Bersama Membuat Mudik Nyaman

30/4/2022 05:00
Bersama Membuat Mudik Nyaman
Ilustrasi MI(MI/Duta)

 

MUSIM mudik Lebaran tahun ini sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir. Seperti yang diprediksi semula, euforia masyarakat begitu luar biasa setelah dua tahun tak bisa pulang kampung akibat pandemi covid-19.

Secara umum, hingga H-4 kemarin, arus mudik terbilang lancar. Benar, kemacetan masih mewarnai. Tak cuma 1-2 jam, kemacetan di beberapa ruas jalan sampai berjam-jam.

Benar bahwa ada ketidaksinkronan antara agenda dan pelaksanaan sehingga menimbulkan persoalan. Di Tol Cipularang, misalnya, kemarin pagi warga yang mengarah ke Jakarta memblokade jalur arah Bandung. Mereka kesal, marah, karena beberapa jam tak bergerak akibat pemberlakuan one way arah Bandung.

One way adalah salah satu rekayasa lalu lintas yang diambil untuk mencegah kemacetan arus mudik. Rencana awal, ia diberlakukan mulai pukul 17.00 hingga 24.00 WIB. Akan tetapi, di lapangan, one way hingga dini hari hingga kemacetan parah terjadi di arah sebaliknya.

Rekayasa lalu lintas memang bersifat situasional. Ia bisa diperpanjang tergantung keadaan. Namun, tanpa sosialisasi yang baik, ia dapat membuat masyarakat lain terusik. Itulah yang terjadi di Tol Cipularang. Seyogianya masalah ini tak lagi terjadi karena arus mudik belum selesai.

Kemacetan juga terjadi di Pelabuhan Merak, Banten. Para pemudik harus menunggu berjam-jam untuk bisa naik ke kapal yang akan membawa mereka ke Sumatra.

Banyak yang bilang, kemacetan identik dengan arus mudik Lebaran. Apalagi, kali ini jumlah pemudik luar biasa banyak. Pemerintah memperkirakan 85,5 juta warga bakal mudik dan sebagian besar menggunakan transportasi darat.

Kita semua tak menginginkan kemacetan, terlebih sampai berjam-jam. Namun, kita juga mesti memahami betapa berat tanggung jawab otoritas terkait dalam menangani arus mudik. Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, sekitar 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor digunakan untuk mudik kali ini. Dengan jumlah sebanyak itu, kemacetan tak mungkin dihindari sama sekali.

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah agar mudik lancar, aman, dan menyenangkan. Sejumlah solusi untuk meminimalisasi kemacetan ditempuh. Selain one way, ada juga contraflow, ganjil-genap, dan larangan truk masuk tol. Mudik gratis digencarkan pula demi mereduksi kendaraan pribadi untuk mudik. Terlepas dari adanya kekurangan, kita patut mengapresiasi semua itu.

Apresiasi patut juga kita alamatkan kepada para petugas yang tanpa kenal lelah mengatur dan mengamankan arus mudik. Mereka bekerja 24 jam sehari secara bergantian. Tugas mereka cuma satu, membuat rakyat lancar dan aman menjalani ritual mudik.

Akan tetapi, meski lebih dari 160 ribu personel gabungan diterjunkan, kendati beragam rekayasa diberlakukan, lancar tidaknya arus mudik juga bergantung pada pemudik. Kemacetan di jalan berbayar kerap disebabkan mereka saling serobot di pintu tol, juga berlama-lama di rest area.

Kepadatan di Pelabuhan Penyeberangan Merak diakibatkan pula oleh pemudik yang berebut naik ke kapal tak sesuai jadwal. Namun, itu semua bukanlah alasan bagi pemerintah untuk tidak melakukan perbaikan. Penambahan dermaga demi mengurai kepadatan mesti segera dilakukan.

Mudik adalah kegembiraan buat rakyat, terlebih lagi tahun ini. Menjadi tanggung jawab negara untuk memfasilitasi kegembiraan itu, dan menjadi kewajiban masyarakat pula untuk tidak merusaknya. Tanggung jawab dan kewajiban pun bertambah, yakni memastikan mudik dan Lebaran tak menjadi pemicu lonjakan kasus covid-19.

Membuat mudik lancar, aman, dan nyaman adalah tugas bersama. Biarkan pemerintah mengaturnya. Marilah kita sebagai warga mendukungnya.



Berita Lainnya