat menuju 2024. Hingga saat ini, sekitar 20 bulan jelang pemilu serentak yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024, tidak ada elektabilitas kandidat yang benarbenar dominan berdasarkan hasil survei.

Jarak elektabilitas, terutama di antara tiga calon yang paling populer, berdasarkan sejumlah hasil survei relatif sangat dekat atau ketat. Ditambah lagi ketiadaan petahana karena Presiden Joko Widodo telah menuntaskan dua periode masa jabatannya sesuai mandat konstitusi.

Tanpa petahana, gelanggang pilpres akan diikuti kandidat dengan peluang yang relatif sama. Apalagi koalisi-koalisi partai politik saat ini masih cair menuju 2024 sehingga berpotensi terjadi persaingan ketat di pilpres yang diprediksi berlangsung dalam dua putaran.

Tentu yang harus menjadi rambu ialah seketat dan sekompetitif apa pun pilpres nanti berlangsung, kemunduran demokrasi tidak boleh lagi
terjadi. Bangsa ini pantang kembali terjebak pada polarisasi ekstrem akibat kampanye hitam dan politik identitas.

Jadikan Pemilu 2024 sebagai pertarungan keunggulan program dan visi yang diisi dengan narasi-narasi kampanye yang penuh gizi  demokrasi, bukan isi tas. Bukan sekadar agitasi murahan para politisi yang menggiring rakyat melunturkan persaudaraan dan persatuan akibat ekstremnya polarisasi.

Sudah saatnya membangun kesadaran bersama bahwa Pemilu 2024 menjadi momentum menumbuhkkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi. Masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam demokrasi. Keterlibatan publik dalam pemilu sangat penting.

Elok nian bila kontestan Pemilu 2024 bersaing ketat dan kompetitif dalam harmoni. Pemilu berlangsung dengan gambaran pluralisme bangsa
Indonesia. Tanggalkanlah segala macam bentuk politik identitas yang hanya merugikan bangsa besar bernama Indonesia.

Dalam bahasa Ketua Umum NasDem Surya Paloh, Pemilu 2024 harus menjadi momentum untuk menciptakan suasana pluralisme. Perbedaan sikap dan pilihan politik mestinya tak menyurutkan semangat kerukunan bangsa sehingga tercipta Pemilu 2024 yang jauh lebih berarti bagi siapa pun anak bangsa ini.

Kuncinya ialah para elite politik. Mencegah tajamnya polarisasi tidak sekadar menghardik pihak yang berbuat hal tersebut. Peran para elite tentu sangat dibutuhkan untuk mencegah hal itu dan dapat dijadikan teladan masyarakat.

Jangan ada lagi elite yang hanya menggembargemborkan strategi murahan dengan politik identitas karena jelas-jelas terbukti membahayakan ke utuhan bangsa ini.

Publik pun mesti menyadari hal ini. Ketika ada elite politik yang sengaja memanfaatkan terjadinya polarisasi dengan politik identitas untuk mencapai kuasanya, bisa dipastikan yang ada di benaknya hanya kepentingan pribadi dan kelompoknya, bukan bangsanya. Rakyat yang kian cerdas memilih pemimpin menjadi modal kuat meneguhkan pluralisme.



Berita Lainnya