Peduli yang Disia-siakan

09/2/2022 05:00
Peduli yang Disia-siakan
Ilustrasi MI(MI/Seno)

 

 

TERKUAKNYA perilaku memalukan wisatawan positif covid-19 yang bebas berjalan-jalan di Malang, Jawa Timur, sesungguhnya hanya menambah bukti kendurnya penggunaan aplikasi Pedulilindungi. Sebelum kasus itu, sudah banyak sekali laporan soal diabaikannya Pedulilindungi.

Bukan hanya di mal dan tempat wisata, bahkan di instansi dan lembaga pemerintahan pun aplikasi itu sudah tidak digubris. Satpam yang bertugas kini tidak lagi disiplin mengecek hasil pindaian pengunjung terhadap barcode aplikasi. Lebih parah, di banyak tempat bahkan barcode aplikasi sudah tidak dipasang. Aplikasi Pedulilindungi benar-benar sudah disia-siakan.

Ini pula yang terjadi di swalayan yang dikunjungi wisatawan nakal di Malang itu, yang kemudian dengan jemawa ia unggah di medsos. Wisatawan bernama Reza Fadh Adrian dan keluarganya itu berbelanja di swalayan oleh-oleh Lai Lai pada 27 Januari 2022 setelah sang istri diketahui positif covid-19.

Reza dan keluarga merupakan warga Samarinda, Kalimantan Timur, yang melakukan perjalanan darat dari Jakarta. Semula ia akan meneruskan perjalanan sampai ke Bali, tapi gagal menyeberang dengan feri karena sang istri positif covid-19.

Namun, alih-alih langsung mencari tempat isoman, Reza justru memutuskan berwisata di Batu, Malang. Dalam unggahan klarifikasi di Instagram @luckyreza kemarin, ia beralasan karena waktu yang sulit dicari dan demi membahagiakan keluarga.

Dalam unggahan itu pula, Reza menyatakan bahwa putrinya juga mendapat hasil positif covid-19 saat tiba di Jakarta. Kini, dia sekeluarga sudah kembali ke Samarinda. Ia meminta maaf kepada netizen atas perilakunya tersebut.

Apa pun alasannya, perilaku Reza tidak dapat dibenarkan dan selayaknya diproses karena melanggar protokol isolasi mandiri yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Penyidikan terhadap kasus ini menjadi peringatan bagi semua warga masyarakat terkait dengan kewajiban mematuhi prokes.

Di luar itu, perilaku sembrono penderita covid-19 memang sangat terbuka. Apalagi sekarang, dengan anggapan varian omikron yang lebih ringan, orang bisa semakin cuek walaupun jelas-jelas positif.

Di sinilah peran aplikasi Pedulilindungi kian penting. Aplikasi yang aktif sejak 18 Desember 2020 itu sesungguhnya senjata sederhana kita untuk mencegah melonjaknya penularan. Tentu saja, jika aplikasi ini digunakan dengan sebenarnya.

Sayangnya, seperti yang terjadi di swalayan Malang itu, aplikasi tersebut memang tidak dipasang. Maka, jadilah dua kebebalan saling bersambut. Warga masyarakat dan pengelola tempat belanja sama-sama cuek, bahkan memang menantang bahaya.

Sebab itu, kita mengapresiasi sanksi penyegelan 14 hari yang dilakukan oleh Satgas Covid-19 Kota Malang sejak Senin (7/2). Adanya satu pegawai terbukti positif dari hasil swab antigen di swalayan itu mesti makin menyadarkan pengelola tempat akan dampak dari keteledoran mereka.

Tindakan tegas serupa semestinya dilakukan di seluruh tempat umum lain, baik perbelanjaan maupun perkantoran, yang abai akan penggunaan Pedulilindungi. Tanpa menunggu adanya kasus, satgas covid-19 di semua daerah harus melakukan sidak rutin berkala untuk memastikan digunakannya aplikasi tersebut.

Tak berhenti di situ, penegakan penggunaan Pedulilindungi juga tugas seluruh elemen masyarakat, termasuk pers. Kita tidak bisa memungkiri bahwa keberhasilan penanganan covid-19 sejauh ini di Indonesia ialah berkat gotong royong, termasuk konsistensi pers dalam pemberitaan di semua lini, berikut segala kelemahan yang masih terjadi dalam kinerja penanganan oleh pemerintah.

Maka, dalam momentum Hari Pers Nasional yang jatuh pada hari ini, pers ikut mengemban tugas dalam mendorong keberhasilan penanganan pandemi di tengah varian yang terus berevolusi. Pers harus terus menjadi garda terdepan untuk menjamin penanganan pandemi tidak pernah kendur.



Berita Lainnya